Judi Online
Pengakuan Mantan Admin Judi Online di PIK, Gagal Ditangkap karena Dapat Bocoran Akan Ada Razia
Alvero mulai bekerja di Filipina sejak Maret 2023 dengan pendapatan yang meningkat sedikit, rata-rata Rp 8 juta per bulan.
WARTAKOTALIVE.COM, CILINCING - Pemerintah saat ini sedang berupaya untuk memberantas praktik judi online.
Sejumlah pengungkapan judi online dilakukan di beberapa daerah.
Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat ada 4.000 sampai 5000 rekening yang mencurigakan dan sudah diblokir.
Seorang mantan telemarketing bisnis judi online buka suara mengapa praktik ini subur hingga sekarang
Alvero (nama samaran) menceritakan pengalaman menegangkannya saat menjalani pekerjaan sebagai telemarketing alias admin situs judi online di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.
Pria 27 tahun warga Cilincing itu pernah hampir ditangkap polisi dalam sebuah razia besar-besaran tahun 2022 silam.
Saat itu, Alvero dan teman-temannya bisa lolos dari penggerebekan polisi setelah dibikin aman oleh sang bandar, pemilik dari puluhan situs judi tempat mereka bekerja.
Alvero bercerita, pertengahan 2022 silam, penggerebekan situs judi sedang ramai dilakukan polisi.
Masifnya penggerebekan kala itu tak terlepas dari perjalanan kasus pembunuhan Brigadir Yosua oleh Irjen Ferdy Sambo.
Rumor yang beredar, Sambo disebut terlibat dalam bisnis judi online yang sedang pesat menjamur di seantero negeri.
“Gua di PIK udah hampir 6 bulan, terus ada yang kasus Sambo ketangkep tuh, jadi semua dikerahkan lah, kayak Brimob, kayak polisi, buat gerebek-gerebek situs yang lagi marak pada tahun tersebut,” kata Alvero kepada TribunJakarta.com, Rabu (19/6/2024).
Agustus 2022, Alvero bersama puluhan temannya sedang bekerja dalam ruko, mencari member baru untuk bermain di situs judi yang dikelolanya.
Tiba-tiba, ketika Alvero masih sibuk mencari member, atasannya datang ke ruangan memberikan kabar bahwa malam itu akan ada penggerebekan dan ruko tempat mereka bekerja juga disasar polisi.
Entah bagaimana ceritanya informasi soal penggerebekan itu bocor dan sampai ke telinga atasan Alvero.
Yang jelas, setelah ada informasi tersebut, seluruh ruko tempat situs judi tersebut beroperasi langsung dikosongkan.
Seluruh pekerja dalam ruko itu pun diminta pulang oleh sang bandar.
“Katanya di situ banyak polisi yang sudah pada ngepung. Baju-baju gua rapihin, langsung deh gua cabut pulang,” ungkap Alvero.
Setelah kejadian itu, Alvero diarahkan bosnya untuk berhenti sementara sampai situasi aman.
Singkat cerita, situasi tak kunjung aman dan operasional kantor-kantor situs judi online di Indonesia akhirnya banyak yang dipindahkan ke luar negeri.
Beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, hingga Filipina, dipilih para bandar judi Indonesia untuk tempat operasional barunya.
Hal ini membuat permintaan akan pekerja situs judi dari Indonesia untuk berangkat ke luar negeri pun meroket.
Awal tahun 2023, Alvero dikontak atasannya dan ditawarkan pula untuk ikut berangkat ke luar negeri.
Alvero dibebaskan memilih negara mana yang ia mau.
"Karena Filipina tuh gua lihat tuh kayak negara yang dibilang maju sih enggak, kayak enak aja dilihatnya gitu, dibanding kayak Kamboja, kalo Kamboja itu kan dilihatnya sekelilingnya kayak India, kumuh gitu, jadi gua kayak sembari kayak liburan gitu," katanya.
Alvero mulai bekerja di Filipina sejak Maret 2023 dengan pendapatan yang meningkat sedikit, rata-rata Rp 8 juta per bulan.
Ia menjalani kehidupan makin serampangan di negara berjuluk Negeri Lumbung Padi itu.
Siang ke malam bekerja di situs judi, malam ke pagi foya-foya.
Ibarat pepatah uang setan dimakan jin, Alvero menghabiskan uang gajinya dari situs judi online untuk pergi ke diskotik, pesta minuman keras, lalu menyewa perempuan tuna susila di Filipina.
Alvero akhirnya berhenti bekerja setahun kemudian.
Maret 2024, Alvero pulang ke Indonesia dan hingga kini masih pengangguran.
Ia mengaku tak kuat, karena ternyata tekanan bekerja di luar negeri, dalam bisnis gelap judi online, lebih keras dibanding bekerja di negeri sendiri.
"Fisik sih nggak ada, cuman kayak tekanan mental, omongan-omongan yang kayak, lu yang bener dong kerjanya, masa kalah sama website yang ini, web kita kalah nih, sehari transaksinya segini, paling kayak gitu tekanannya," katanya.
"Akhirnya gua nggak kuat dan berhenti," tutup Alvero.
Menkopulhukam soal judi online
Sebelumnya, Menteri Koordinator Polhukam, Hadi Tjahjanto meminta kepada Bhabinkamtibmas dan Babinsa sebagai garda terdepan untuk menangkap pemain atau bandar judi sekalipun aparat penegak hukum.
Hadi yakin, tidak semua anggota TNI-Polri gemar bermain judi online.
"Pimpinan TNI-Polri sudah mengetahui datanya siapa saja yang main judol, tentunya mereka tidak dilibatkan, justru Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang akan diberikan pelatihan," katanya, Kamis (20/6/2024).
Menurut Hadi, pelatihan itu diberikan agar Babinsa dan Bhabinkamtibmas mengetahui modus para bandar membuat rekening untuk menampung uang top up judi online.
Ia berharap, aparat kepolisian dibantu TNI bisa terus bergerak melakukan pemberantasan judi online di Indonesia demi ketenangan masyarakat.
Baca juga: Top Up Game Online di Minimarket Akan Ditutup karena Terafiliasi Judi Online
"Dan saya juga minta kepada Wadanpuspom TNI dilaporkan kepada Panglima TNI agar segera dibuatkan radiogram termasuk Wakabreskrim dibuatkan radiogram agar Babinsa dan Bhabinkamtibmas di seluruh Indonesia itu melaksanakan tugas yang saya sampaikan tadi," terangnya.
Sebelumnya, para bandar judi online biasanya mencari orang di perkampungan untuk diajak komunikasi dan diiming-imingi uang agar mau membuat rekening.
"Saya tadi minta kepada Wakbareskrim dan Wakapuspom TNI agar membantu untuk memberantas jual beli rekening tersebut untuk mengerahkan Bhabinkamtibmas dan Babinsa karena pelaku sudah masuk sampai ke lapisan masyarakat," terangnya.
Ketiga, kata Hadi, pihaknya akan menindak game online yang terafiliasi dengan judi online dengan modus topup di mini market.
Hadi mengaku, Satgas pemberantasan judi online akan bersinergi dengan Bhabinkatibmas dan Babinsa untuk menindak topup judi online di mini market.
"Jadi Bhabin dan Babinsa menjadi garda terdepan dan paling depan adalah Polri," imbuhnya
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com
Sindikat Judi Online Kerap Lakukan Praktik Jual Beli Rekening, Imbalannya Rp 500 ribu |
![]() |
---|
Anggota DPR Nilai Aneh, Kawanan yang Rugikan Bandar Judol Malah Ditangkap Polisi dan Dijadikan TSK |
![]() |
---|
Kriminolog Sebut Kawanan Rugikan Bandar Judol Semestinya Dapat Dukungan Publik, Bukan Dijadikan TSK |
![]() |
---|
Kompolnas Lidik Kawanan Pembobol Judol Malah Jadi TSK: Pelapornya Bandarkah? Situsnya Ditindak Gak? |
![]() |
---|
Berhasil Akali Sistem Bikin Bandar Judi Online Rugi, Komplotan Pembobol Judol Ini Malah Jadi TSK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.