Kolom Trias Kuncahyono

Acta Est Fabula, Kaisar Octavianus, dan Pengkhianatan Republik Romawi

Kaisar Octavianus (63 SM–14M) penguasa Kekaisaran Romawi lebih dari 2.000 tahun silam dan pengkhianatan terhadap Republik Romawi.

|
Editor: Suprapto
wikipedia
Kaisar Gaius Julius Caesar Octavianus atau Kaisar Octavianus (63 SM–14M) penguasa Kekaisaran Romawi lebih dari 2.000 tahun silam dan pengkhianatan terhadap Republik Romawi. 

YANG masih kami ingat dari pentas wayang kulit di Teatro Palladium Roma, beberapa waktu lalu, adalah reaksi penonton setelah pagelaran selesai.

Para penonton memberikan apreasiasi tinggi yang membuat kami sangat berbangga memiliki budaya yang adiluhung.

Begitu “tancep kayon”–dalang menancapkan gunungan tegak lurus di tengah pakeliran (layar) pertanda pertunjukan wayang telah selesai-– dan para niyaga mengakhiri “nabuh” gamelan, mereka bertepuk tangan.

Penonton bertepuk tangan riuh. Keras. Panjang. Mereka berdiri. Mereka lalu ramai-ramai naik ke panggung untuk melihat dari dekat wayang-wayang itu.

Mereka memegangnya; mencoba memainkan. Menabuh gamelan. Bertanya ini itu tentang wayang. Dan, berfoto di depan kelir, layar; berfoto sambil memegang wayang.

Lo specttacolo e arrivito alla fine,” kata mereka. Pentas sudah berakhir. Maka itu, applaudite! tepuk tanganlah. Wayangan dengan lakon “La Missione Di Anoman”, telah selesai.

Baca juga: Suasana Biara Via Cairoli di Basilika dan Damai di Kapel Bertuliskan Sacellum, Sacrarum, Reliquiarum

***

Ucapan penonton itu mengingatkan pada ucapan senada yang disampaikan Kaisar Gaius Julius Caesar Octavianus atau Kaisar Octavianus (63 SM – 14 M), lebih dari 2000 tahun silam.

Kata sejarawan Romawi, Gaius Suetonius Tranquiĺlus (62–122), sebelum menghembuskan napas terakhir, Octavianus mengatakan hal itu.

Oh iya, Octavianus yang memerintah 27 SM– 14 M adalah kaisar Romawi pertama, setelah berakhirnya Republik Romawi (509 – 27 SM).

Republik Romawi dihancurkan oleh Julius Caesar yang kemudian menjadi penguasa tunggal Romawi, bahkan diktator. Caesar adalah paman buyut sekaligus ayah angkat Octavianus.

Setelah Caesar dibunuh Brutus dan kawan-kawannya (44 SM), muncullah triumvirat. Tindakan Brutus dan kawan-kawannya itulah memunculkan kisah pengkhianatan.

Bahkan,  Dante Alighieri dalam Inferno salah satu dari tiga bagian–dua lainnya adalah Purgatorio dan Paradiso–The Divine Comedy (La Divina Commedia atau La Commedia) bahkan menyebut mereka sebagai pengkhianat terbesar dalam sejarah manusia.

Kalau menurut versi Brutus dan kawan-kawannya, mereka bertindak atas nama negara; menyelamatkan negara dari ancaman diktator Caesar.

Sebuah alasan klasik: “atas nama negara” atau “atas nama rakyat”. Seakan dengan “mengatas-namakan negara” atau “mengatas-namakan rakyat”, lantas bisa berbuat apa saja tak peduli aturan, paugeran.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved