Tekan Kasus DBD di Jakarta, Pemprov DKI Lepas Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia

Rekomendasi WHO

Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilakukan di negara lain seperti Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka.

Hasilnya pun terbukti efektif untuk pencegahan Dengue. Hal itu diungkapkan salah satu peneliti Wolbachia, Riris Andono Ahmad.

Riris yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini memaparkan, Wolbachia merupakan bakteri yang ditemukan secara umum atau sekitar 60 persen serangga di dunia, seperti lalat buah, kupu-kupu, lebah, capung, dan lain-lain.

Namun, nyamuk Aedes aegypti secara alami tidak mempunyai bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya.

“Inovasi teknologi ini dilakukan dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam tubuh nyamuk melalui ribuan kali percobaan mikro-injeksi dalam telur nyamuk Aedes aegypti. Pada akhirnya berhasil dan diperoleh nyamuk Aedes aegypti yang dalam tubuhnya mengandung bakteri Wolbachia,” jelas Riris.

Di sisi lain, warga Kampung Salo RW 07, Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat, Kasmin (52) mendukung penuh rencana pemerintah daerah yang akan melepas nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di wilayahnya.

Bahkan, pemerintah daerah sudah menyosialisasikan rencana penyebaran itu kepada warga setempat, lewat Juru Pemantau Jentik atau (Jumantik) di tingkat Rukun Tetangga (RT).

"Saya sebagai warga tentu mendukung, semoga dengan perencanaan pemerintah dengan program pelepasan nyamuk ber-Wolbachia bisa menghilangkan kasus DBD di RW 07," kata Kasmin.