Kriminalitas
Sekretaris Terus Mangkir, Kasus Dugaan Pencabulan Rektor Universitas Pancasila Tak Kunjung Tuntas
Berulang Kali Berhalangan Hadir, Sekretaris Rektor UP Dipastikan Bakal Diperiksa Soal Dugaan Pelecehan Seksual Edie Toet Terhadap dua karyawati
Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Dwi Rizki
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Polda Metro Jaya menjadwalkan pemeriksaan terhadap sekretaris Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno pada Senin (25/3/2024) mendatang.
Pemeriksaan itu terkait dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan Edie Toet Hendratno terhadap dua bawahannya berinisial RZ dan D.
"Kemarin sudah dipanggil, tetapi datangnya tanggal 25 (Maret 2024)," ucap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, kepada wartawan pada Sabtu (16/3/2024).
Wira mengatakan bahwa penyidik sebelumnya sudah memanggil sekretaris rektor untuk diperiksa.
Namun, sang sekretaris berhalangan hadir sehingga meminta penjadwalan ulang pada 25 Maret.
Di sisi lain, Wira menegaskan belum melakukan gelar perkara kasus tersebut.
"Belum," ucapnya, secara singkat.
Adapun sejauh ini, total sebanyak 15 orang saksi telah menjalani pemeriksaan terkait kasus tersebut.
Termasuk dua wanita berinisial RZ dan DF yang diduga menjadi korban serta pelapor dalam kasus itu yang turut diperiksa.
"Laporan saudari RZ ada 9 saksi diperiksa, (yakni) pelapor atau korban, kemudian 7 saksi ditambah terlapor," ucap Ade Ary.
"Kemudian untuk yang laporan DF, itu total ada 6 yang dilakukan pemeriksaan, pelapor atau korban, terlapor, dan 4 saksi," sambung dia.
Baca juga: Rektor Universitas Pancasila Bantah Dugaan Pelecehan Seksual : Enggak dong !
Sebelumnya, Rektor Non-aktif Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno (ETH) mengungkap apa yang terjadi.
Kepada wartawan dia mengatakan sangat tahu karakteristik orang di sekitarnya.
Pasalnya kata Edie, dirinya telah menjadi Rektor di Universitas Pancasila selama 13 tahun.
Edie juga mengaku mengetahui, siapa orang yang hebat, dan siapa saja orang yang culas terhadapnya di Universitas Pancasila.
"Saya tahu setiap orang di Universitas Pancasila. Saya tahu siapa yang hebat-hebat, siapa yang pintar. Tapi juga siapa yang culas," katanya, Kamis (29/2/2024).
Pemahaman setiap karakter di sebuah instansi kata Edie, merupakan pengetahuan yang harus dimiliki seorang pemimpin.
"Tapi juga itu bagian daripada pengetahuan yang harus saya miliki untuk memimpin segitu banyak orang," paparnya.
Di samping itu, Edie Toet Hendratno juga menilai jika kasus pelecehan seksual terhadap dua karyawannya, merupakan tuduhan yang tak berdasar.
Edie mengatakan, isu pelecehan seksual ini, merupakan bentuk politisasi, karena mencuat berbarengan dengan pemilihan Rektor Universitas Pancasila.
Menurutnya, pelecehan seksual yang menjerat dirinya, merupakan sebuah game atau permainan dari segelintir orang, untuk menghancurkan martabatnya.
"Sama seperti lawyer yang tidak suka dengan saya itu, mengumpulkan teman-temannya untuk memberi kuasa," ujarnya.

"Dan beberapa teman-temannya itu yang kenal saya itu, 'saya nggak mau, mas Edie nggak kayak gitu'. Itu terjadi betul," imbuhnya.
"Jadi ini memang suatu game yang dimainkan oleh orang lain, tapi menistakan harkat dan martabat saya dan keluarga," tambahnya.
Dia juga mengatakan, ingin segera lepas dari jeratan kasus pelecehan seksual yang dituduhkan kepadanya.
Sebab kata dia, tak hanya dirinya, beban kasus pelecehan seksual ini juga dirasakan keluarganya.
"Saya pengen segera lepas dari beban ini, karena bukan saya saja yang merasakan ini beban keluarga saya juga. Banyak sekali teman-teman saya yang kenal saya, nggak akan percaya cerita yang terjadi seperti ini. Nggak ada yang percaya, karena dia kenal saya," ujar dia.
Di sisi lain, kuasa hukum Edie Toet Hendratno, Raden Nanda Setiawan menuturkan akan melakukan upaya hukum, dalam kasus dugaan pelecehan seksual.
Kuasa hukum Edie Toet Hendratno, Raden Nanda Setiawan menuturkan, upaya hukum itu akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan.
"Melakukan langkah-langkah hukum lain terhadap hal ini untuk membela kepentingan klien kami, apa yang kami lakukan mungkin bisa ditunggu beberapa hari ke depan," kata dia saat konferensi pers di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).
Raden mengatakan, pihaknya akan segera mempersiapkan langkah hukum tersebut, untuk membela kepentingan Edie Toet Hendratno.
"Kami sedang mempersiapkan semunya, dan kami akan melakukan upaya hukum, untuk membela kepentingan kami," kata dia.
Curhat Rektor Universitas Pancasila Usai Tersandung Kasus Pelecehan Seksual
Rektor Non-aktif Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno mengaku sedih atas kasus dugaan pelecehan seksual, yang menyeret namanya.
Selama 13 tahun mengabdi sebagai Rektor Universitas Pancasila, Edie mengaku baru kali ini menjadi korban pembunuhan karakter.
"Mungkin bapak ibu enggak bisa menggambarkan kesedihan saya, malu saya dan juga sedih saya karena apa? selama saya mengabdi di dunia pendidikan baru kali ini dijadikan korban pembunuhan karakter," kata dia sata konferensi pers di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).
Usai tersandung kasus pelecehan seksual ini, Edie mengatakan selama 2 bulan mendapat hinaan dan cercaan.
"Selama 2 bulan ini saya mendapat hinaan cercaan tuduhan yang tidak beretika yang itu tidak saya lakukan sama sekali," tutur dia.
Sementara itu, Edie menilai bahwa kasus yang saat ini menjeratnya, dapat menghancurkan nama baiknya.
Tak hanya itu, kasus ini juga menghancurkan prestasi dan karirnya, selama menjadi Rektor Universitas Pancasila.
"Tidak pernah terpikirkan oleh saya ada di titik ini, di titik nadir paling bawah, nama baik saya dipertaruhkan. bukan cuman nama baik saya yang hancur semua prestasi saya tiba-tiba harus lenyap," kata dia kepada wartawan, di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).
Tak hanya dirinya yang merasa dipermalukan, kasus dugaan pelecehan ini juga berimbas pada istri dan anak-anaknya.
"Saya punya keluarga saya punya istri, anak yang sudah besar. Bisa dibayangkan betapa mereka sedih dan malu ayahnya diperlakukan seperti ini," tutur dia.
Atas hal ini, dia bersama kuasa hukumnya, akan menelusuri terkait motif terduga korban pelecehan, melaporkan dirinya.
Edie pun menduga, kasus pelecehan ini sengaja dibuat, karena bertepatan dengan pemilihan Rektor Universitas Pancasila.
"Memang saya cari-cari apa motifnya mereka itu, tapi dugaan saya ini karena bertepatan sama pemilihan rektor UP mereka pingin jadi rektor. Saya rektor terpanjang," ungkapnya.
Klarifikasi Edie Toet
Diketahui sebelumnya, Edie Toet melalui kuasa hukumnya, Raden Nanda Setiawan mengatakan bahwa kasus tersebut tidaklah benar.
"Berita tersebut kami pastikan didasarkan atas laporan yang tidak benar dan tidak pernah terjadi peristiwa yang dilaporkan tersebut," ujar Raden, dalam keterangannya, Minggu (25/2/2024).
Ia turut menyinggung setiap peristiwa atau kejadian yang bersifat fiksi tentunya memiliki konsekuensi hukum.
"Namun kembali lagi hak setiap orang bisa mengajukan laporan ke Kepolisian, tapi perlu kita ketahui laporan atas suatu peristiwa fiktif akan ada konsekuensi hukumnya," kata dia.
Terhadap isu hukum atas berita yang beredar tersebut, dia menyampaikan harus menjunjung tinggi prinsip praduga tak bersalah (presumption of innocent).
"Terlebih lagi isu pelecehan seksual yang terjadi 1 tahun lalu, terlalu janggal jika baru dilaporkan pada saat ini dalam proses pemilihan rektor baru," tuturnya.
Lebih lanjut, Raden menuturkan pihaknya menghormati proses hukum yang kini bergulir.
"Saat ini kami sedang mengikuti proses atas laporan tersebut. Kita percayakan kepada pihak Kepolisian untuk memproses secara profesional," ucap dia.
Edie Toet Jalani Pemeriksaan
Pemeriksaan polisi terhadap Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) berinisial ETH soal kasus dugaan pelecehan seksual masih akan berlanjut.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menyebut ETH akan diperiksa kembali pada Selasa, 5 Maret 2024.
Pemeriksaan kali ini atas laporan dari pelapor berinisial DF yang diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh ETH.
Sebelumnya, laporan tersebut dilimpahkan dari Bareskrim Polri ke Polda Metro Jaya.
Dengan demikian, kini ada dua laporan polisi terkait kasus tersebut di Polda Metro Jaya.
"Untuk LP yang satu lagi, yang pelapornya adalah saudari DF, itu nanti akan dijadwalkan pengambilan keterangan dalam rangka penyeldikan hari Selasa tanggal 5 Maret 2024," kata Ade Ary, kepada wartawan, Kamis (29/2/2024).
Baca juga: Berbau Politisasi, Kuasa Hukum Samakan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual ETH dengan Pilkada dan Pilpres
Sedangkan hari ini, ETH telah selesai jalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya atas laporan polisi yang dilayangkan korban RZ.
Ade Ary menuturkan, ETH diperiksa penyidik Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya selama dua jam.
"Tadi pagi sekira jam 10.00 hingga 12.00, terlapor telah hadir di Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya untuk dilakukan pengambilan keterangan atas laporan saudari RZ," tutur Ade Ary.
"Pemeriksaan berlangsung selama 2 jam dalam rangka penyelidikan," ucap Ade Ary.
Lebih lanjut, ia menuturkan kasus dugaan pelecehan seksual masih dilakukan proses penyelidikan.
"Untuk dua kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan oleh Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya," terang Ade Ary.
BERITA VIDEO: Bantahan Rektor Nonaktif UP Jelang Diperiksa Polda Metro soal Dugaan Pelecehan
Kuasa Hukum Samakan Kasus ETH dengan Pilkada dan Pilpres
Di sisi lain, kuasa hukum Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) berinisial ETH curiga kasus yang dihadapi kliennya berbau unsur politisasi.
Pengacara ETH, Faizal Hafied, menyebut dugaan unsur politisasi itu terjadi, karena UP akan menunjuk rektor baru pada Maret 2024.
Bahkan, Faizal menyamakan kasus dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukan kliennya dengan politisasi jelang Pilkada dan Pilpres.
"Ini pasti ada politisasi jelang pemilihan rektor, sebagaimana sering dialami di pilkada dan pilpres," kata Faizal kepada wartawan usai ETH jalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Kamis (29/2/2024).
"Jadi ini yang menjadi catatan besarnya. Seperti kemarin ada kandidat cawapres diungkit suatu hal padahal tidak benar, nah ini yang dialami klien kami," ujar Faizal.
"Jadi ada hal yang tidak benar dan tidak tepat, disampaikan oleh orang lain yang mendiskreditkan klien kami," ucap Faizal.
Baca juga: Rektor Nonaktif UP Selesai Jalani Pemeriksaan, Kuasa Hukum Sebut Ada Upaya Pembunuhan Karakter
"Ini yang kami harap sebagai langkah awal, karena prof belum pernah menyampaikan secara resmi, ini kami sampaikan, tidak ada laporan polisi kepada beliau, kalau tidak ada pemilihan rektor," tutur Faizal.
Faizal menuturkan bahwa adanya dugaan politisasi tersebut telah disampaikan ke penyidik Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
"Semua kami sampaikan, semua kami jelaskan, semua kami jabarkan. Kami harap kami salut kepada penyidik, kami apresiasi kepada Polri yang sudah bekerja cepat, tepat dan juga bisa melihat dengan jernih permasalahan yang ada," tutur Faizal.
Faizal berharap nama baik kliennya dapat segera pulih yang saat ini terseret kasus dugaan pelecehan seksual.
"Dan kami harap ini bisa selesai dengan waktu yang secepat-cepatnya dan nama baik beliau, nama baik klien kami bisa dipulihkan sebagaiamana sedia kala. Ini yang menjadi cacatan besar kami dan kami harapkan bahwa per hari ini kami sudah sampaikan, kami sudah klarifikasi tadi," jelas Faizal.
Sementara itu, saat ditanya terkait adanya dugaan politisasi, ETH tak banyak berbicara.
"Itu sudah disampaikan oleh pihak kami, ya sudah cukup," kata ETH.
BERITA VIDEO: Isu Nyagub Cuma Gimmick, Baliho Ridwan Kamil ‘OTW Jakarta’ Ternyata Dagang Skin Care
Rektor Nonaktif UP: Saya Senang Bisa Ungkapkan yang Sebenarnya
Sebelumnya diberitakan bahwa Polda Metro Jaya telah memeriksa ETH selaku rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) pada Kamis (29/2/2024).
ETH diperiksa untuk berikan keterangan terkait kasus dugaan pelecehan seksual.
Usai jalani pemeriksaan, ETH keluar dari gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya sekitar pukul 12.30 WIB dengan didampingi kuasa hukumnya.
Sebelumnya, ETH tiba ke Polda Metro Jaya pada pukul 10.00 WIB.
ETH menyebut pemeriksaan yang berlangsung kurang lebih 2 jam ini berjalan lancar setelah sebelumnya tidak hadir Senin (26/2/2024).
"Saya mau menyampaikan terima kasih, Anda menunggu lama. Kami juga menunggu lama dan Alhamdulillah, wawancaranya berjalan dengan lancar," kata ETH kepada wartawan.
Baca juga: Rektor Universitas Pancasila Bantah Dugaan Pelecehan Seksual : Enggak dong !
"Proses hukum memang seperti ini. Tidak ada yang luar biasa dan kami senang," ujar ETH.
"Saya senang karena akhirnya kami bisa mengungkapkan yang sebenarnya. Tetapi selanjutnya, karena kami punya penasihat hukum, biar beliau yang cerita," jelas ETH.
Kuasa hukum ETH, Faizal Hafied, menyinggung soal prestasi kliennya selama menjadi rektor.
"Saya enggak akan bicara materi dulu, tetapi paling penting yang ingin saya sampaikan beliau ini rektor yang berprestasi, prestasinya diakui," kata Faizal.
Faizal meyakini bahwa tidak akan ada laporan polisi (LP) yang dilayangkan apabila tidak ada proses pemilihan rektor pada Maret 2024.
Baca juga: BREAKING NEWS: Hari ini Rektor Universitas Pancasila Diprediksi Hadir saat Diperiksa Polda Metro
Bahkan, adanya laporan tersebut merupakan pembunuhan karakter bagi kliennya.
"Jadi ini kental sekali karena ada pemilihan rektor di bulan Maret ini, ada pelaporan-pelaporan sehingga mendiskreditkan klien kami. Sehingga ini merupakan juga pembunuhan karakter bagi klien kami yang seharusnya klien kami dengan prestasinya masih bisa melanjutkan untuk proses selanjutnya," tutur Faizal.
"Tetapi ada laporan-laporan yang waktunya sudah sangat lama. Bahkan masih bekerja di UP, yang menyebabkan banyak tersebar berita-berita yang kurang tepat, kurang pas, beberapa hari belakangan ini," terang Faizal.
BERITA VIDEO: Ribuan Warga Histeris Lihat Jokowi dan Menteri Kabinet Makan di Big Mall Samarinda
ETH: Enggak dong !
Sebelumnya, ETH beri komentar saat tiba di Polda Metro Jaya.
"Saya sudah ditunggu sama penyidik. Semua sudah ke kuasa hukum," ujarnya, kepada wartawan, Kamis.
Baca juga: LPSK Tegaskan Ada Hukuman jika UP Pecat Dua Karyawati Korban Dugaan Pelecehan Rektor
Ia kemudian membantah bahwa telah melakukan pelecehan seksual terhadap dua pegawainya saat itu.
"Enggak dong, itu enggak dong. Enggak enggak, enggak lah. Ayo ayo ayo, saya harus masuk. Saya harus masuk," tutur dia.
Sebelumnya, Rektor nonaktif Universitas Pancasila berinisial ETH dipastikan akan hadir untuk diperiksa soal kasus dugaan pelecehan seksual di Polda Metro Jaya, Kamis (29/2/2024) hari ini.
ETH sebelumnya absen dalam pemeriksaan pada Senin pekan ini dengan alasan ada kegiatan lain di kampusnya.
"Insya Allah hadir," ujar kuasa hukum ETH, Raden Nanda Setiawan, saat dihubungi, Rabu (28/2/2024).
Raden menuturkan, kliennya akan hadir di Polda Metro Jaya pada pagi nanti. "Pukul 10.00 WIB," katanya.
Sebelumnya, ETH batal memenuhi panggilan penyidik Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada Senin (26/2/2024) lalu.
Baca juga: Staf Universitas Pancasila Korban Terduga Pelecehan Rektor Dipindah Tugas, ini Alasannya
Kuasa hukum rektor, Raden Nanda Setiawan mengonfirmasi kliennya berhalangan hadir karena sudah ada agenda terjadwal.
"Klien kami Prof ETH sedang berhalangan hadir dalam pemeriksaan di Subdit Renakta Polda Metro Jaya," ujar Raden, dalam keterangannya, Senin.
"Karena sudah ada jadwal sebelum surat undangan dari Polda diterima," lanjut dia.
Atas hal tersebut, pihaknya telah mengirim surat permohonan untuk meminta jadwal ulang pemeriksaan.
"Tim kami juga telah melakukan penyerahan surat permohonan penundaan pemeriksaan klien kami Prof ETH," tuturnya.
Pelemparan Batu Terjadi Lagi, KAI Kecam Pelaku Perusakan Kereta Api |
![]() |
---|
Ini Penyebab Pelaku Membakar Rumah Kontrakan hingga Cekcok dengan Istrinya di Cakung Jakarta Timur |
![]() |
---|
Pelaku Pembakaran Istri dan Rumah Kontrakan hingga Lukai Mertua di Cakung Jaktim Ditangkap Polisi |
![]() |
---|
Sidang 2 Prajurit TNI yang Terlibat Penculikan Kepala Cabang Pembantu Bank BUMN Digelar Terbuka |
![]() |
---|
Dibuka Tanpa Paksa, Kamar Kos di Benhil Jakpus Disapu Bersih Pencuri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.