Kuliner
Mencicip Gudeg Legendaris Bu Tinah di Stasiun Gondangdia, Jangan Datang Pas Jam makan Siang!
Gudeg Legendaris Bu Tinah di Stasiun Gondangdia Sudah ada sejak 1986. Antreannya mengular, dagangannya selalu habis setelah lewat jam makan siang.
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Dwi Rizki
Ringkasan Berita:
- Antreannya terkenal mengular setiap hari dan selalu habis tak lama setelah jam makan siang.
- Resep rahasianya telah diwariskan dalam keluarga.
- Gudegnya dimasak selama 3 hari untuk mendapatkan rasa yang legit, namun dengan modifikasi bumbu khas Jakarta.
- Rahasia kenikmatannya: cabai rawit utuh dan penggantian areh dengan kuah opor ayam.
- Dalam sehari, warung ini bisa menghabiskan 30-40 ekor ayam untuk menemani gudegnya.
WARTAKOTALIVE.COM, MENTENG - Jika Anda berencana mampir ke Warung Gudeg Bu Tinah, pastikan bukan saat jam makan siang.
Setiap tengah hari, antrean pelanggan mengular hingga memenuhi lorong, dan dagangan selalu habis tak lama setelah jam makan siang usai.
Perjalanan Tinah di dunia kuliner dimulai pada 1986, ketika ia merantau ke Jakarta.
Kala itu, ia membantu budenya berjualan gudeg di Pasar Boplo, yang kini dikenal sebagai Pasar Jaya Gondangdia.
Dari sekadar membantu, Tinah perlahan mempelajari teknik memasak gudeg warisan keluarga hingga akhirnya benar-benar menguasainya.
Setelah menikah, Tinah memberanikan diri membuka warung gudeg sendiri. Ia memilih kawasan Stasiun Gondangdia sebagai tempat berjualan.
Resepnya pun ia modifikasi sesuai bahan-bahan yang mudah didapatkan di Jakarta.
“Berjualan di Jakarta, saya menyesuaikan lidah di sini juga, mayoritas kurang suka manis dan saya buat lebih pedas saja,” ujarnya ketika ditemui Wartakotalive.com, Rabu (19/11/2025) siang.
Baca juga: Mencicipi Viralnya Soto Goreng Bang Ateng di Pasar Palmerah Jakbar, Seperti Apa Kenikmatannya?
Warung Gudeg Jogja Bu Tinah resmi berdiri pada 1986.
Lokasinya dulu berada persis di dalam area Stasiun Gondangdia, kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Namun setelah stasiun dibersihkan dari pedagang kaki lima, warung tersebut pindah ke lorong di samping stasiun yang berada di Jalan Srikaya II, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat.
Salah satu ciri khas gudeg adalah warna cokelat gelap yang biasanya dihasilkan dari daun jati.
Namun, karena daun jati sulit ditemukan di Jakarta, terlebih untuk kebutuhan memasak harian, Tinah pun menggantinya dengan gula jawa.
Untuk mendapatkan warna dan rasa yang mendekati gudeg asli Jogja, ia memasak gudeg sejak tiga hari sebelum dijual.
Proses panjang ini membuat bumbu meresap dan rasa gudegnya semakin legit.
| Ada Pergeseran dari 'Teh Kekinian' ke 'Super Drink', Ini yang Sebaiknya Dilakukan Konsumen Cerdas |
|
|---|
| Nasi Tempong Indra di Kuta Bali, Pedasnya Bikin Keringat Deras |
|
|---|
| Roemah Koffie Hadirkan Kopi Anak Daro Asal Jambi dengan Cita Rasa Mangga, Stroberi, dan Cokelat |
|
|---|
| Nikmati Cita Rasa Nusantara Nasi Ayam Jambal di Rustik Bistro & Bar Harper MT Haryono Jakarta |
|
|---|
| Saat Gen Z Buka Usaha Kue Balok Cokelat di Kemanggisan, Bisa Dapat Rp 40 Juta Per-bulan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/KULINER-Suasana-Warung-Gudeg-Jogja-Bu-Tinah-di-sebelah-Stasiun-Gondangdia.jpg)