Berita Jakarta

Nasib Miris Sopir Bus di Terminal Kalideres, Sering Nombok Gara-gara Sepi Penumpang Jelang Pemilu

Usai Natal dan tahun baru 2024, sejumlah sopir bus di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, mengeluh sulit mendapatkan penumpang setiap harinya. 

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
Tata Sumitra (48), sopir bus Arimbi di Terminal Kalideres yang mengeluh sepi penumpang. 

WARTAKOTALIVE.COM, KALIDERES — Usai Natal dan tahun baru 2024, sejumlah sopir bus di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, mengeluh sulit mendapatkan penumpang setiap harinya. 

Mereka bahkan kerap tak bisa menutupi uang sewa bus dan kesulitan membeli bahan bakar solar sebelum melakukan perjalanan ke kota tujuan.

Hal itu disebabkan akibat merosotnya permintaan penumpang belakangan ini.

Salah satu sopir bus bernama Tata Sumitra (48) mengatakan, sejak malam hari hingga Selasa (23/1/2024) sore, dia belum mendapatkan penumpang sama sekali.

Diketahui, Tata adalah sopir bus Arimbi jurusan Kalideres-Bandung yang telah melakoni profesi tersebut selama 28 tahun lamanya.

Sepengalamannya, sepinya penumpang bus itu telah terjadi sejak pandemi Covid-19 merebak. Namun kali ini, kemerosotannya cukup menjadi yang terparah.

Suasana Terminal Kalideres, Jakarta Barat yang dikeluhkan sopir bus karena kondisinya yang sepi penumpang.
Suasana Terminal Kalideres, Jakarta Barat yang dikeluhkan sopir bus karena kondisinya yang sepi penumpang. (Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah)

"(Sepi) dari sebelum mau Pemilu. Habis tahun baru sepi banget," kata Tata saat ditemui di bus Arimbi jurusan Kalideres-Bandung, Selasa. 

Meski saat ini Terminal Kalideres telah tampil dengan suasana dan nuansa baru yang lebih kekinian dan tertata, namun Tata merasa hal itu tidak memengaruhi apapun.

Pasalnya, bus-bus masih mengalami penurunan jumlah penumpang, hingga kesulitan membeli bahan bakar lantaran tak memiliki modal.

"Enggak berpengaruh sih (revitalisasi), penumpangnya enggak ada. Jadi buat setor enggak cukup," kata Tata.

Pria beranak dua itu berujar, ia harus mengirimi setoran tiap harinya sebesar Rp 410.000 kepada PO bus.

Namun, setoran itu di luar biaya tol, solar, serta retribusi parkir di terminal. 

Baca juga: Kecelakaan Maut Tol Cipali Telan 12 Korban Tewas, Polisi Tetapkan Sopir Bus Handoyo Tersangka

Sehingga tak jarang apabila jumlah penumpang yang ia dapatkan tak sampai 18 orang (1 rombongan), Tata harus menombok menggunakan uang pribadinya.

"Kadang penumpang cuma 5,7,8 kadang-kadang gugur enggak sampai tujuan. Karena enggak cukup buat beli solar sama tol," jelas dia.

"Sering ngalamin. Akhirnya penumpang dialihkan ke mobil belakang kami. Jadi boro-boro dapat uang makan, kan putar lagi, ngetem kalau ada (penumpang baru), kalau enggak ada itu yang paling parah, nombok pakai uang sendiri," lanjutnya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved