Polemik Ijazah Palsu

Polres Jaksel Gercep Proses Laporan Relawan Jokowi terhadap Roy Suryo Cs soal Tudingan Ijazah Palsu

Kompol Murodih menuturkan, penyidik berencana melakukan pemanggilan terhadap sejumlah saksi.

|
Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Feryanto Hadi
kolase foto istimewa
KEJANGGALAN IJAZAH JOKOWI - Pakar Telematika KRMT Roy Suryo mengungkapkan sederet kejanggalan terkait skripsi Presiden ke-7 Republik Indonesia. Buntut dari pernyataan itu, Roy Roy Suryo dilaporkan ke sejumlah polres 

"Pak Jokowi juga tegas memberitahukan kepada kami bahwa jika nanti diperlukan lagi, siap untuk mempertanggungjawabkan dan siap untuk memberikan keterangan lebih lanjut lagi jika memang diperlukan untuk keperluan penyidikan," jelas Yakup.

Setelah membuat laporan polisi, Jokowi langsung diperiksa di Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya.

Jokowi menjalani pemeriksaan selama sekitar dua jam dengan didampingi tim kuasa hukumnya.

Baca juga: Sambangi Polda Metro Jaya, Begini Kekesalan Jokowi Masih Difitnah Meski Tak Jabat Presiden Lagi

"Ya, ini sebetulnya masalah ringan. Urusan tuduhan ijazah palsu. Tetapi perlu dibawa ke ranah hukum, agar semua jelas dan gamblang ya," kata Jokowi.

Dalam pemeriksaan tersebut, Jokowi mengaku menerima 35 pertanyaan dari penyidik Polda Metro Jaya.

"Ditanya banyak, ditanya 35 (pertanyaan)," ujar Jokowi.

Jokowi Serahkan Barang Bukti 24 Video

Tak hanya ijazah, Jokowi turut menyerahkan 24 barang bukti berupa video kepada penyidik Polda Metro Jaya terkait laporan tudingan ijazah palsu yang dialamatkan kepadanya.

Kuasa hukum Jokowi, Yakup Hasibuan, menjelaskan bahwa video-video tersebut berisi pernyataan dari berbagai pihak yang menyebarkan tuduhan terkait keaslian ijazah kliennya.

"Semua barang bukti yang sudah kami serahkan. Peristiwa-peristiwa tudingan ijazah palsu. Ada sekitar 24 video yang Pak Jokowi lampirkan dalam laporan," kata Yakup di Mapolda Metro Jaya, Rabu (30/4/2025).

Selain bukti video, ujar Yakup, Jokowi juga telah menunjukkan dokumen ijazah asli mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Viral Media Sosial - Pakar Telematika Roy Suryo membeberkan sejumlah fakta hasil penelusurannya dalam membuktikan keabsahan ijazah milik Presiden Republik Indonesia Ketujuh, Joko Widodo (Jokowi). Fakta itu dipamerkannya dalam program talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipandu Karni Ilyas pada beberapa waktu lalu. 
Viral Media Sosial - Pakar Telematika Roy Suryo membeberkan sejumlah fakta hasil penelusurannya dalam membuktikan keabsahan ijazah milik Presiden Republik Indonesia Ketujuh, Joko Widodo (Jokowi). Fakta itu dipamerkannya dalam program talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipandu Karni Ilyas pada beberapa waktu lalu.  (Istimewa)

Baca juga: Dilaporkan Jokowi ke Polda Metro Jaya Terkait Pencemaran Nama Baik, Begini Tanggapan Roy Suryo

Yakup berharap, semua bukti tersebut dapat membantu penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya dalam menangani perkara secara objektif.

"Kami menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk mendalami dan menjelaskan lebih lanjut pokok perkara ini," ujar Yakup.

Bedah Skripsi Jokowi, Roy Suryo Temukan Lima Bukti Manipulasi

Roy Suryo berhasil membedah skripsi ijazah milik mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). 

Fakta itu dipamerkannya dalam program talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipandu Karni Ilyas pada beberapa waktu lalu. 

Dalam paparannya, Roy Suryo mengungkap sejumlah kejanggalan dari skripsi yang menjadi syarat kelulusan Jokowi

Dihadapan seluruh pihak, Roy Suryo memamerkan potret skripsi yang diperolehnya sendiri dari Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Potret yang diambilnya sendiri dengan menggunakan kamera beresolusi tinggi itu menunjukkan sejumlah kejanggalan. 

Serupa dengan ijazah, dirinya meyakini skripsi Jokowi tersebut juga merupakan hasil rekayasa. 

"Jadi ini skripsi aslinya, ini bukan dari sosmed, ini saya pegang sendiri, saya scan sendiri dengan menggunakan kamera beresolusi tinggi," ungkap Roy Suryo menunjukkan potret skripsi milik Jokowi lewat layar besar.

"Kalau kita buka selanjutnya ini menarik, karena berlanjut, kalau misalnya kita bisa lihat gambar selanjutnya ini nanti akan terlihat ketidakkonsistenannya," tambahnya. 

Dalam lembar berikutnya, Roy Suryo menunjukkan potret halaman demi halaman skripsi berjudul 'Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kotamadya Surakarta' yang diklaim dibuat tahun 1985. 

Teknik cetak pada beberapa halaman menunjukkan karakteristik mesin printer inkjet atau printer laserjet yang baru tersedia tahun 1990-an. 

Sembari memperlihatkan perbedaan tekstur cetakan, Roy Suryo menyebutkan pada tahun skripsi dibuat, tepatnya tahun 1985, percetakan masih menggunakan teknik litografi manual dengan susunan huruf timah yang tidak sempurna. 

Namun, apabila dibandingkan dengan cetakan skripsi Jokowi, terlihat adanya konsistensi font dan kerapihan yang hanya mungkin dihasilkan teknologi digital. 

"Kita bayangkan sekarang ini tahun 1985 atau tahun 80-an, belum ada yang namanya mesin cetak mesin, ya (printer) laser juga waktu itu belum ada, yang namanya mesin cetak itu termasuk percetakan dan waktu itu yang dicetak itu mesin cetak tinggi Bang Karni," ungkap Roy Suryo.

"Jadi teknik itu litograf itu harus disusun huruf satu per satu, dibolak-balik kemudian diputar srek-srek gitu, trus muncul kayak gini. Jadi hurufnya disusun gitu, terus disusun satu per satu kadang hurufnya beda dengan huruf yang lain, jadi jenis fontnya beda," bebernya.

"Yang menarik dari skripsi ini adalah ketika di halaman selanjutnya, sekilas sama bang karni dengan yang tadi, tapi ini kalau orang ngerti percetakan dan dia kuliah itu namanya grafik publisitas, kebetulan saya anak komunikasi belajar ini udah langsung bisa lihat ya kalau lembaran ini dicetak dengan menggunakan teknologi yang sudah jauh melampaui zamannya. Ini teknologi tahun 90an, karena ini hasil dari mesin cetak injet, keluar setelah laser jet jadi ini di atas tahun 92," papar Roy Suryo. 

Tanda Tangan Palsu

Dalam paparan berikutnya, Roy Suryo mengungkapkan hasil analisisnya mengenai nama sekaligus tanda tangan Prof. Dr. Ir. Ahmad Sumitro yang tercantum sebagai dosen pembimbing. 

Terkait hal tersebut, dirinya secara langsung mengkonfirmasi putri dari almarhum Ahmad Sumitro. 

Putri almarhum yang kini bermukim di Australia itu katanya telah memverifikasi dan meyakinkan bahwa tanda tangan yang dibubuhkan dalam skripsi Jokowi bukan milik ayahnya.

"Dan yang lebih menarik lagi ini kesalahan kesalahan mulai muncul di sini, nama guru besar doktor teknik Ahmad Soemitro yang di sana bahkan sudah dikoreksi oleh putrinya sendiri, putrinya sekarang ada di Australia dia langsung bilang, 'itu bukan nama ayah saya, nama ayah saya guru besar doktor teknik Ahmad Sumitro pak'," ungkap Roy Suryo.

"Anda bayangkan Pak Karni, kalau misalnya saya minta tanda tangan Pak Karni, terus di nama saya tetap Karni Iljes, jadi mau tanda tangan? Pak Karni pasti marah. Padahal ini mahasiswa minta tanda tangan dosennya dan begitu lihat tanda tangan ini senyum si putri," bebernya.

"Dan dia dengan kata lain bilang itu bukan tanda tangan bapaknya dan begitu bandingkan akan langsung bisa lihat tanda tangan asli ini dengan profesor Ahmad Sumitro ada tekanan yang berbeda, tarikannya lain. Ini tanda tangan seperti seseorang yang baru belajar membuat tanda tangan, ragu-ragu," jelas Roy Suryo. 

Tak hanya itu, Roy Suryo juga mengungkap sejumlah kejanggalan di antaranya, tidak adanya lembar ujian skripsi yang seharusnya memuat tanda tangan penguji. 

Selanjutnya tidak adanya ketidaksesuaian nama pembimbing dengan pernyataan Jokowi serta tidak tercantumnya tanggal pengesahan pada dokumen. 

"Hal yang menarik lainnya adalah tidak ada tanggal Pak Karni. Jika kita kumpulkan skripsi dan itu sebagai syarat utama ijazah, harus ada tanggal. Dan yang paling menarik pak karni bukti rekaman itu ada berkali-kali Jokowi mengatakan Pembimbing saya Pak Kaspujo, ada dua kali dia menyebutkan tahun 2017 dan tahun baru-baru ini, 'saya dibimbing oleh Pak Kasmojo'," ujarnya menirukan pernyataan Jokowi.

"Maju mundur maju mundur, 'Kasmujo dulu galak sekali', tapi nama Kasmujo tidak ada di sini. Padahal itu pembimbingnya," jelasnya.

"Kejanggalan lainnya adalah tidak adanya lembar ujian dan itu ada tanda tangan dosen penguji harusnya di sini. Skripsi ini tidak pernah diuji atau siapa pengujinya, tidak ada," beber Roy Suryo. 

Jejak Rekayasa Digital

Dalam kesempatan yang sama, Roy Suryo mengungkapkan adanya kejanggalan terkait perbedaan kualitas kertas antar halaman yang signifikan. 

Kertas tersebut katanya diduga memiliki usia yang berbeda. 

Oleh karena itu, dirinya menganjurkan agar dilakukan pengujian dengan menggunakan uji karbon. 

Selanjutnya, hal yang paling disorotinya adalah analisis menggunakan teknologi hasil Error Level Analysis (ELA). 

Hasilnya, tingkat kompresi gambar yang tidak konsisten pada dokumen digital, adanya jejak editing digital serta ketidaksesuaian resolusi pada bagian-bagian tertentu. 

"Berani saya pastikan 99 persen itu palsu, kenapa saya bilang palsu, ada teknologi yang bisa me-review itu bang karni, namanya teknologi ELA (error level analysis). Di error level analysis ketemu aslinya, jadi maksudnya ini tandatangan dia (Ahmad Sumitro) asli dari orang lain, bukan miliknya Jokowi," ungkap Roy Suryo. 

"Kalau di ijazah ada keanehan, di bidang logo, pas foto lalu dicap (stempel). Setelah kita teliti ya itu ternyata tidak menempel atau maaf tidak ditempel stempel, jadi stempel itu yang di bawah pas foto," jelasnya.

"Jadi seperti orang kalau mau memalsukan foto ya, itu kan kemudian ada stempel di foto ditempel itu dia pemotongnya tipis sekali itu. Dan begitulah yang terjadi dan sudah dicek menggunakan komputer, sangat jelas saya analisa itu," tegasnya. 

Roy Suryo Pastikan Potret Dalam Ijazah Bukan Jokowi

Mantan Menpora, Roy Suryo menegaskan sosok pria dalam ijazah yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada bukanlah Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).

Berdasarkan analisis menggunakan artificial intelegence (AI) dan Error Level Analysis (ELA), potret dalam ijazah dengan potret tidak memiliki kecocokan.

Namun, ketika potret dalam ijazah disandingkan dengan potret sepupu kandung Jokowi, Dumatno Budi Utomo, hasilnya mengejutkan.

Pakar telematika itu meyakini sosok dalam ijazah adalah Dumatno Budi Utomo.

"Mohon maaf akhirnya saya harus bilang apa adanya, begitu dengan program itu, ketika itu gambar Pak Jokowi saya saandingkan dengan foto Mr X ini, jawabannya apa? Mismatched, atau tidak match. Saya pastikan itu bukan Jokowi, 99,9 persen," kata Roy.

"Saya berani pastikan foto diijazah itu adalah miliknya Dumanto Budi Utomo, Dumatno Budi Utomo," jelas Roy Suryo dalam YouTube Abraham Samad SPEAK UP yang kini viral di media sosial.

"Sepupunya Jokowi?" tanya Abraham Samad.

"Sepupunya Jokowi," tegas Roy Suryo.

"Kok bisa dia? kemudian dicari juga, ketemu juga, akhirnya foto Jokowi dulu dengan Dumatno itu," ujar Roy Suryo membandingkan foto keduanya.

IJAZAH JOKOWI-Ijazah Jokowi yang ditunjukkan politisi PSI usai ramai tuduhan ijazah palsu
IJAZAH JOKOWI-Ijazah Jokowi yang ditunjukkan politisi PSI usai ramai tuduhan ijazah palsu (X @DiansandiU)

Dirinya tetap membandingan foto tersebut, meski diketahui Dumatno dengan Jokowi sangat berbeda usia.

"Kok beda usianya? Memang ternyata beda," tegas Roy Suryo.

"Mereka berdua itu terpaut usia sekitar 16 tahun," tambahnya.

Penasaran, Abraham Samad menyampaikan menanyakan rentang usia antara Jokowi dengan Dumanto.

"Siapa yang lebih tua?" tanya Abraham Samad.

"Ya Jokowi lebih tua. Jokowi tahun 1961, Dumatno ini lahir tahun 1977," jelas Roy Suryo.

"Oh masih muda ya?" tanya Abraham Samad lagi.

"8 Juli 77," jawab Roy Suryo.

VIRAL MEDIA SOSIAL - Sepupu kandung Jokowi, Dumatno Budi Utomo
VIRAL MEDIA SOSIAL - Sepupu kandung Jokowi, Dumatno Budi Utomo. Mantan Menpora, Roy Suryo menegaskan sosok pria dalam ijazah yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada bukanlah Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), melainkan Dumanto Budi Utomo.

"Dan bentuknya sekarang, wajahnya sekarang pun, kalau dilihat akhirnya orang juga bisa tahu akhirnya, bibirnya tebal, telinganya daplang, hidungnya juga sedikit mancung, pakai kacamata," ungkap Roy Suryo. 

"Yang namanya pakai kacamata itu kan nggak bisa hilang, Pak Samad, ya kan?" tanya Roy Suryo.

"Jadi ini memang membuat saya, wah ini memang sebuah proses yang luar biasa. Saya ini kaget saya, terus terang Pak Samad. Kesimpulannya lebih dari 80 persen ini match dengan foto di Ijazah," jelas Roy Suryo.

Sosok Dumanto sendiri diketahui adalah alumni STIES Surakarta.

Dumatno adalah mantan Caleg DPR RI Hanura di Pemilu 2019-2024 dari Dapil IX Jawa Tengah.

Riwayat pendidikan Dumatno Budi Utomo tersebut diungkap akun IG @dpp_hanura, pada 26 Februari 2019.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved