Kuliner

Kisah Limat Pedagang Kue Pancong Legendaris di Bekasi, Jualan Sejak 1995 dari Harga Rp500

Kue pancong bisa dikenal sebagai jajanan tradisional yang terbuat dari olahan tepung terigu dan kelapa yang terdapat taburan gula di atasnya.

Warta Kota/Yolanda Putri Dewanti
Kakek Limat, penjual kue pancong di kawasan Rawalumbu, Kota Bekasi saat ditemui Wartakotalive.com, Minggu (10/3/2024). 

Laporan wartawan wartakotalive.com Yolanda Putri Dewanti

WARTAKOTALIVE.COM BEKASI -- Di siang yang terik, Kakek Limat (65) dengan sabar berkeliling kampung di sekitar rumahnya di kawasan Pengasinan, Rawalumbu, Kota Bekasi. 

Kakek Limat menuntun gerobak sederhananya yang sudah dilengkapi dengan barang-barang berupa perabotan untuk membuat kue pancong.

Usai berkeliling, biasanya kakek Limat bakal mangkal di Jalan Babakan, Rawalumbu, Kota Bekasi. Mengenakan kaos putih dan kopiah hitam, kakek Limat sangat cekatan membuat adonan. Adapun adonan kue tersebut dibuat untuk kue pancong, podeng, dan kue cubit.

Kue pancong bisa dikenal sebagai jajanan tradisonal yang terbuat dari olahan tepung terigu dan kelapa yang terdapat taburan gula di atasnya.

Baca juga: Selama Bulan Ramadan, Usaha Kuliner di Tangerang Selatan Diwajibkan Pakai Kain Penutup

Kue pancong memiliki rasa yang gurih dan manis, sehingga kue yang memiliki banyak nama diberbagai daerah di Indonesia ini, banyak disukai dari berbagai kalangan usia.

Kepada Wartakotalive.com Minggu (10/3/2024), kakek Limat menceritakan awal mula dirinya berjualan kue pancong.

“Saya sudah berjualan hampir 30 tahun, kalau dulunya keliling terus, sekarang mangkal saja,” ucap kakek yang memiliki 9 cucu itu.

Kakek Limat mengatakan, awal berjualan satu buah kue pancong dihargai Rp 500. Namun, kini naik seiring berjalannya waktu menjadi Rp 3.000 per buahnya.

“Ya kalau dulu masih murah ya, sekarang semua kan bahan-bahan sudah serba naik harganya,” jelas dia.

Kakek Limat mengaku tak hanya mangkal di satu tempat saja, namun jika terdapat acara pernikahan gerobakannya dagangannya pun akan merapat.

“Kadang biar kumpul juga sama pedagang lain, ada acara hajatan saya mampir saja,” imbuhnya.

Pria keturunan asli Betawi itu biasa ditemani sang istri, namun pada tahun 2000-an istri tercinta dipanggil sang Khalik. Sehingga, kakek Limat terpaksa harus menjual dagangannya sendirian.

Baca juga: Hotman Paris Rambah Bisnis Kuliner, Buka Gerai Ramen Hotmen Rp 5.000 Tanpa Minyak Babi

“Biasa sama istri, tapi istri sudah meninggal dan sekarang sendiri. Soalnya saya maunya dagang saja, meski anak-anak juga ada dua orang dagang kue seperti ini juga yang jaraknya tak jauh,” ungkapnya.

Kakek Limat mengaku bersyukur dagangannya masih terus ludes terjual setiap harinya.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved