Berita Jakarta

Potret Kekeringan di Kampung Apung Cengkareng, Makam Lama yang Terendam Kembali Muncul

Untuk bisa masuk ke kampung apung tersebut, Warta Kota perlu melewati sebuah gang sempit yang hanya bisa dilewati oleh dua motor secara bergantian.

|
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
Potret munculnya makam tua akibat kekeringan di kampung apung Kapuk Teko, Cengkareng, Jakarta Barat. 

Makam-makam tersebut juga nampak seperti makam lama, yang identik dengan gundukan seperti batu. 

Selain itu, menyusutnya genangan air di kampung apung itu juga menampilkan penampakan kotornya kawasan tersebut.

Pasalnya, dasar area makam yang kini mengering akibat musim kemarau itu, terlihat retak-retak.

Di sekitarnya, terdapat timbunan sampah yang sudah mengerak.

Sampah-sampah itu kebanyakan bekas konsumsi rumah tangga dan plastik-plastik makanan ringan.

Kendati demikian, tak semua air waduk di kampung apung itu mengering. 

Sebagian area masih terlihat ada genangan airnya, meskipun volumenya sangat sedikit dan bahkan tingginya tak sampai satu meter. 

Baca juga: Pemkot Tangerang Optimalkan 100 Sumur Dalam untuk Antisipasi Kekeringan dan Kelangkaan Air Bersih

Menurut penuturan salah seorang warga, Ninah (43), makam-makam tersebut sudah ada sejak lama, jauh sebelum dirinya lahir. 

Biasanya, para warga di luar kampung apung yang keluarganya dikuburkan di tempat itu, kerap berziarah dengan cara menabur bunga dari jembatan yang berada di tengah waduk tersebut.

"Pokoknya dari orang tua saya masih kecil banyak yang ziarah, kalau ziarah di jembatan, duduk, habis doa dia tabur bunga," ujar Ninah saat ditemui Warta Kota di rumahnya, RT 10 RW 01 Kampung Apung Kapuk Teko, Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (30/10/2023).

Biasanya, lanjut dia, ramai orang berziarah pada saat menjelang puasa dan hari raya Islam.

Pasalnya, genangan air tersebut tak setiap saat surut seperti yang nampak sekarang ini.

Sepengetahuannya, fenomena makam muncul akibat kekeringan itu baru dua kali terjadi, yakni pada 2001 dan 2023 saat ini.


"Dulu juga pernah kemarau delapan bulan, sampai kering meletak tanahnya. Kalau ini belum kering banget," kata Ninah.


"Jadi enggak tiap tahun, kekeringan ini aja dua kali kekeringan, dulu tahun 2001 kalau enggak salah, jadi dua kali kemarau ini, pas 2001 kering delapan bulan kering meletak, dan sekarang," ungkap dia.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved