Makan Bergizi Gratis

Miris, Hanya 3 Dapur SPPG di Kota Bogor Bersertifikat, Dedie Rachim: Semoga tak Ada Keracunan MBG

Wali Kota Bogor Dedie Rachim sedikit waswas melihat daur SPPG di wilayahnya, karena baru tiga yang bersertifikat.

Editor: Valentino Verry
Istimewa
DAPU SPPG - Wali Kota Bogor, Dedie Rachim (tengah), sedikit cemas terhadap dapur SPPG yang memproduksi menu MBG di wilayahnya. Sebab hingga kini baru tiga dapur SPPG yang bersertifikat, sehingga rawan keracunan. 

Keracunan

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan melalui aplikasi SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon), dari 10.104 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG, sebanyak 1,2 persen (119) yang mengalami kejadian keracunan pangan. 

Data menunjukkan 3 provinsi tertinggi yang SPPG-nya mengalami keracunan pangan MBG adalah Jawa Barat (34 kejadian), Jawa Tengah (15 kejadian) dan DI Yogyakarta (13 kejadian).

Kemudian data SKDR juga mengungkap bahwa semua SPPG yang mengalami kejadian keracunan pangan belum memiliki SLHS (Sertifikat Laik Higiene Sanitasi).

Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan teguran keras ke dapur SPPG di Kota Bogor.

SPPG itu dinilai bertanggung-jawab dalam pengelolaan Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga menyebabkan keracunan ratusan siswa TK hingga SMA di Kota Bogor.

Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN Tigor Pangaribuan menyatakan, teguran keras dilayangkan jika hasil uji laboratorium menunjukkan keracunan massal terjadi karena kualitas makanan yang disajikan SPPG.

"Kami langsung ambil tindakan dengan cek sampel makanan, misalnya ada tongkol yang kurang baik, maka kami melakukan teguran keras," kata Tigor dalam keterangan resmi, Selasa (10/5/2025).

BGN juga akan memberikan pelatihan bagi SPPG untuk mencegah berulangnya kasus keracunan akibat MBG.

Selain itu, BGN akan menyetop pemasok bahan makanan apabila ditemukan ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya yang menyebabkan keracunan.

"Kalau sumbernya dari bahan makanan, cek dari mana asal supplier-nya, kami berikan teguran ke supplier tersebut," katanya.

"Kalau tidak ada perbaikan, stop supplier tersebut," kata Tigor.

Saat ini BGN telah melakukan uji lab terhadap bahan dan makanan yang dimasak setelah keracunan tersebut terjadi.

BGN memastikan bertanggung-jawab dalam penanganan medis dan pembiayaan terkait masalah keracunan MBG.

"Yang menjadi korban, diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya," ujar Tigor.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved