“Selalu mengalir, menikmati pekerjaan dan masalah yang datang, tentu diiringi kepasrahan pada Yang Kuasa. Wujudnya, sikap jujur dan kerja keras...”
WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - MENGALIR. Itu salah satu ‘key word’ yang sangat berarti bagi sosok sederhana ini dalam menapaki langkah-langkah kehidupannya.
Jalan kehidupan yang tak bisa ditebak, sehingga apapun bisa terjadi, bahkan yang tak disangka bakal terjadi, harus dinikmati dan dibiarkan mengalir.
Dalam kondisi mengalir itulah, ‘masalah’ atau ‘kendala’ yang muncul menjadi sesuatu yang penting dan perlu.
Mengapa?
“Semakin banyak masalah yang kita hadapi, kita akan semakin kuat untuk menjalani hidup ini. Bahkan ketika lahir, kita pun sudah punya masalah,” tandas Sengkono Dharmawan, Direktur Utama Perseroan PT Mekar Agung Sejahtera - MAS Group, saat berbincang dengan Warta Kota di Gedung Graha Adiyasa, Kota Tangerang, Selasa (27/10/2020)
“Masalah membuat kita jadi tertempa, tidak mudah menyerah,“ imbuhnya.
Dengan mengalir, lanjut Sengkono , masalah yang muncul itu bisa dihadapi dan terus diusahakan untuk diselesaikan.
“Dan yang terpenting, dinikmati. Mengalir berarti juga menikmati. Dengan menikmati, kita jadi enjoy, tidak merasa beban sebesar apapun masalah kita atau tugas pekerjaan kita,” tutur sosok yang juga menjabat Direktur PT Metro Agung Sejahtera ini.
“Selain jalan kita jadi tetap ringan lantaran ‘enjoy’ menikmati ‘masalah’ yang ada, kita pun akhirnya mampu menemukan solusi buat masalah itu sendiri. Dan ketika itu berlalu, kita makin jadi pribadi yang kuat untuk terus menjalani hidup ini,” papar Sengkono.
Baca juga: I Wayan Madik Kesuma, Anak Petani Penggarap Kacang Panjang yang Kini Panen Properti
Baca juga: Gandeng Pengembang Jepang, MAS Group Luncurkan Seion @Serang Seharga Rp 400 Jutaan
Tak ada biaya untuk sekolah
Apa yang dikatakan itu bukan sesuatu yang abstrak atau hanya imbauan belaka. Namun, Sengkono telah mengalami dan menjalaninya, seperti dikisahkannya kepada Warta Kota.
“Saat SD (sekolah dasar), saya bersekolah di SD swasta yang lumayan. Namun saat itu usaha Ayah saya yang pedagang besi di Jakarta, bangkrut,” tutur anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Kondisi tersebut membuatnya nyaris tak dapat melanjutkan pendidikannya.
Apalagi, ketika ingin melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP) sang Ayah telah menegaskan bahwa tidak sanggup membiayainya.
Namun, Sengkono yang lahir di Jakarta tahun 1963 ini tak mau tinggal diam.
Ia lalu mencari sekolah negeri yang saat itu uang sekolahnya jauh lebih kecil dibanding SD swasta tempat ia menyelesaikan penddiikan dasarnya.