Berita Nasional

Soal Wacana Ganja Bakal Dilegalkan untuk Keperluan Medis, Begini Penjelasan Kepala BNN

Badan Narkotika Nasional (BNN) menanggapi soal kemungkinan legalisasi ganja untuk keperluan medis di Indonesia.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
WACANA LEGALISASI GANJA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Marthinus Hukom di kawasan Kampung Boncos, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (2/7/2025). Menurutnya, legalisasi ganja masih memerlukan penelitian hingga pertimbangan yang komprehensif dan saintifik. 

Namun, manfaat ganja medis belum terbukti membantu sepenuhnya dari kondisi di atas, dengan beberapa pengecualian, kata Marcel Bonn-Miller, PhD, spesialis penyalahgunaan zat di Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania Perelman.

"Jumlah terbesar bukti untuk efek terapeutik ganja berhubungan dengan kemampuannya untuk mengurangi rasa sakit kronis, mual, dan muntah karena kemoterapi, dan kelenturan (otot tegang atau kaku) dari MS (Multiple Sclerosis)," kata Bonn-Miller. 

Ganja medis membantu mengobati penyakit atau kondisi kesehatan tersebut dengan cara:

  • Mengurangi kecemasan
  • Mengurangi peradangan dan menghilangkan rasa sakit
  • Mengontrol mual dan muntah yang disebabkan oleh kemoterapi kanker
  • Membunuh sel kanker dan memperlambat pertumbuhan tumor
  • Rilekskan otot yang tegang pada orang dengan Multiple Sclerosis
  • Mengendalikan kejang
  • Merangsang nafsu makan dan meningkatkan berat badan, seperti untuk penderita kanker dan AIDS.

Mengutip Healthline, ganja medis ini dapat digunaka dengan beberapa cara sebagai berikut:

  • Inhalasi: vaping dan merokok
  • Konsumsi oral: minyak, tincture, kapsul, dan edibles
  • Topikal: salep, balsem, dan tambalan
  • Supositoria: supositoria dubur atau vagina

Metode dan frekuensi penggunaan ganja medis ditentukan oleh dokter.

Efek samping

Salah satu kemungkinan risiko penggunaan ganja adalah kecanduan dan penyalahgunaan obat, yang masih diperdebatkan.

Mengutip Verywell Health, beberapa penelitian menunjukkan bahwa THC dan CBD umumnya aman dan menghasilkan sedikit efek samping.

Beberapa efek samping cannabinoids ganja medis yang telah dilaporkan meliputi:

  • Perubahan mood dan nafsu makan
  • Kantuk
  • Perasaan cemas atau perubahan suasana hati lainnya
  • Mual dan pusing

Penggunaan THC juga dapat menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan, seperti:

  • Peningkatan detak jantung
  • Mulut kering
  • Kehilangan memori.

Ganja itu sendiri dapat memiliki sejumlah efek samping jangka pendek dan jangka panjang, termasuk:

  • Gangguan memori jangka pendek
  • Penilaian yang berubah
  • Gangguan koordinasi.

Ada penelitian juga yang menunjukkan bahwa ganja dapat mengubah perkembangan otak dan dapat menyebabkan gangguan kognitif.

National Institute on Drug Abuse (NIDA) juga mencatat bahwa THC mengubah fungsi hipokampus dan korteks orbitofrontal.

Area otak tersebut penting dalam pembentukan ingatan baru dan kemampuan untuk mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal berikutnya.

Ini tidak hanya memengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar dan membentuk ingatan baru, tetapi juga mempersulit orang untuk melakukan tugas-tugas yang rumit.

Mengutip Healthline, NIDA mencatat penelitian yang menunjukkan 30 persen pengguna ganja mungkin memiliki gangguan penggunaan ganja.

Penelitian juga menyatakan bahwa orang yang merokok ganja sebelum usia 18 tahun, 4 sampai 7 kali lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan penggunaan ganja dari pada orang dewasa.

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved