Pemilu 2024

Tak Hanya Pengaruh Cak Imin, Kebijakan Blunder Jokowi Jadi Pemicu Melejitnya Elektabilitas Anies

Tak Hanya Cak Imin, Banyak Kebijakan Jokowi yang Blunder Disebut Jadi Pemicu Elektabilitas Anies Melejit, Khususnya di Wilayah Jateng dan Jatim

Editor: Dwi Rizki
Istimewa
Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan disambut antusias warga Tana Luwu atau Palopo, Sulawesi Selatan pada Sabtu (23/9/2023). 

"Massa NU terkonsolidasi dan membuat suara AMIN ini menjadi (naik) sangat signifikan. Jadi calon-calon lain menurut saya kalah start. Sudah ditembus dan langsung dikapitalisasi oleh Muhaimin," tandasnya.

Elektabilitas Anies di Jateng dan Jatim Melonjak Tajam, Eks Ketua KPU Jateng Ungkap Pemicunya

Ketua KPU Jawa Tengah 2013-2018, Joko Purnomo mengungkapkan peningkatan elektabilitas Anies Baswedan di Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan Cak Imin dan PKB berdampak signifikan.

Karena di dua provinsi ini, partai berbasis massa NU tersebut cukup kuat.

"PKB diakui atau tidak diakui, merupakan representasi dari ormas terbesar di Indonesia yakni NU. Suka tidak suka, konstituen PKB itu boleh dibilang 99 persen adalah NU. Dengan demikian bisa disebut PKB sebagai partai politik yang merepresentasikan kekuatan NU," jelas , Selasa, 26 September 2023.

"Dengan masuknya Cak Imin, PKB, maka pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) akan mendapatkan support yang sangat besar khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dukungan PKB itu sangat signifikan untuk menaikkan suara dan memberikan peluang kemenangan yang lebih besar kepada pasangan Anies dan Cak Imin," sambungnya.

Meski demikian, dia menjelaskan survei hanya satu salah satu cara dalam melihat tingkat keterpilihan kandidat.

Sehingga tidak mutlak bisa dijadikan rujukan.

Mengingat, beberapa kali temuan survei hasilnya meleset.

Dia mencontohkan pengalaman Pilgub Jawa Tengah 2018 antara Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan Sudirman Said-Ida Fauziah.

Pasangan juru bicara Anies, Sudirman Said, dan kader PKB, Ida Fauziah tidak pernah diunggulkan.

Bahkan seminggu menjelang pencoblosan, elektabilitas keduanya tidak pernah bergerak dari angka 12 persen.

"Tapi hasilnya (Sudirman-Ida memperoleh) 41,2 persen suara, hampir tiga setengah kali lipat. Itu salah satu contoh kenapa survei itu sebagai salah satu saja alat untuk melihat elektabilitas," paparnya.

Berkaca Pilkada 2018 tersebut, dan juga pilkada serentak dan pemilu sebelumnya, dia meyakini masyarakat Jawa Tengah sudah rasional dalam menentukan pilihan. Karena hasil pilkada tidak didominasi partai tertentu.

"Itu tampak di masing-masing daerah itu tidak didominasi partai tertentu. Meskipun di beberapa daerah didominasi partai tertentu. Di situ saya melihat rasionalitas masyarakat cukup baik di Jawa Tengah," imbuhnya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved