Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif: Zero New Stunting 2026, Pemkot Depok Genjot Edukasi Keluarga

Wawancara Eksklusif: Zero New Stunting 2026, Pemkot Depok Genjot Edukasi Keluarga

Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
PENCEGAHAN STUNTING - Wawancara eksklusif Tribunnews Depok (Warta Kota Network) dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati. Dinkes Depok menargetkan zero new stunting pada tahun 2026. 

WARTAKOTALIVE.COM, PANCORAN MAS - Pemerintah Kota Depok terus memperkuat upaya pencegahan stunting guna menekan angka kasus baru.

Meski capaian angka stunting saat ini sudah di bawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok menekankan pentingnya edukasi dan intervensi sejak dini, mulai dari remaja putri hingga calon pengantin.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati, mengatakan stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.

“Stunting ditandai dengan tubuh pendek atau sangat pendek. Namun tidak semua balita pendek itu stunting, tapi anak yang mengalami stunting pasti memiliki postur tubuh lebih pendek dari standar usianya,” ujar Mary saat diwawancarai TribunnewsDepok.com (Warta Kota Network) pada beberapa waktu lalu.

Mary menjelaskan, saat ini terdapat dua sumber data utama untuk memantau perkembangan stunting di Kota Depok, yaitu data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan data e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat).

Baca juga: Dana Transfer Dipotong, Anggaran Perjalanan Dinas Pemprov DKI Tahun Depan Bakal Pangkas

“Kalau berdasarkan SSGI, terjadi penurunan dari 14,3 persen pada 2023 menjadi 12,5 persen pada 2024. Sementara data e-PPGBM per Februari 2025 mencatat angka stunting di 3,79 persen, atau setara 3.395 balita,” kata Mary.

Kesenjangan data ini, menurut Mary, disebabkan oleh cakupan layanan posyandu yang belum sepenuhnya menjangkau seluruh balita di Depok.

“Masih ada balita yang tidak terpantau status gizinya karena tidak datang ke posyandu secara rutin,” ucapnya.

Pencegahan Stunting

Dinkes Depok menjalankan berbagai intervensi, baik pada balita yang sudah mengalami stunting maupun balita yang berisiko.

“Untuk balita stunting, kami rujuk ke dokter spesialis agar mendapat resep Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK). Sedangkan balita risiko stunting, seperti yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang, diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal,” kata Mary.

Intervensi juga dilakukan sejak hulu, yakni kepada remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil.

Remaja putri menjalani skrining anemia dan menerima tablet tambah darah (TTD) yang dikonsumsi seminggu sekali melalui program di SMP dan SMA.

“Pencegahan harus dimulai jauh sebelum kehamilan, termasuk dengan mempersiapkan kesehatan calon pengantin,” ujarnya.

Persebaran Kasus

Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved