Berita Nasional

Kedutaan Rusia Sebut 10 TNI Jadi Tentara Bayaran 4 Tewas, Panglima dan KSAD Kompak Membantah

Sebanyak 10 anggota TNI dikabarkan menjadi tentara bayaran multi-nasional di Ukraina dan 4 tewas. Kabar itu dibantah KSAD dan Panglima TNI

Editor: Rusna Djanur Buana
Wartakotalive.com/ Rendy Rutama
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (TNI) Maruli Simanjuntak membantah ada anggota TNI yang menjadi tentara bayaran dan terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina. 

Menurut Vasyl, selama ini justru Rusia yang terbukti menggunakan warga negara asing dan tentara bayaran untuk menyerbu Ukraina.

Meskipun demikian, baik pihak Rusia maupun Ukraina, keduanya sama-sama memperbolehkan warga negara asing untuk berperang membantu masing-masing pihak.

"Ini merupakan informasi dari Kementerian Rusia mengenai warga Indonesia. Bagaimana saya bisa berkomentar? Mungkin lebih baik jika tanyakan pada orang lain?" Kata Vasyl.

Vasyl mengatakan bahwa setiap pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Rusia sangat tidak layak untuk dipertimbangkan.

"Rusia hanya menyebar kebohongan, silakan tanya mereka di mana fakta dan buktinya. Pembohong," tegas Vasyl.

Kim Jong Un Berencana Bantu Rusia

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un disebut akan turun gunung bantu Rusia hadapi Ukraina.

Rencananya, Kim Jong Un akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada September ini untuk membahas pengiriman senjata melawan Ukraina.

Dikutip dari Tribunnews.com, Korea Utara telah berjanji akan memasok Rusia dengan peluru artileri dan rudal antitank.

Hal itu sebagai bentuk imbalan atas teknologi canggih Moskow untuk satelit dan kapal selam bertenaga nuklir.

Selain membahas pengiriman senjata, Korea Utara dan Rusia diyakini akan mengadakan latihan gabungan Angkatan Laut yang telah direncanakan sejak dulu.

Latihan gabungan itu juga sebagai bentuk kecaman setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan mengadakan latihan militer secara rutin, yang diklaim Korea Utara sebagai persiapan perang melawannya.

Sebelumnya Amerika Serikat juga sudah meminta Korea Utara agar tidak menjual senjata apapun ke Rusia.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pihaknya merasa prihatin dengan potensi kesepakatan senjata antara Rusia dan Korea Utara.

“Kami mendesak Korea Utara untuk menghentikan perundingan senjata dengan Rusia dan mematuhi komitmen publik yang telah dibuat Pyongyang untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Moskow,” kata Kirby.

Kirby yakin bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah mencoba melobi Pyongyang untuk menjual amunisi artileri ke Moskow ketika ia mengunjungi Korea Utara dan bertemu dengan Kim Jong Un pada Juli lalu.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved