Berita Nasional
Hak Angket Lambat Bergulir, Jusuf Kalla: Butuh Proses, Saya Tak Meragukannya
Meski banyak yang meragukan, Jusuf Kalla yakin penggunaan hak angket dugaan kecurangan Pemilu 2024 akan terjadi. Meski butuh waktu.
Ganjar mendorong dua partai politik pengusungnya, PDI-P dan Partai Persatuan Pembangunan, menggunakan hak angket karena menurutnya DPR tidak boleh diam dengan dugaan kecurangan yang menurutnya sudah telanjang.
Sulit direalisasi
Sebelumnya, Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro tak yakin wacana hak angket DPR untuk mengusut dugaan kecurangan Pemilu 2024 bakal terealisasi.
Ia ragu partai-partai politik pengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, dan parpol pengusung capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, satu suara soal hak angket.
Adapun pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024, Anies-Muhaimin diusung oleh Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Sedangkan Ganjar-Mahfud diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
“Soliditas partai-partai pendukung pasangan calon nomor urut 1 dan nomor urut 3 untuk mengajukan hak angket terhadap pemerintah terkait dengan soal dugaan kecurangan pemilu patut diragukan,” kata Bawono kepada Kompas.com, Selasa (27/2/2024).
Baca juga: Pakar Hukum Tata Negara Feri Nilai Dugaan Penggelembungan Suara PSI untuk Alihkan Isu Hak Angket
Partai-partai pengusung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud diprediksi bersikap lebih realistis dengan menerima hasil Pemilu 2024 ketimbang menghabiskan energi untuk mewujudkan hak angket.
Apalagi, realisasi hak angket butuh tahapan panjang.
Pada rapat paripurna DPR, Selasa (5/3/2024) kemarin, anggota DPR dari Fraksi PDI-P, PKB, dan PKS sudah menyampaikan interupsi mendorong bergulirnya hak angket.
Namun, interupsi itu tidak direspons Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad selaku pemimpin rapat karena menurutnya ada mekanisme tersendiri untuk mengajukan hak angket.
Alasan Anggota Komisi VI DPR tolak Wacana Merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia |
![]() |
---|
Menolak Lupa, Sumarsih Singgung Kekerasan TNI Dalam Aksi Kamisan ke-877 di Depan Istana |
![]() |
---|
Kebijakan Purbaya yang Akan Tarik Dana BI Hingga Rp200 Triliun Disorot Media Asing |
![]() |
---|
Bencana Banjir Bali Ternyata Mirip Bekasi, Disebabkan Glombang Rossby dan Kelvin |
![]() |
---|
Sudah Lama Ingin Mundur dari Jabatan Menkeu, Sri Mulyani Menangis Disamakan dengan Sahroni |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.