Berita Nasional

Warga Desa Pasar Rawa Temukan ‘Harta Karun’, Pohon Nipah dengan Ragam Manfaat Ekonomi

Warga Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara menemukan ‘harta karun’ berupa pohon nipah untuk perekonomian warg

Warta Kota/Fitriyandi Al Fajri
(kiri-kanan) Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Penghijauan Maju Bersama, Kasto Wahyudi; Sekretaris Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Maju Bersama Kuliner Sabaria Hasibuan; Ketua Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Pasar Rawa, Rudi Irwansyah Putra dan Sekretaris Desa Pasar Rawa, Siswanto. Mereka menunjukkan ragam olahan dari pohon mangrove yang ada di desanya di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (3/12/2024). 

WARTAKOTALIVE.COM, LANGKAT - Warga Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara menemukan ‘harta karun’ berupa pohon nipah.

Pohon yang merupakan salah satu jenis mangrove ini memiliki segudang manfaat bagi perekonomian masyarakat setempat.

Ketua Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Pasar Rawa, Rudi Irwansyah Putra (40) mengatakan, tanaman mangrove yang ada di wilayah setempat tumbuh dengan sempurna.

Bahkan pohon nipah yang melimpah di sana bisa menghasilkan ragam manfaat untuk masyarakat.

“Ini kalau dulu saya kecil lagi mandi, satu hari saya makan ini saja pak. Teman-teman saya bilang, kalau buah yang bisa dimakan monyet pasti bisa dimakan manusia,” ujar Rudi sambil menunjukkan sebatang pohon nipah di saung Desa Pasar Rawa, Selasa (3/12/2024).

Hal itu dikatakan Rudi saat media gathering yang digelar Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dan World Bank.

Kedua lembaga ini membuat program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR), sebuah aksi konservasi dan rehabilitasi mangrove.

Rudi mengaku, sejak lahir dan tumbuh di Pasar Rawa, dia baru mengetahui bahwa pohon nipah memiliki manfaat yang cukup besar bagi perekonomian warga. Dari pohon itu, setidaknya ada 10 manfaat ekonomi.

Mulai dari daunnya sebagai atap, air nira bunga nipah dapat diolah menjadi gula, buah nipah yang masih muda dapat dijadikan makanan seperti kolang-kaling.

Baca juga: Menyesal Pernah Babat Hutan, Kini Wahyudi Lestarikan Mangrove untuk Jaga Ekosistem

Kemudian lidi dari daun bisa digunakan sebagai sapu, tepung nipah dan sebagainya.

“Batangnya dilenturkan dulu, setelah itu kami sadap batangnya sehingga keluar air warna putih bersih, tapi agak kental. InsyaAllah airnya manis, lalu setelah dimasak kurang lebih dua jam akan terjadi pembekuan dan menjadi gula nipah,” jelasnya.

Dia bersyukur, masyarakat setempat mendapat banyak pesanan gula nipah hingga 5-6 kilogram per hari. Ternyata, lanjut dia, kandungan gula nipah ini cukup aman dikonsumsi penderita diabetes dan hipertensi.

“Ini (hasil nipah) ternyata sangat menjanjikan bagi masyarakat Pasar Rawa dan jujur, ini satu butir gula nipah seberat 250 gram kami jual Rp 10.000, orang nggak nawar,” tuturnya.

Rudi mengatakan setelah disadap, batang nipah bisa mengeluarkan air hingga 10-20 liter. Kata dia, cara penyadapannya seperti menyadap pohon nira untuk proses pembuatan gula aren.

“Buahnya kaki buat manisan, alhamdulillah sudah kami praktikkan dan rasanya enak, dan kami turunkan lagi ternyata buahnya yang agak setengah mengkal (matang) itu bisa dibuatkan keripik nipah,” jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved