Sesaat sebelum mobilnya pergi, Airlangga akhirnya bersuara. "Mana ada," katanya secara singkat.
Mobil dia pun pergi meninggalkan kantor Kemenko Perekonomian yang saat itu sedang diguyur hujan.
Diragukan
Sementara itu, dikutip dari Kontan, Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 oleh BPS tidak mencerminkan kondisi riil ekonomi.
"Ada beberapa data yang janggal, salah satunya soal pertumbuhan industri pengolahan. Selisih datanya terlalu berbeda antara BPS dan Purchasing Managers' Index Manufaktur," kata Bhima kepada Kontan, Selasa (5/8/2025).
S&P Global mencatat, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi atau di bawah level 50 di sepanjang kuartal II 2025 atau April di level 46,7, Mei 47,4, dan turun menjadi Juni 46,9.
Baca juga: Prabowo Subianto Gelar Rapat Bersama DEN di Hambalang Bogor untuk Bahas Strategi Ekonomi Nasional
Sedangkan, BPS mencatat pada kuartal II 2025 industri pengolahan menjadi kontribusi pertumbuhan ekonomi tertinggi yakni sebesar 18,67 persen dengan pertumbuhan sebesar 5,68 persen YoY.
"Akhir Juni 2025, PMI Manufaktur turun dari 47,4 menjadi 46,9. Jadi penjelasannya apa? bagaimana mungkin PHK massal di padat karya meningkat, terjadi efisiensi dari sektor industri, bahkan di sektor hilirisasi juga smelter nikel ada yang berhenti produksi," ujar Bhima.
Bhima menilai, data konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran terlihat janggal dan tidak mencerminkan kondisi konsumsi rumah tangga periode tersebut.
BPS mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 % YoY, naik tipis naik dari kuartal sebelumnya sebesar 4,89 % YoY, dengan kontribusi tertinggi yakni sebesar 54,25 % .
Menurut data BPS, konsumsi rumah tangga periode tersebut didorong kebutuhan bahan makanan dan minuman jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur Idulfitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Iduladha serta libur sekolah.
Mobilitas masyarakat meningkat mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran.
Baca juga: Ormas Gerbang Tani Sedih Lihat Petani dan Nelayan, Minta Pemerintah Bikin Kawasan Ekonomi Khusus
Menurut Bhima, data pendorong tersebut tidak masuk di akal.
Bhima mengucapkan, tanpa adanya momentum penting seperti Lebaran, akan cukup sulit mendorong konsumsi rumah tangga.
"Kuartal II 2025 cuma kebagian sedikit di April Lebaran, enggak make senses," ucap Bhima.