Berita Kesehatan

Pakar Kedokteran UMJ : Lonjakan Kasus ISPA di Jakarta Dipicu Perubahan Iklim dan Polusi Udara

Selain faktor lingkungan, kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif juga menjadi penyumbang signifikan meningkatnya kasus ISPA.

Editor: Feryanto Hadi
Ist
Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ) sekaligus spesialis paru, Dr. dr. Risky Akaputra, Sp 
Ringkasan Berita:
 
 
  • Dalam satu bulan terakhir, ada setidaknya 1,9 juta ISPA
  • ISPA merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi akut pada saluran pernapasan, baik bagian atas maupun bawah
  • Lonjakan kasus ISPA  ini menjadi alarm bagi masyarakat untuk lebih waspada
  • Selain faktor lingkungan, kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif juga menjadi penyumbang signifikan meningkatnya kasus ISPA

 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di DKI Jakarta dilaporkan melonjak tajam

Dalam satu bulan terakhir saja, ada setidaknya 1,9 juta kasus yang terdata 

Lonjakan ini menjadi perhatian serius di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu dan tingkat polusi udara yang masih tinggi di wilayah ibu kota.

 Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ) sekaligus spesialis paru, Dr. dr. Risky Akaputra, Sp.P., memberikan penjelasan terkait fenomena meningkatnya kasus ISPA tersebut.

Menurutnya, ISPA merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi akut pada saluran pernapasan, baik bagian atas maupun bawah.

“ISPA itu artinya infeksi saluran pernapasan akut, bukan atas seperti yang banyak orang salah paham. Peningkatannya saat ini disebabkan oleh faktor perubahan iklim dan polusi udara yang tinggi,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (1/11/2025)

Baca juga: Jakarta Catat 1,9 Juta Kasus ISPA Sepanjang 2025, Pramono Yakin Bukan Pandemi

Ia menjelaskan bahwa perubahan cuaca ekstrem dari panas ke hujan, disertai kelembapan tinggi, membuat saluran pernapasan manusia harus beradaptasi. Kondisi tersebut mendorong tubuh mengeluarkan sekret untuk menjaga sistem pertahanan saluran napas, dan jika ditambah paparan polusi atau asap rokok, maka risiko infeksi meningkat tajam.

Selain faktor lingkungan, kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif juga menjadi penyumbang signifikan meningkatnya kasus ISPA.

“Asap rokok dapat merusak silia, yaitu mekanisme pembersihan alami saluran napas. Sekali hisapan rokok bisa mematikan jutaan silia yang seharusnya melindungi kita dari infeksi,” tambahnya.

Baca juga: Kasus ISPA di Jakarta Alami Tren Kenaikan, Dinkes DKI Klaim Masih Terkendali

Kesamaan ISPA dan COVID-19

Menanggapi pemberitaan yang menyebut gejala ISPA mirip dengan COVID-19, Risky menjelaskan bahwa memang ada kesamaan gejala antara keduanya seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan rasa lemas.

Namun, untuk membedakannya secara pasti diperlukan pemeriksaan lanjutan seperti tes PCR.

“Pemeriksaan PCR bisa membedakan apakah ISPA disebabkan oleh virus COVID-19, Influenza, atau jenis virus lainnya,” jelasny

Lebih lanjut, dr. Risky mengungkapkan bahwa peningkatan kasus ISPA saat ini tidak hanya disebabkan oleh COVID-19, tetapi juga oleh meningkatnya kasus influenza, khususnya influenza tipe A seperti H1N1 dan H3N5.

“Influenza tipe A ini yang biasanya menimbulkan penularan kuat. Namun secara umum, influenza tidak menyebabkan kematian tinggi kecuali pada anak-anak dengan infeksi RSV atau Respiratory Syncytial Virus,” ujarnya.

Mencegah Penularan ISPA

Sebagai langkah pencegahan, dr. Risky menekankan pentingnya penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Masyarakat diminta untuk rajin mencuci tangan, menggunakan masker terutama bagi yang sedang sakit, menjaga waktu istirahat malam yang cukup, serta rutin berolahraga ringan.

“Selain itu, sangat penting untuk berhenti merokok. Rokok bukan hanya merusak paru, tapi juga menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai virus dan bakteri penyebab ISPA,” tegasnya.

Terakhir, ia mengingatkan agar kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, atau pasien dengan imunitas rendah selalu menjaga kondisi tubuh agar tetap terkontrol.

“Pastikan penyakit penyerta dalam kondisi stabil, karena kelompok inilah yang paling rentan terkena ISPA berat,” pungkas dr. Risky.

Lonjakan kasus ISPA yang mencapai 1,9 juta ini menjadi alarm bagi masyarakat untuk lebih waspada.

Upaya pencegahan melalui perilaku hidup sehat, menjaga kualitas udara di rumah, serta kesadaran untuk tidak merokok menjadi langkah nyata dalam menekan penyebaran penyakit pernapasan akut

 

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved