Haji

Penyebab Hajar Aswad Berwarna Hitam dan Sunah Jemaah Haji Cium Batu Surga Itu Menurut Hadits

Kenapa Hajar Aswad berwarna hitam padahal berasal dari surga. Nabi Muhammad SAW menyunahkan jemaah mencium batu yang melekat di dinding kabah tersebut

Editor: Suprapto
bbc.com
Rasulullah Muhammad SAW mengatakan, Hajar Aswad adalah batu dari surga dan awalnya lebih putih dari salju. Dosa manusialah yang membuatnya menjadi hitam. Hajar Aswad adalah batu yang menempel pada dinding Kabah di Masjidil Harram, Mekkah, Arab Saudi. 

Dalam konteks ini riwayat, sahabat Umar RA ketika mencium Hajar Aswad mengatakan:

Ibnu ‘Abbas RA bercerita bahwa Umar RA bersandar di rukun Hajar Aswad lalu berkata: “Sungguh aku mengetahui engkau hanyalah batu, sekiranya aku tidak melihat kekasihku Rasulullah SAW telah menciummu dan mengusapmu, niscaya aku tidak akan mengusapmu dan menciummu. Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan. 8 (HR. Ahmad dari Ibnu ‘Abbas RA)

Dalam riwayat lain, Umar menghampiri Hajar Aswad kemudian menciumnya seraya mengatakan :

Dari ‘Abis bin Rabi’ah dari Umar RA: bahwasanya Umar RA datang mendekati Hajar Aswad lalu berkata: ‘’Sungguh aku mengetahui bahwa kamu hanyalah batu, kamu tidak memberi mudarat maupun manfaat, sekiranya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu niscaya aku tidak akan menciummu.’’ (HR. Bukhari dari ‘Umar RA) Al-Bukhari nomor hadits: 1597. Muslim, nomor hadits:1270

Rasulullah Muhammad SAW mengatakan, Hajar Aswad adalah batu dari surga dan awalnya lebih putih dari salju. Dosa manusialah yang membuatnya menjadi hitam. Hajar Aswad adalah batu yang menempel pada dinding Kabah di Masjidil Harram, Mekkah, Arab Saudi.
Rasulullah Muhammad SAW mengatakan, Hajar Aswad adalah batu dari surga dan awalnya lebih putih dari salju. Dosa manusialah yang membuatnya menjadi hitam. Hajar Aswad adalah batu yang menempel pada dinding Kabah di Masjidil Harram, Mekkah, Arab Saudi. (arabnews.com)

Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan dalam bersikap terhadap Hajar Aswad dengan sangat bijaksana.

Jika memungkinkan, maka orang yang melakukan tawaf dianjurkan mencium Hajar Aswad.

Jika tidak mungkin, maka dia cukup menyentuhnya dengan tangan, kemudian mencium tangannya yang telah menyentuh Hajar Aswad itu.

Jika tidak mungkin juga, maka dia cukup berisyarat dari jauh, dengan tangan atau tongkat yang dibawanya, kemudian menciumnya.

Dengan demikian, mencium Hajar Aswad mencerminkan sikap kepatuhan seorang Muslim mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.

Saat mencium Hajar Aswad, manusia diharapkan mengingat kembali janji yang pernah ia ikrarkan di hadapan Allah SWT, ikrar tentang status kahambaan manusia di hadapan Tuhannya, ikrar yang menegaskan bahwa Allahlah satu-satunya Dzat yang patut disembah dan ditaati.

Mencium hajar aswad juga memberikan pelajaran tentang sikap tawadlu’ atau ketundukan menjalankan perintah Tuhan. Manusia adalah makhluk mulia dan dimuliakan oleh Allah, sementara batu adalah makhluk mati yang tak berakal. Kemuliaan yang diberikan kepada manusia kerap membuatnya lalai dan lupa akan hakekat statusnya sebagai hamba.

Untuk mengingatkannya, manusia diperintahkan mencium makhluk dengan derajat yang lebih rendah dibanding dirinya, agar ia tak sombong dan jumawa di depan makhluk-makhluk-Nya, apalagi di hadapan Sang Pencipta.

Abdullah bin Abbas pernah berkata bahwa Hajar Aswad adalah yaminullah fil-ardh (tangan kanan Allah di muka bumi).

“Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di muka bumi, barangsiapa menyalami dan menciumnya, seakan-akan ia menyalami dan mencium ‘tangan kanan’ Allah.” (HR. Al-Azraqi, Abdurrazzaq dan Ibn Asakir dari Ibnu ‘Abbas RA).

Karena itu, saat mencium Hajar Aswad, manusia diminta untuk betul-betul berserah diri dan tunduk kepada Allah SWT karena hakekatnya ia sedang berhadapan dengan Tuhan penguasa semesta alam.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved