“Akhirnya saya bisa masuk SMP Negeri di Jakarta dan bahkan tidak bayar. Nilai-nilai saya yang lumayan saat di SD swasta itu memberikan saya peluang untuk tidak bayar selama sekolah di SMP Negeri tersebut,” ujarnya.
Peristiwa yang sama dialaminya ketika harus memasuki jenjang SMA.
”Ketika masuk SMA Negeri di Jakarta, Saya pun mengalami hal yang sama. Saya tidak bayar uang sekolah lagi,” katanya seraya tersenyum.
Baca juga: Mas Group Serahterimakan Cluster Kintamani Bali Resort Bogor, Konsep Rumah Hoek di Cluster Uluwatu
Tak putus asa
Nah, begitu akan lulus SMA, Sengkono mulai berpikir untuk mencari perguruan tinggi yang juga tidak bayar.
“Tapi di mana ya ada perguruan tinggi yang tidak bayar? Soalnya, kalau harus bayar, orangtua saya tidak mampu,” tuturnya.
Menghadapi situasi tersebut, Sengkono tidak putus asa.
Ia terus berupaya mencari informasi tentang sekolah yang tidak bayar, seperti yang diharapkannya itu.
Saat itu, yang jadi pikirannya hanya bisa kuliah tanpa bayar.
Akhirnya, berdasarkan informasi teman-temannya dan juga bekal prestasinya saat di SMA, Sengkono masuk ke STT di Cilegon, Banten.
“Saat itu, Saya masuk STT Jurusan Teknik Kimia Industri,” ujarnya.
Tinggalkan bangku kuliah
Masuk perguruan tinggi tanpa bayar seperti yang diharapkan bukanlah berarti lancar dan tanpa masalah atau kendala.
Semua masalah yang muncul selalu dihadapinya, dinikmatinya, dan berusaha untuk diselesaikan dengan ‘enjoy’.
Memasuki semester dua, Sengkono mulai bekerja di perusahaan bidang kimia sebagai seorang Marketing.
“Ngga lama, kira-kira di semester dua atau tiga, Saya tinggalkan bangku kuliah. Saya memilih untuk bekerja dan tidak melanjutkan kuliah,” katanya.
Dari perusahaan bahan kimia, ia kemudian bekerja di sebuah pabrik cat, juga sebagai seorang Marketing.