Ledakan di SMAN 72

Gibran Ingatkan Bahaya Bullying, Singgung Soal Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta

Gibran mengingatkan kepada semua pihak untuk saling jaga, khususnya pihak sekolah untuk mencegah aksi perundungan atau bullying.

Editor: Dwi Rizki
Kompas.com
BULLYING - Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka dalam Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Setiabudi, Jakarta Selatan pada Rabu (12/11/2025). Gibran mengingatkan kepada semua pihak untuk saling jaga, khususnya pihak sekolah untuk mencegah aksi perundungan atau bullying. 

“Kita harus melindungi anak-anak dari paparan kekerasan dan konten berbahaya di dunia maya. Ini adalah tanggung jawab bersama,” pungkasnya.

Cari Pelampiasan

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanuddin menjelaskan terduga pelaku, anak berhadapan dengan hukum (ABH), diketahui sebagai pribadi penyendiri.

Berdasarkan penyelidikan mendalam, ABH merasa kesepian dan tidak memiliki sosok untuk berbagi cerita dan keluh kesahnya.

“Dia merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya, baik itu di lingkungan keluarga, kemudian di lingkungannya itu sendiri, maupun di lingkungan sekolah,” kata Iman.

Kasubdit Kontra Naratif Direktorat Pencegahan Densus 88 AKBP Mayndra Eka Wardhana mengatakan, bahwa keluh kesah itu berubah jadi rasa marah terhadap orang-orang di sekitarnya.

“Merasa kesepian, tidak ada harus menyampaikan kepada siapa. Lalu, yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam,” ujar Mayndra.

Berangkat dari rasa dendamnya, ABH diduga mencari cara untuk melampiaskan emosinya itu.

Lalu, mulai berselancar di internet, dan berlabuh pada konten bermuatan kekerasan yang membahayakan nyawa orang lain.

Kemudian, terduga pelaku diduga jatuh makin dalam dan menemukan sebuah komunitas pengagum kekerasan.

Lalu, memilih bergabung karena merasa memiliki minat yang sama.

“Yang bersangkutan juga mengikuti sebuah komunitas media sosial yang bisa dikatakan di situ juga mereka sangat mengagumi kekerasan,” katanya.

Di komunitas itu, anggotanya akan mendapatkan apresiasi jika melakukan tindak kekerasan.

Menurut Mayndra, perhatian yang didambakan ABH ini pun memacunya untuk melakukan hal serupa, dengan meledakkan tujuh bom di sekolahnya.

“Nah, motivasi yang lain ketika beberapa pelaku itu melakukan tindakan kekerasan lalu meng-upload ke media tersebut, ya, maka komunitas tersebut mengapresiasi sebagai sesuatu yang heroik,” ujarnya.

Ibu Bekerja di Luar Negeri

Terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto mengungkapkan pelaku peledakan inisial F itu diketahui hanya tinggal bersama ayahnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved