Berita Nasional

Peringati Hari Sumpah Pemuda, Aliansi Kebangsaan Ajak Cendikiawan Pecahkan Persoalan Bangsa

Peringati Hari Sumpah Pemuda, Aliansi Kebangsaan Ajak Intelektual Pecahkan Persoalan Bangsa. Kaum cendekiawan mampu ambil peran.

Editor: Dodi Hasanuddin
Istimewa
Peringati Hari Sumpah Pemuda, Aliansi Kebangsaan Ajak Cendikiawan Pecahkan Persoalan Bangsa 

Semangat kebangsaan kita terasa mulai memudar. Karenanya, harus terus direvitalisasi, dibangun dan diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia terlebih karena perkembangan lingkungan berubah secara dinamis.

Baca juga: Ketua Aliansi Kebangsaan: Sistem Politik Menganut Multi Partai Picu Tumbuh Subur Budaya Korupsi

Bahkan tanpa disadari Bangsa Indonesia sedang berada dalam pusaran peperangan modern yang lebih menekankan penggunaan senjata non-militer (softpower) seperti penghancuran nilai, budaya, perusakan moral generasi masa depan bangsa, ekonomi, politik serta bidang kehidupan nasional lainnya.

"Untuk membangun kebangsaan kita dalam perkembangan lingkungan seperti saya sampaikan tadi, sudah seharusnya pembangunan manusia Indonesia menjadi pusat perhatian pembangunan nasional, tentu didukung oleh pembangunan dimensi lainnya yaitu pembangunan ekonomi, sosial, politik, keamanan, dan wilayah," ujarnya.

Menurut Pontjo, paradigma pembangunan saat ini memang sudah mengarah menjadi “People
Centered Development” yang menempatkan manusia sebagai subyek, aktor, pengendali maupun penerima manfaat pembangunan.

Meminjam ungkapan Soejatmoko: “Manusia adalah pangkal dan ujung pembangunan”.

Dengan demikian, ukuran keberhasilan pembangunan nasional tidak saja ditentukan oleh ukuran-ukuran ekonomi seperti angka pertumbuhan, income per capita, inflasi, dll, tetapi yang lebih penting adalah ukuran pembangunan manusia, antara lain Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index).

Bahwa pembangunan menuntut pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita yang lebih
tinggi adalah fakta yang tidak bisa dibantah.

Namun, pembangunan yang mereduksi nilai-nilai dasar kemanusiaan dan menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai satu-satunya indikator pembangunan justru mereduksi makna pembangunan itu sendiri.

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved