Pendidikan

Cerita Aishah Prastowo Alumni LPDP dan S3 Engineering Science di Oxford Jadi Guru SMA di Yogyakarta

Aishah Prastowo adalah alumni LPDP angkatan dinosaurus (PK-6), S3 Engineering Science di Oxford, yang kini menjadi guru SMA di Yogyakarta.

Dokumentasi LPDP via Kompas.com
LULUSAN OXFORD JADI GURU SMA - Aishah Prastowo adalah alumni LPDP angkatan dinosaurus (PK-6), S3 Engineering Science di Oxford, yang kini menjadi guru SMA di Yogyakarta. Rata-rata guru yang mengajar jenjang SD-SMA adalah lulusan D-IV atau S1. Sementara Aishah malah memilih menjadi guru sekaligus kepala sekolah Praxis High School dengan ijazah doktor dari kampus nomor wahid di dunia, University of Oxford di Inggris. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Aishah Prastowo mendadak viral di media sosial.

Ia membagikan unggahan yang menceritakan perjalanannya sebagai alumni beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Aishah Prastowo adalah alumni LPDP angkatan dinosaurus (PK-6), S3 Engineering Science di Oxford, yang kini menjadi guru SMA di Yogyakarta.

Baca juga: Beasiswa LPDP-Patriot hingga PJJ, Komitmen Dikti Saintek untuk Transformasi Transmigrasi

Rata-rata guru yang mengajar jenjang SD-SMA adalah lulusan D-IV atau S1.

Sementara Aishah malah memilih menjadi guru sekaligus kepala sekolah Praxis High School dengan ijazah doktor dari kampus nomor wahid di dunia, University of Oxford di Inggris.

Praxis High School adalah SMA alternatif berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art) yang terletak di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Baca juga: Mahasiswa Papua Program LPDP di Amerika Serikat Siap Mengabdi di Tanah Kelahiran

Sebagai salah satu penerima Beasiswa LPDP generasi pertama pada 2014 di Oxford, Aishah Prastowo menceritakan, anak didiknya banyak yang ikut berlaga di ajang internasional.

"Kemarin anak-anak dari Vietnam ikut kompetisi robotika internasional di FIRST Tech Challenge, alhamdulillah dapat penghargaan Judges Choice Award," kata Aishah Prastowo dilansir dari laman LPDP, Senin (9/6/2025).

Ayah Aishah adalah dosen Fisika di Universitas Gadjah Mada, sementara ibunya adalah lulusan Teknik Kimia di kampus yang sama.

Baca juga: Dilaporkan Warga Bekasi ke Polisi terkait Pendidikan Anak di Barak Militer, Dedi Mulyadi: Rileks Aja

Ia sempat ikut ayahnya yang menempuh S3 di Queens University, Kanada, sehingga keilmuan tentang fisika dan cita-cita kuliah di luar negeri tumbuh sejak belia hingga mengambil S1 Teknik Fisika UGM pada 2007.

"Menurut saya fisika itu sangat konkret, sesuatu yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tentang bola dilempar, kendaraan melaju," ucap Aishah Prastowo.

Ia pernah mendapat medali perak di Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Pekanbaru tahun 2004 saat di bangku SMP.

Baca juga: Presiden Prabowo Terima Delegasi Inggris di Hambalang Bogor, Perluas Kerja Sama Pendidikan

Eksplorasinya dengan dunia fisika membuatnya ingin mempelajari dengan pendekatan multidisiplin.

Aishah mengambil S2 Interdisciplinary Approach to Life Science di Universite Paris Descartes pada 2011 dengan beasiswa dari pemerintah Prancis.

"Teman saya itu ada yang dari biologi, kedokteran, kimia, dari teknik elektro, dan lain-lain, kami mempelajari bagaimana mendekati ilmu biologi itu dengan berbagai sudut pandang," katanya.

LULUSAN OXFORD JADI GURU SMA - Aishah Prastowo adalah alumni LPDP angkatan dinosaurus (PK-6), S3 Engineering Science di Oxford, yang kini menjadi guru SMA di Yogyakarta. Rata-rata guru yang mengajar jenjang SD-SMA adalah lulusan D-IV atau S1. Sementara Aishah malah memilih menjadi guru sekaligus kepala sekolah Praxis High School dengan ijazah doktor dari kampus nomor wahid di dunia, University of Oxford di Inggris.
LULUSAN OXFORD JADI GURU SMA - Aishah Prastowo adalah alumni LPDP angkatan dinosaurus (PK-6), S3 Engineering Science di Oxford, yang kini menjadi guru SMA di Yogyakarta. Rata-rata guru yang mengajar jenjang SD-SMA adalah lulusan D-IV atau S1. Sementara Aishah malah memilih menjadi guru sekaligus kepala sekolah Praxis High School dengan ijazah doktor dari kampus nomor wahid di dunia, University of Oxford di Inggris. (Dokumentasi LPDP via Kompas.com)

Ada kewajiban magang untuk melakukan proyek penelitian sekitar tiga sampai empat bulan.

Aishah kala itu disuruh bekerja magang di berbagai laboratorium.

Dari sinilah justru keinginannya untuk sekaligus melanjutkan pendidikan S3 tumbuh.

Baca juga: MK Putuskan SD-SMP Negeri dan Swasta Gratis, Begini Tanggapan Kasudin Pendidikan Wilayah 2 Jakpus

"Saya merasa penelitian itu kalau cuma misalnya tiga bulan itu kayak baru nyiapin, belum benar-benar masuk ke dunia penelitian, jadi saya waktu S2 itu langsung lanjut S3," ucap Aishah Prastowo.

Saat belum genap 30 tahun, Aishah bahkan sudah berencana kuliah jenjang S3.

Kala itu LPDP baru memulai layanannya pada 2013 dan Aishah mendapat informasi Beasiswa LPDP dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris.

Baca juga: MK Putuskan Pemerintah Wajib Gratiskan Pendidikan SD hingga SMP di Sekolah Swasta, Ini Kata Pengamat

Akhirnya, Aishah resmi menjadi mahasiswi Oxford pada 2014.

Banyak yang bilang menjalani kehidupan PhD bukan untuk semua orang.

Tuntutan menjadi ahli dengan sederet aktivitas akademiknya tidak jarang berbuah banyak tekanan.

Baca juga: Begini Jawaban Tegas Dedi Mulyadi saat Pendidikan Siswa Bermasalah di Barak Militer Dikritik KPAI

Untuk meminimalisir hal tersebut yang pertama kali disiapkan adalah mentalnya terlebih dahulu selain tentunya memang mencintai ilmu yang ditekuni.

"Mentalnya yang sangat diperjuangkan, karena tentunya kita harus beradaptasi dengan kultur di sana dan bagaimana mahasiswa lain pada ambis semua," ucap Aishah Prastowo.

"Dari supervisor juga cukup tinggi standarnya, kalau ada yang kurang pasti dikasih feedback, 'dibantai' dalam tanda petik untuk hasilkan yang terbaik," lanjutnya.

Baca juga: Empat Sekolah Swasta di Jakarta Barat Bakal Jadi Contoh SD-SMP Gratis

Kala itu, Aishah Prastowo ingat pernah memberi nilai pada mahasiswa di sana sudah cukup bagus sebenarnya.

Namun ternyata mereka tak segan bertanya kritis terkait keputusan pemberian nilai tersebut.

Mereka ingin berusaha memenuhi ekspektasi agar bisa mendapat nilai yang terbaik.

Baca juga: Dedi Mulyadi Akan Hapus PR Bagi Siswa Sekolah di Jawa Barat, Agar Bisa Melakukan Sejumlah Hal Ini

Pengelaman yang jarang atau bahkan tak akan ditemukan di bangku perguruan tinggi nasional.

Penelitian yang dilakukan Aishah terfokus pada bidang mikrofluida multifase.

Secara garis besar, ini adalah teknologi untuk mentransfer dan memproses fluida atau cairan dengan volume yang sangat kecil.

Baca juga: Pramono Umumkan Beasiswa KJMU Telah Dicairkan, Tidak Hanya untuk S1 tapi Sampai S3 

Terobosan pemanfaatan mikrofluida dalam skala mikro ini dapat dipakai untuk mengoptimalisasi berbagai eksperimen terkait, baik di laboratorium sampai diagnosis di bidang kesehatan.

Ia mencontohkan pengaplikasian pada drug screening untuk mengetahui respon sel terhadap obat-obatan.

Aishah menerangkan, selama ini memakai berbagai tabung reaksi dengan volume besar, dengan mikrofluida skala mikro ini cukup lewat droplet yang volumenya hanya sekian nanoliter atau sekian mikroliter.

Baca juga: UNTAR Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru hingga Juni, Siswa Tak Lolos SNPB Bisa Dapat Beasiswa Penuh

Tentunya, penelitian yang dibawa Aishah punya potensi besar dalam menghadirkan efisiensi pada kinerja berbagai eksperimen laboratorium dan dunia kesehatan yang berkaitan dengan mikrofluida.

Dalam laporan BBC tahun 2015, Aishah menyampaikan, penelitiannya ini sangat relevan bila diterapkan di Indonesia.

"Misalnya untuk membuat alat diagnostik penyakit secara murah dan dapat dilakukan di pelosok yang kurang terjangkau oleh alat laboratorium yang kompleks," katanya.

Baca juga: BINUS University Sediakan 20.000 Beasiswa, Tawarkan Program Belajar 2,5 Tahun Dijamin Langsung Kerja

Aishah Prastowo sudah meneliti mikrofluida sejak bangku S2.

Berbagai hasil penelitiannya telah dipublikasikan di jurnal-jurnal Q1 dan juga dikutip puluhan kali.

Kepala Sekolah

Menjadi guru sekaligus kepala sekolah yang saat ini dilakoni Aishah jelas belum ada di benaknya sebagai lulusan Oxford.

Berkarir sebagai peneliti masih menjadi impian utama setelah rampung studi pada 2019.

Tidak lama setelah wisuda, Aishah melangsungkan pernikahan dan sempat menjadi tim peneliti dosen.

Jeda hamil sekaligus mengurus buah hati perdana, dan pandemi Covid-19 yang menyergap dunia membuatnya harus beresiliensi kembali terkait karier kontribusinya.

Di masa Covid panjang itu Aishah banyak disibukkan dengan berbagai aktivisme pengajaran.

Mulai dari membuka kelas belajar, pengajar academic writing untuk level mahasiswa, sempat mengajar penelitian dan penulisan ilmiah untuk penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM), termasuk konsultan untuk mahasiswa yang melanjutkan studi ke luar negeri.

Ia juga terlibat pengajaran kepada anak-anak SMP dan SMA yang mengikuti lomba penelitian nasional macam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI).

Interaksi daring maupun luring dengan para anak didik dari berbagai wilayah Indonesia cukup memberikan pengalaman lebih luas di dunia pengajaran dan mentorship penelitian.

Aishah kemudian bergabung di Alta Global School sebagai guru penelitian dan tawaran merintis sekolah alternatif datang pada 2024.

Ini sekaligus keputusan penting baginya, apakah benar-benar ingin terjun lebih serius sebagai guru, ataukah lanjut sebagai peneliti dengan mengambil post doctoral.

Praxis High School adalah sekolah setingkat SMA.

"Sebelumnya kami adalah Praxis Academy, itu semacam IT bootcamp, visinya menjembatani antara lulusan kuliah atau dunia akademik dengan dunia kerja," ucap Aishah.

Transformasi dari bootcamp menjadi sekolah tetap membawa visi yang sama yaitu menjembatani lulusan siswa didik tidak hanya memiliki skill akademik tapi juga bekal menjadi seorang profesional di bidangnya. 

Racikan pelajaran dasar bergaya Kurikulum Merdeka dan ditambah kemampuan riset, inovasi, bisnis dan bermacam soft skill lainnya menjadi santapan para murid yang bersekolah di Praxis High School.

"Mengacu pada penelitian di masa depan nanti dunia kerja dipengaruhi banyak hal, terutama otomasi seperti robotika dan AI, itu akan banyak menutup lapangan kerja yang sekarang sudah ada," ucapnya.

"Bagaimana juga membuka banyak lapangan kerja baru, ini sebagai tantangan dan peluang, para siswa belajar AI di kelas satu, coding, kompetisi robotika juga," kata Aishah.

Kepemimpinan di Sekolah Praxis Sekolah Praxis memang masih belia dengan baru ada satu angkatan.

Para muridnya berjumlah delapan orang dan duduk di bangku kelas 10.

Mendirikan sekolah bukan perkara mudah.

Bagi Aishah, tantangannya bukan hanya soal kurikulum, tapi juga soal kepemimpinan.

Terus belajar hal baru adalah jalan yang juga sedang ditempuh Aishah.

Dari Oxford ke Yogyakarta, dari lab ke ruang kelas, Aishah Prastowo menulis ulang makna kontribusinya, bahwa meski rencana bisa tak sesuai dengan keadaan, tetapi fokus diri tidak boleh hilang.

Untuk bisa bermanfaat bagi banyak orang, migunani tumraping liyan, dengan ilmu yang sudah didapat.

"Jangan takut atau merasa minder, kalau dirasa belum memberi impact yang besar, ya justru impact-impact yang kecil ini yang bisa lebih dirasakan manfaatnya buat orang-orang sekitar,"ucap dia.

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Aishah, Lulusan S3 Oxford yang Jadi Guru SMA di Yogyakarta"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved