WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Gubernur Sumut Edy Rahmayadi tampak tampil lebih kurus saat rapat virtual bersama gubernur se-Indonesia.
Netizen pun mendoakan agar sang Gubernur yang mantan Pangkostrad tersebut tetap diberi kesehatan dan panjang umur.
Akun Instagram Humas Sumut mengunggah foto Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sedang menjalani rapat virtual bersama gubernur se-Indonesia.
• VIDEO: Gubsu Edy Rahmayadi Ogah PSBB, Begini Cara Dia Atasi Penyebaran Covid
• Edy Rahmayadi Semprot ASN Sumut: Angkat Kursi Lama Kali, Macam Anak TK Aja Kalian
Rapat tersebut membahas masyarakat produktif di tengah pandemi Covid-19 hingga cara hidup baru masyarakat (new normal).
Di kolom komentar unggahan tersebut, netizien malah menyoroti kondisi Gubernur Edy Rahamayadi.
Mantan Pangkostrad itu tampak kurusan.
• 109 Tenaga Medis Dipecat, Ada 14 Dokter Spesialis dan 8 Dokter Umum, Bupati Klaim Pelayanan Aman
• Dokter Ini Dipukuli, Diborgol, Dimasukkan ke RS Jiwa Setelah Mengkritik Pemerintah Terkait Covid-19
Netizen pun ramai mendoakan agar Gubernur Edy Rahmayadi selalu sehat.
Beberapa netizen yang memberi komentar:
rizkyhermana : Lelah kali raut wajah pak Gub, kurus tampaknya. Semoga selalu dalam lindungan Allah. Terus semangat pak, badai pasti berlalu
billygaus10 : Ayah kenapa kurusan sekarang? Sehat terus Yah.
• Maruf Amin: Kami Pemerintah Mohon Maaf Bahaya Corona Belum Hilang
bangprofsaja : Kurusan sekarang pak gub @edy_rahmayadi
muhammadhamsar : Aduh,, Makin kurus aja pak @edy_rahmayadi sehat selalu dan panjang umur Pak,. Semoga Allah mengangkat virus2 tak baik dari bumi secepat2nya.. Aamiiin
ahmad_wiradarma12 : Aduh pak @edy_rahmayadi Kok makin kurus aja...jangan lupa jaga kesehatan pak... Ngurus rkyat boleh aja tapi kesehatan kita juga hrus di jaga
sahabatzd : Sehat selalu ayahanda @edy_rahmayadi inshallah badai akan segera berlalu.
• Dua Bulan Hanya di Rumah Saja, Bastian Steel Antusias Saat Kembali Diajak Syuting di Televisi
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ikut dalam perumusan Protokol Masyakat Produktif dan Aman Covid-19 melalui video conference bersama menteri dan gubernur se-Indonesia.
Protokol Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 ini akan menjadi cara hidup baru masyarakat (new normal) sampai vaksin wabah ini ditemukan sesuai dengan arahan WHO.
New normal yang dimaksud adalah penerapan protokol kesehatan ketat seperti memakai masker, mengatur jarak, tidak berkerumun dan lainnya, namun tetap produktif.
• Sore Ini, Galang Dana Konser Online Jakarta City Philharmonic dan OVO untuk Para Seniman Tradisional
Pemerintah saat ini sedang berupaya untuk merumuskan Protokol Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 agar nantinya bisa diterapkan di setiap daerah dan berjalan dengan baik.
Dikritik WHO
Belakangan sedang tren konsep berdamai dengan virus corona, Herd Immunity atau kekebalan kelompok, hingga New Normal terkait pandemi virus corona yang belu reda.
Dalam berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif.
Untuk itu, pemerintah akan mengatur agar kehidupan masyarakat agar dapat kembali berjalan normal.
Dia pun menyebutnya dengan istilah new normal.
Benarkan New Normal seperti video di bawah ini?:
Pandemi Covid-19 tak dipungkiri menimbulkan dampak bagi kehidupan umat manusia, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Bahkan, pandemi Covid-19 juga berdampak pada rutinitas sehari-hari manusia yang biasanya menjalankan aktivitas seperti bekerja, sekolah, berolahraga, dan lainnya, kini dipaksa untuk berdiam diri di rumah.
Oleh karenanya, istilah new normal hadir sebagai kehidupan baru dari adanya pandemi Covid-19.
• Telusuri Wilayah yang Tingkat Terpaparnya Tinggi, BIN Lakukan Rapid Test Massal ke Warga Depok
Namun tampaknya Presiden Joko Widodo harus memikirkan ulang wacana meminta masyarakat Indonesia untuk 'berdamai' dengan virus corona selama vaksin yang efektif belum ditemukan.
Sebabnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam berita terkininya mengutuk konsep herd immunity atau kekebalan kelompok yang mulai digaungkan berbagai negara dalam mengelola pandemi Covid-19.
Menurut Direktur Eksekutif Program Kedaruratan kesehatan WHO, Dr. Michael Ryan, negara-negara yang berpikir bahwa 'berdamai' dengan virus corona akan secara ajaib menciptakan kekebalan kelompok adalah pemikiran yang keliru.
Langkah-langkah melonggarkan lockdown di mana pemerintahan suatu negara belum benar-benar melakukan sesuatu dalam memerangi Covid-19 disebutnya amat berbahaya.
Dr. Ryan menjelaskan, konsep herd immunity sejatinya digunakan untuk menghitung berapa banyak vaksin yang harus disebar di suatu populasi untuk melindungi orang-orang yang tidak divaksinasi.
"Kita perlu hati-hati saat menggunakan istilah-istilah ini di sekitar infeksi alami pada manusia," kata Dr. Ryan dikutip dari laman WHO (17/05/2020).
• Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Soetta Kerahkan 239 Personel Khusus Kawal Penumpang
"Karena hal ini justru dapat menyebabkan akibat yang sangat brutal, yang tidak menempatkan orang, kehidupan, dan penderitaan di tempat semestinya," tambahnya.
Konsep herd immunity bisa diartikan sebagai upaya untuk menghentikan laju penyebaran virus dengan membiarkan populasi terpapar.
Mereka diharapkan bisa mendapatkan imunitas atau kekebalan alami sehingga virus hilang dengan sendirinya.
Namun, konsep yang kini mulai digaungkan berbagai negara, mendapat kritik dari para peneliti.
Sebabnya, strategi herd immunity dinilai bakal menimbulkan banyak korban meninggal sebelum kekebalan kelompok bisa tercapai.
"Ini adalah penyakit serius, ini adalah musuh publik nomor satu. Kami telah mengatakan ini berulang kali. Tidak ada yang aman sampai semua orang aman," tegas Dr. Ryan.
"Satu-satunya cara aman kita akan bisa mendapatkan herd immunity terhadap virus ini adalah vaksin," kata Natalie Dean, seorang ahli biostatistik di University of Florida yang berspesialisasi dalam epidemiologi penyakit menular, dikutip dari New York Post (04/05/20)
Ahli lain pun berpendapat setidaknya untuk saat ini, herd immunity bukanlah tujuan yang dapat dicapai.
• Jelang Lebaran, 16 Tenaga Medis RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar Positif Covid
Melakukan herd immunity seperti pada kasus cacar air dan campak adalah ide yang mengerikan, para ilmuwan menjelaskan.
Tidak hanya karena Covid-19 jauh lebih berbahaya daripada cacar air, tetapi juga karena seseorang tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
"Kami telah mendengarkan dengan prihatin terhadap suara-suara yang keliru menyarankan bahwa herd immunity dapat segera memperlambat penyebaran Covid-19," tulis David Dowdy dan Gypsyamber D'Souza, dari Departemen Epidemiologi di Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg, dikutip dari Reuters (07/05/20).
"Covid-19 100 kali lebih mematikan daripada cacar air. Misalnya, di kapal pesiar Diamond Princess, tingkat kematian di antara mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2 adalah 1%," jelas mereka.
• Memaknai Kebangkitan Nasional, Telkomsel Indonesia dan KOPHI Sebarkan Donasi Kemanusiaan
Sehingga seseorang yang pergi ke "pesta virus corona" untuk terinfeksi tidak hanya akan secara substansial meningkatkan peluang mereka sendiri untuk mati di bulan berikutnya, efek dari herd immunity ini juga akan membahayakan keluarga dan teman-teman mereka. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Gubernur Edy Rahmayadi Terlihat Kurus, Netizen Apungkan Doa di Kolom Komentar Instagram Humas Sumut, Penulis: Hendrik Naipospos