Krisis Air Bersih

Krisis Air Bersih di Jembatan Lima, Pelanggan PAM Jaya Mengeluh Rugi, Tetap Bayar selama 2 Tahun

Pelanggan PAM Jaya di Jelambar menjrit, mereka tak kuat lagi dipaksa bayar, padahal pasokan air bersih tersendat dua tahun.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
warta kota/nuril yatul
Polisi menjaga pelanggan PAM Jaya di Tambora saat sedang antre air bersih, Kamis (5/10/2023). Mereka kesulitan pasokan dalam du tahun terakhir, namun dipaksa bayar tagihan normal. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Warga RW 04 Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, mengeluh alami krisis air buntut jebolnya pipa PAM Jaya di wilayah Petamburan, Jakarta Barat.

Akan tetapi, warga sebenarnya kerap mengalami kesulitan mendapatkan air bersih sejak dua tahun belakangan ini.

Baca juga: Reservoir Dibangun di Rusun Waduk Pluit untuk Kebutuhan Air Bersih, Heru: Saya Titip Dirawat

"Udah lumayan lama ya, udah dari mulai ada dua tahunan lah, cuma kan nanti ada (airnya) nanti hilang,"ujar Syahrul (49) warga RT 05 RW 04 Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, kepada wartawan di lokasi, Kamis (5/10/2023).

"Sekarang ini alhamdulillah beberapa titik udah ada airnya, cuma beberapa masih sulit," imbuhnya.

Sepengetahuan Syahrul, kesulitan air bersih terjadi lantaran pipa yang mengaliri air dari wilayah Petamburan jebol.

Alhasil mau tak mau, warga termasuk dirinya harus membeli dari tukang air yang berkeliling.

Baca juga: Musim Kemarau Ekstrem, Warga Babelan Teriak Sulit Air Bersih, Dani Ramdan: Dua Bulan tak Hujan

Yang mana dalam sehari, Syahrul perlu mengeluarkan Rp 50.000 untuk membeli air bersih.

"Kalau dibilang rugi, jelas kami merugi. Dengan air engak keluar, beli air gerobakan. Jadi mengeluarkan uang lagi," ujarnya.

Menurut Syahrul, ada sejumlah RT di RW 04 Jembatan Lima yang terdampak krisis air. Akan tetapi, air di beberapa rumah warga sudah mengalir kembali.

Pelanggan PAM Jaya di Tambora antre air bersih.
Pelanggan PAM Jaya di Tambora antre air bersih. (warta kota/nuril yatul)

"Yang terdampak RT 013, 014, 015, 001. Enggak merata juga, jadi satu RT ada yang airnya keluar, ada yang enggak. Kadang-kadang, rumah tetanggaan, sebelahnya keluar, sebelahnya enggak keluar," jelas Syahrul

Kendati begitu, warga tetap diminta bayar tagihan air. Tagihan ini, kata Syahrul, bervariasi mulai dari Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per bulannya.

"Bayar, walaupun mati kan ada biaya tetap kan walaupun air enggak keluar," pungkasnya.

Kini, Syahrul dan warga lainnya tengah menunggu air PAM Jaya mengalir deras lagi ke rumah-rumah warga.

Untuk sementara, Syahrul dan warga lain mengais air untuk kebutuhan sehari-hari, dari sumbangan tangki air yang dikirim PAM Jaya dan bantuan sejumlah orang.

Seperti warga yang memiliki air tanah, hingga petugas kepolisian yang memberikan sumbangan.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved