WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dalam menghadapi tantangan demografis dan kesehatan reproduksi, perawatan fertilitas berbasis teknologi menjadi solusi penting.
Salah satu pendekatan yang kini semakin diakui manfaatnya adalah teknologi Assisted Reproductive Technology (ART), termasuk di dalamnya metode In Vitro Fertilization (IVF) atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai bayi tabung.
Melihat pentingnya akses yang merata terhadap layanan fertilitas, PT Merck Tbk (Merck) terus mendorong perluasan perawatan IVF di Indonesia.
Upaya ini tidak hanya berlandaskan pada inovasi teknologi, tetapi juga pada empati dan kepedulian terhadap pasangan yang tengah berjuang mendapatkan keturunan.
President Director of PT Merck Tbk, Evie Yulin menyatakan, dengan lebih dari 100 tahun pengalaman dalam penelitian dan perawatan pasien, Merck berkomitmen untuk mendukung para ahli IVF guna menghadirkan akses perawatan dengan berfokus pada kepuasan dan hasil yang lebih baik bagi masyarakat.
"Tahun ini jadi momen berarti bagi kami, karena lebih dari 6 juta bayi telah lahir di seluruh dunia lewat teknologi ART yang didukung Merck," ujar Evie dalam keterangan resmi, Rabu (6/9/2025).
Evie menambahkan, Merck meyakini bahwa fertilitas seharusnya menjadi hak semua orang. Untuk itu, Merck secara aktif mendorong akses pasien terhadap perawatan kesuburan melalui inisiatif inklusi asuransi, termasuk bermitra dengan pemangku kepentingan nasional dan penyedia asuransi swasta.
"Dengan kerja sama tersebut, bertujuan membantu menjembatani tantangan biaya, agar lebih banyak pasangan yang dapat mewujudkan impian memiliki anak tanpa terbebani secara finansial," ungkapnya.
Di sisi lain, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, sekitar 10-15 persen pasangan di Indonesia mengalami masalah infertilitas.
Hal ini diperkuat data World Population Prospects, pada 1990 Total Fertility Rate (TFR) Indonesia masih di level 3,10. Kemudian di tahun-tahun berikutnya TFR bergerak turun hingga mencapai 2,15 pada tahun lalu. Secara kumulatif, angka kelahiran Indonesia sudah berkurang 30,64 persen selama periode 1990-2022.
Ketua Umum PP POGI menyebutkan, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG menyebutkan, seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan keahlian dalam program bayi tabung di Indonesia telah mencapai standar yang setara dengan negara-negara terkemuka lainnya.
Menurutnya, para dokter dan klinik di Indonesia sudah membuktikan kredibilitas tinggi mereka dalam menyediakan layanan ART yang berkualitas dan sesuai dengan standar global.
"Kini, tantangan yang harus kita hadapi adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan ini, agar semakin banyak pasangan yang merasakan manfaat dan kesempatan untuk mewujudkan impian memiliki buah hati," ujarnya.
Sementara, Ketua PERFITRI (Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia), Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto, SpOG, Subsp. FER mengatakan, sudut pandang layanan fertilitas kini harus bergeser ke arah yang lebih patient centric atau sesuai kebutuhan dan kondisi mereka secara individu.
Bukan hanya soal hasil klinis, tapi bagaimana dokter membangun komunikasi yang empatik dan transparan dengan pasien.