Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif: Zero New Stunting 2026, Pemkot Depok Genjot Edukasi Keluarga

Wawancara Eksklusif: Zero New Stunting 2026, Pemkot Depok Genjot Edukasi Keluarga

Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
PENCEGAHAN STUNTING - Wawancara eksklusif Tribunnews Depok (Warta Kota Network) dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati. Dinkes Depok menargetkan zero new stunting pada tahun 2026. 

Secara geografis, angka stunting tertinggi di Kota Depok tercatat di Kecamatan Bojongsari, disusul Sawangan, Pancoran Mas, Beji, dan Tapos. Sementara itu, angka terendah tercatat di Cinere, dengan 2,16 persen.

Menariknya, data menunjukkan stunting tidak selalu berkorelasi dengan kemiskinan.

“Hanya sekitar 12 persen balita stunting berasal dari keluarga miskin dalam data DTKS. Sisanya berasal dari keluarga yang secara ekonomi mampu, tetapi kurang pengetahuan soal pola asuh dan gizi,” kata Mary.

Ia mencontohkan kasus di Pancoran Mas, yang meskipun berada di pusat kota dan memiliki fasilitas memadai, tetap memiliki angka stunting tinggi.

“Tingginya mobilitas, urbanisasi, dan pola pengasuhan yang diserahkan kepada pengasuh atau keluarga lain tanpa pengetahuan gizi yang baik menjadi faktor penyebab,” tambahnya.

Mary menekankan pentingnya keterlibatan aktif orang tua, khususnya dalam memantau tumbuh kembang anak secara rutin.

“Pemantauan setiap bulan di posyandu penting untuk mendeteksi dini gangguan pertumbuhan. Kalau satu bulan berat badan tidak naik, langsung kita intervensi,” katanya.

Ia juga mengingatkan peran penting para ayah dalam pencegahan stunting, salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok.

“Rokok mengandung ribuan zat berbahaya yang mempengaruhi tumbuh kembang janin dan bayi. Lebih baik uang rokok digunakan untuk beli makanan bergizi, seperti telur,” ujarnya.

Target Zero New Stunting

Dinkes Depok menargetkan “zero new stunting” pada 2026, atau nihil kasus baru stunting.

Meski angka 3,79 persen sudah di bawah target RPJMD sebesar 4,6 persen, upaya pencegahan tetap menjadi fokus utama.

“Kami punya Tim Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting, bekerja lintas sektor dan didukung oleh CSR perusahaan. Prioritas diberikan kepada kecamatan dengan angka stunting tinggi,” jelas Mary.

Upaya ini, kata dia, tak hanya menyasar balita, tetapi menyentuh seluruh tahapan penting siklus kehidupan, dari remaja hingga pranikah.

“Stunting bersifat irreversible. Kalau sudah lewat dua tahun, intervensi sulit dilakukan. Maka pencegahan adalah kunci,” pungkasnya.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved