Berita Nasional

Deddy Sitorus Dilaporkan ke KPK gegara Naik Helikopter, IPW Minta Aparat Bersikap Profesional

Laporan itu buntut postingan Deddy Sitorus di akun media sosialnya, dimana dia menaiki sebuah helikopter di sebuah lokasi.

|
Editor: Feryanto Hadi
tangkapan layar
Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santosa saat memberikan keterangan soal pelaporan terhadap Deddy Sitorus 

Diketahui Deddy Sitorus, anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi PDIP masa bhakti 2019-2024 dilaporkan ke KPK dan Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Polri oleh Lembaga Studi dan Advokasi Anti Korupsi (LSAK), Selasa (17/12/2024) kemarin. 

Ketua LSAK Hariri mengatakan, pihaknya melaporkan Deddy Sitorus terkait dugaan tindak pidana korupsi dan/atau gratifikasi sebagaimana yang dimaksud  Pasal 12B ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan  atas Undang-Undang Nomor  31 Tahun 1999 tentang  Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan pemberi diduga dua orang pengusaha muda berasal dari Ternate 

Menurut Hariri, pada masa kampanye legislatif periode 28 November 2023 sampai dengan 10 Februari 2024, Deddy Sitorus calon anggota DPR PDIP dari daerah pemilihan Kalimantan Utara,  yang  saat itu masih berstatus anggota DPR RI, melaksanakan kegiatan kampanye guna mendapat kemudahan mendatangi lokasi-lokasi kampanye dan mendulang suara, dengan menggunakan Helikopter jenis EC130T2 milik PT. SCA yang disewa melalui PT. MBA.

“Patut diduga terdapat hubungan istimewa tertentu antara Dedy Sitorus selaku seorang penyelenggara negara/anggota DPR RI dengan pihak pemberi gratifikasi, yang menjadi kewajiban penyidik untuk mengungkapkannya. Dedy Sitorus diduga menerima gratifikasi berupa penyewaan Helikopter jenis EC130T2 milik PT. SCA sebanyak 8 (delapan) kali pada periode  tempus tanggal 28 November 2023 sampai dengan 10 Februari 2024, dengan  total durasi penerbangan diperikirakan selama 48 jam," ujar Hariri kepada wartawan di Gedung Bareskrim Polri, Selasa (17/12/2024) usai diterima, Irjen Pol Cahyono Wibowo, Kepala Korstastipidkor Polri.

Berdasarkan tarif yang diberlakukan penyewaan Helikopter jenis EC130T2 oleh PT.SCA per jam sebesar usd 4000. Nilai pembayaran dan/atau gratifikasi yang diterima Dedy Sitorus, selaku seorang penyelenggara negara/anggota DPR RI adalah sebesar usd 192.000 atau  Rp. 3.072.000.000,-.

“Berkat pemberian gratifikasi telah memungkinkan Dedy Sitorus mendulang suara sebanyak 59.333 suara, sehingga menang bersaing dengan calon legislatif yang lain, seperti Hasan Saleh dari Partai Demokrat, dan Immanuel Ebenez," jelasnya.

Helikopter jenis EC130T2 milik PT. SCA  adalah helikopter serbaguna ringan bermesin tunggal yang dikembangkan dari Eurocopter AS350 Ecureuil sebelum salah satu perubahan utamanya adalah penggunaan perangkat anti-torsi Fenestron sebagai pengganti rotor ekor konvensional. Helikopter ini diluncurkan dan diproduksi oleh Eurocopter Group yang kemudian berganti nama  menjadi Airbus Helicopters.

Sementara Deddy Sitorus memberikan klarifikasi melalui sebuah video

Dia menjelaskan alasan menggunakan helikopter saat kampanye di daerah Kalimantan.

"Kalimantan Utara itu terdiri dari daerah pedalaman. Jadi hampir 40 persen pemilih itu ada di daerah pedalaman. Kalau di sana mau ke desa-desa yang tidak ada jalan raya atau sungai, itu anda membutuhkan waktu berhari-hari dengan berjalan kaki. Kalau ada sungai,sungainya tidak sampai ke hulu

Kalau daerah perbatasan itu, kalau Anda ingin mendatangi pemilih itu Anda membutuhkan waktu yang panjang dan berat. Oleh karena itu saya menggunakan helikopter untuk menggunakan pemilih di desa-desa yang tidak didatangi calon manapun. Karena saya diajarkan partai untuk turun ke bawah."

Deddy menyebut alasannya menggunakan helikopter lantaran dia bisa bertemu langsung dengan pemilih yang berada di pedalaman.

"Saya mengeluarkan uang dan sudah dilaporkan ke KPU untuk menyewa helikopter supaya saya bisa mendatangi pemilih langsung ke desa-desa. Saya betaruh nyawa melewati badai, gunung-gunung supaya saya bisa bertemu langsung dengan masyarakat pedalaman supaya bisa mendengar keluhan mereka, dan saya mempunyai ikatan dengan mereka."

"Kalau caleg yang lain cuma kirim tim dan siraman money politik. Kita mendatangi dengan hati. Jadi itu bukan flexing. Itu bukan pesawat mewah model Kaesang dan Bobby Nasution, itu pesawat perintis. Jadi ini penyesatan yang sedang dilakukan untuk membunuh karakter saya," ungkapnya
                                                                            

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved