Pemilu 2024

AHY Rendahkan Koalisi Perubahan, Ini Reaksi NasDem dan PKB yang Menohok

Pernyataan AHY yang merendahkan Koalisi Perubahan, bikin gusar politisi NasDem, PKB dan PKS.

Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Leonardus Wical Zelena Arga
Wakil Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem), Ahmad Ali menyindir balik AHY. Menurut Ali, Koalisi Perubahan bukan sekadar cari jabatan menteri. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Akhir pekan kemarin, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bikin pernyataan yang membuat panas telinga partai politik (parpol) di Koalisi Perubahan.

Saat berbuka puasa dengan kader Partai Demokrat di sebuah hotel berbintang di Jakarta Selatan, AHY dengan lantang menyebut nasib partainya akan berbeda jika masih gabung di Koalisi Perubahan.

Kata AHY, Demokrat akan hancur lebur. Entah apa maksudnya?

Baca juga: AHY Mengaku Bersyukur Bergabung ke Kubu Prabowo: Coba Masih di Tempat Lama, Hancur Lebur Kita

Namun, jika dilihat dari perolehan kursi di DPR RI, Demokrat anjlok dari 54 (periode 2019-2024) menjadi 44 (periode 2024-2029).

Melihat realita itu, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali langsung menyindir balik AHY.

Menurut Ali, Koalisi Perubahan bukanlah koalisi yang pragmatis, sekadar mencari kursi menteri.

“Kalau tujuannya cari kursi menteri ya bukan di Perubahan,” ujar Ali kepada Kompas.com, Minggu (24/3/2024).

Seperti diketahui, AHY begitu gembira ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantiknya sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional pada 21 Februari 2024.

Baca juga: Ingatkan Demokrat Kini Berada di Koalisi Pemerintahan, AHY Minta Kader Tetap Harus Kritis

Menurut AHY kala itu, perjuangan partainya selama hampir satu dekade membuahkan hasil.

Menurut Ali, pernyataan AHY tersebut menandakan bahwa Demokrat mengutamakan bergabung ke pemerintahan.

Sedangkan, Ali menyatakan, Koalisi Perubahan bertujuan untuk mengajak masyarakat membuat gagasan demi membangun Indonesia.

Ia pun berpandangan, Koalisi Perubahan tidak merasa gagal, karena menurutnya justru berhasil mengantarkan Anies Baswedan menciptakan tren baru dalam kancah politik nasional.

"(Anies) mengubah politik mobilisasi ke politik partisipasi, dan itu kontribusi yang sangat besar yang diberikan Koalisi Perubahan terhadap demokrasi di Indonesia," ujarnya.

Baca juga: Prabowo-Gibran Menang Pilpres, AHY: Jangan Lupa, Ada Peran SBY yang Rajin Turun Gunung

Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan mengatakan, perolehan kursi partainya di DPR RI justru melonjak tinggi, karena berada dalam Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).

“Yang pasti PKB malah meningkat tinggi kursinya,” ujar Daniel.

Pada periode 2019-2024 jumlah kursi PKB di DPR RI 58, kini di periode 2024-2029 jadi 68 kursi.

Ketika dimintai tanggapan apakah dari pernyataan AHY, Demokrat terlalu pragmatis, Daniel mengatakan langkah politik untuk keluar dari koalisi pengusung Anies Baswedan merupakan pilihan Demokrat sendiri.

“Demokrat sendiri sudah senang dengan pencapaiannya,” kata Daniel.

Partai Demokrat menggelar buka puasa bersama bersama kadernya, Sabtu (23/3/2023). Dalam kesempatan itu AHY mengatakan jika tetap gabung di Koalisi Perubnahan akan lebur partainya.
Partai Demokrat menggelar buka puasa bersama bersama kadernya, Sabtu (23/3/2023). Dalam kesempatan itu AHY mengatakan jika tetap gabung di Koalisi Perubnahan akan lebur partainya. (Wartakotalive.com/alfian firmansyah)

PKS sendiri juga mengalami kenaikan jumlah kursi, meski tak sebesar PKB dan NasDem, yakni dari 50 menjadi 53 kursi.

Ketua Fraksi PKS menilai pernyataan AHY tersebut sebagai hal yang wajar karena calon presidennnya keluar sebagai pemenang.

"Wajar kalau Mas AHY senang bergabung dengan KIM karena capresnya menurut keputusan KPU menang, meskipun masih ada ruang gugatan di MK," ujar Jazuli.

Ia menyebutkan, semua partai politik punya hak masing-masing dalam menentukan koalisi tempat mereka bergabung.

Demokrat dikhianati

Seperti diketahui Demokrot awalnya berada di kubu Koalisi Perubahan bersama Partai Nasdem dan PKS.

Koalisi ini mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.

Saat itu, AHY sebagai kandidat terkuat sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies.

Namun di tengah perjalanan terjadi keguncangan politik.

Nasdem main mata dan bermanuver dengan PKB.

Kedua partai itu kemudian mendeklarasikan pasangan Anies dan Muhaimin Iskandar di Pilpres.

Padahal awalnya Muhaimin sudah menjalin kerja sama dengan Partai Gerindra dan sepakat mengusung Prabowo sebagai Presiden dan membangun Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Ini adalah koalisi pertama yang terbentuk di Pilpres 2024.

Namun, nama Cak Imin tak kunjung dideklarasikan sebagai pendamping Prabowo. Terlebih PAN dan Partai Golkar bergabung ke KKIR.

Hal itu yang membuat PKB akhirnya bergabung dengan koalisi perubahan. Hengkangnya PKB membuat KKIR berubah menjadi Koalisi Indonesia Maju.

Sementara itu Partai Demokrat yang merasa dikhianati kemudian hengkang dari koalisi perubahan dan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo-Gibran.

PKS sempat ragu, sebelum akhirnya tetap setia mengusung Anies.

Seperti diketahui pasangan Prabowo-Gibran pada akhirnya ditetapkan sebagai pemenang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved