Viral Media Sosial

Tom Lembong Bebas, Loyalis Anies Sebut Akan Melawan Perompak Hukum

Editor: Dwi Rizki
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

VIRAL MEDIA SOSIAL. Tom Lembong dan Geisz Chalifah di pendopo rumah Anies Baswedan, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan pada Rabu (6/8/2025). Geisz menegaskan apa yang dialami oleh Thomas Lembong atau Tom lembong hanyalah satu dari sejumlah kasus yang ia anggap sebagai bentuk kriminalisasi terhadap individu-individu yang bersikap kritis terhadap pemerintah.

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Tokoh yang dikenal sebagai loyalis Anies Baswedan, Geisz Chalifah kembali mengkritisi demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia. 

Melalui akun Instagram pribadinya, @geisz_chalifah pada Kamis (7/8/2025), ia menyoroti praktik kekuasaan dan ancaman terhadap kebebasan berekspresi.

Dalam unggahannya, Geisz menegaskan apa yang dialami oleh Thomas Lembong atau Tom lembong hanyalah satu dari sejumlah kasus yang ia anggap sebagai bentuk kriminalisasi terhadap individu-individu yang bersikap kritis terhadap pemerintah.

"Bertahun-tahun kita menyaksikan secara telanjang, berbagai kriminalisasi terhadap mereka yang lantang bersuara," tulis Geisz. 

"Tujuan mereka cuma satu. Membuat kita jera dan diam dengan segala perilaku ketidakbenaran regim," tegasnya.

Ia menilai tekanan hukum selama ini diarahkan bukan untuk menegakkan keadilan, tetapi untuk menimbulkan efek jera dan membungkam kritik.

Geisz juga menyinggung peran media sosial dan kelompok buzzer, yang menurutnya justru memperkeruh ruang diskusi publik.

Dalam pandangannya, kelompok ini menjadi alat untuk memantau dan melaporkan warganet atau aktivis yang bersuara kritis terhadap pemerintah.

"Setiap suara lantang beresiko dilaporkan oleh para buzzer lapar yang harga dirinya tergadaikan. Mereka para penyembah berhala tak memiliki nurani, tak memiliki kewarasan. Bahkan sedikit saja kemampuan berfikir normalnya manusia mereka tak miliki," ungkap Geisz. 

"Kekuasaan memecah belah bangsa. Warga sipil yang buta kebenaran, menistakan akal sehat mengawasi siapapun (para aktifis) yang kritis lalu melaporkannya," bebernya. 

Lebih jauh, Geisz menyoroti kondisi demokrasi yang ia sebut mengalami 'kegelapan' dalam satu dekade terakhir.

Ia menggambarkan kebebasan berpendapat semakin terancam dan lembaga-lembaga negara yang semestinya menjadi penjaga keadilan justru dimanfaatkan untuk memperkuat kepentingan kekuasaan.

"10 tahun berlalu demokrasi mengalami kegelapan yang sampai hari ini tak menemukan titik terang. Tom Lembong hanyalah satu dari sekian banyak korban lainnya yang ditarget oleh kekuasaan," jelasnya. 

Geisz pun menegaskan tidak akan pernah diam.

Dirinya menolak untuk menyerah dan terus berusaha melawan. 

Halaman
1234

Berita Terkini