Berita Jakarta
Siti Fadilah Sebut Indonesia Kelinci Percobaan Wolbachia, Dinkes DKI: Hoaks, Tak Perlu Ditanggapi
Dinkes DKI Jakarta tak mau menanggapi pernyataan mantan Menkes Siti Fadilah yang negatif terhadap wolbachia.
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Valentino Verry
Sebelumnya, Siti Fadilah mengungkap program penyebaran nyamuk wolbachia di Indonesia.
Hal tersebut ia sampaikan pada unggahan video di channel YouTube miliknya.
“Waktu itu saya tiba-tiba didatangi para ahli-ahli nyamuk, ahli lingkungan dan mereka tidak terima dengan penyebaran nyamuk tersebut, mereka bertanya apakah itu nyamuk aedes aegypti yang direkayasa genetika itu berasal dari tempat kita, kayaknya iya,” tuturnya.
“Karena pada tahun 2011 lalu ada seorang yang sangat terkenal di dunia , villa tropis yang terkenal di dunia bertamu di Jogja dan berburu nyamuk, setelah itu nyamuk dibawa ke Kolombia dan mereka membuat suatu peternakan nyamuk di Kolombia. Nah dari sana itulah yang dilakukan penelitian dengan para ahli di Gadjah Mada,” lanjutnya.
Siti Fadilah juga menjelaskan jika nyamuk wolbachia sudah direkayasa genetika, sehingga tidak akan bisa lagi membawa virus demam berdarah.
“Klaim mereka jika nyamuk aedes aegypti sudah direkayasa genetika dan disuntikkan wolbachia, artinya sudah tidak bisa lagi membawa virus demam berdarah dan tidak bisa membawa virus zika,” ucapnya.
Menurut Siti Fadilah, program tersebut justru menuai protes dari kalangan ahli terkait dengan efek jangka panjang apa yang akan ditimbulkan nanti.
“Para ahli lingkungan, ekologi, virus, dan ahli nyamuk pada protes pada saya, ibu apakah sudah tahu efek jangka panjangnya, tapi saya jawab belum,” ucapnya.
“Karena setiap penelitian dengan nyenggol-nyenggol genetik itu errornya tidak bisa kita ketahui sekarang juga, baru bisa kita ketahui antara dua dan 10 tahun yang akan datang,” katanya lagi.
Sedangkan para ahli ekologi juga memiliki kekhawatiran besar terkait dampak dari program nyamuk wolbachia tersebut.
“Kemudian yang ahli ekologi mengatakan bahwa nyamuk adalah bagian daripada perantaian ekologi yang sudah berlangsung di dunia ini, dan biasanya Tuhan menciptakan itu seimbang,” ucapnya.
“Kenapa sekarang nyamuk itu akan dimusnahkan dengan cara seperti itu dan direkayasa genetika seperti itu, justru para ekolog takut banget jika itu akan berakibat fatal pada tahun-tahun berikutnya nanti,” imbuhnya lagi.
Siti Fadilah sendiri mengaku tidak tahu efek dari penyebaran nyamuk wolbachia ini akan seperti apa nantinya.
“Saya tidak mengerti bagaimana efek yang sebetulnya akan terjadi, tapi yang jelas kalau menurut data penelitian itu akan menurunkan angka kematian atau angka kesakitan dari demam berdarah, cikungunya, maupun zika," ucapnya.
"Tetapi nampaknya belum ada hasil penelitian lainnya yang diekspos tentang akibat ekologi, akibat jangka panjang karena adanya gen drive, karena perubahan ekologi di sekitar kita nah itu belum ada,” tandas Siti.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
| Foto-foto Gubernur Pramono Tinjau Pelayanan dan Fasilitas RSUD Cengkareng | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Ribuan Orang Hadiri Tabligh Akbar Alhabib Umar Bin Hafidz di Monas, Polisi Kerahkan 495 Personel | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Pria Depresi di Pasar Rebo Jaktim Sandera Dua Anak Kandungnya di Ruko | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Car Free Day Jakarta Ditiadakan pada 26 Oktober, Dishub: Ada Jakarta Running Festival | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Polisi Ungkap Terapis yang Tewas di Lahan kosong Gunakan KTP Kerabat untuk Lamar Pekerjaan | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/Kepala-Survilens-Ngabila-Salama234.jpg)
                
												      	
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.