Pemilu 2024
Tak Hanya Jadi 'Ban Serep', Ini Pandangan Pengamat Politik Jika Yusril Jadi Bacawapres Prabowo
Tak Hanya Jadi 'Ban Serep', Ini Pandangan Pengamat Politik Jika Yusril Jadi Bacawapres Prabowo Dalam Pilpres 2024
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Bakal Capres Prabowo Subianto telah mendapat dukungan parpol pengusung yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Parpol ini terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN, PBB, PSI, Gelora dan terbaru telah bergabung Partai Demokrat beberapa hari yang lalu.
Saat ini Prabowo Subianto terus menggodok nama bakal cawapresnya.
Terdapat tiga nama potensial yang banyak disebut: Airlangga Hartarto usulan Golkar, Erick Tohir usulan PAN, dan Yusril Ihza Mahendra usulan PBB.
Di luar itu, ada isu Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi yang kini menjabat Walikota Solo.
Ada juga beberapa nama di luar nama tersebut, antara lain Yenny Wahid, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, dari nama-nama tersebut semua potensial mendampingi Prabowo, termasuk nama Yusril Ihza Mahendra.
Baca juga: Viral Potret Mahasiswa UI Tidur Ketika Ganjar Pranowo Berikan Kuliah Umum di FISIP UI, Ini Faktanya
Baca juga: Proyek Tesla hingga Aramco Gagal, Rizal Ramli: Pejabat Indonesia Mudah Dikibuli, Semuanya Zong!
"Prabowo-Yusril itu bagus, akan sangat membantu Pak Prabowo dari sisi hukum ketatanegaraan," kata Pangi dalam siaran tertulis pada Rabu (20/9/2023).
Menurutnya Yusril adalah politisi sekaligus ahli hukum tata negara dan punya pengalaman panjang di pemerintahan.
Sementara itu, pengamat Politik Muhammad Al-Fatih sejalan dengan Pangi.
Jika pasangan Prabowo-Yusril terpilih akan sangat membantu Prabowo termasuk dalam melanjutkan program yang telah dirintis oleh Presiden Jokowi untuk menjaga kesinambungan dan kelanjutan pembangunan nasional.
Mengingat besarnya dukungan parpol, maka sebaiknya Prabowo melakukan kalkulasi politik yang jeli dan pas betul plus minus dari calon wakil presiden yang akan dipilihnya, untuk menghindari gesekan antara parpol pengusung maupun pendukung.
Sehingga tidak ada partai yang merajuk utamanya pasca penentuan calon wakil presiden pilihannya.
Mengingat, kepemimpinan nasional dalam masa jabatan 5 tahun ke depan, dengan tantangan krisis dan tatanan global yang terus berubah dengan cepat.
Oleh karena itu sosok yang dibutuhkan Prabowo adalah cawapres yang bukan saja mampu mendongkrak elektabilitas, tetapi juga mampu membantu Prabowo dalam mengakselarasi tantangan, baik regional ataupun global, tentu tidak menabrak kepentingan nasional.
"Saya menyarankan agar Prabowo memilih cawapres dari parpol non parlemen yang bisa menjadi 'alternatif' yang bisa diterima, baik oleh Gerindra sendiri maupun Golkar, PAN, Demokrat, Gelora dan PSI. Bacawapres alternatf itu adalah Ketua Umum PBB, Prof. Yusril Ihza Mahendra," kata Al Fatih.
Apalagi Yusril pernah bicara dalam suatu podcast, bahwa apabila terpilih jadi wapres, kemungkinan besar dirinya akan mundur dari Ketua Umum PBB dan sepenuhnya mem-backup Prabowo sebagai presiden. Dia ingin berdiri di atas semua golongan.
Miliki Garis Keturunan NU Kultural
Besarnya dukungan parpol, Muhammad Al Fatih menilai Wapres Prabowo bukan sekedar 'ban serep', tetapi tokoh yang mampu bekerja membantu Prabowo dalam menata kehidupan bernegara yang 'kisruh' pasca amandemen UUD 45.
"Saya menyarankan agar Prabowo memilih cawapres dari parpol non parlemen yang bisa menjadi 'jalan tengah' yang bisa diterima, baik oleh Gerindra sendiri maupun Golkar, PAN, Demokrat, Gelora dan PSI," ungkap Muhammad Al Fatih dalam siaran tertulis pada Selasa (19/9/2023).
"Bacawapres jalan tengah itu ada pada Ketua Umum PBB, Prof. Yusril Ihza Mahendra," jelasnya.
Al Fatih menyampaikan ada beberapa alasan Yusril sebagai jalan tengah.
Pertama, Yusril dapat dikatakan seorang negarawan, intelektual, dan politisi yang pernah tiga kali menjabat menteri strategis di bawah tiga presiden yang berbeda.
Dia pernah bicara dalam suatu podcast, bahwa apabila terpilih jadi wapres, kemungkinan besar dirinya akan mundur dari Ketua Umum PBB dan sepenuhnya membantu Prabowo sebagai presiden.
"Dia ingin berdiri di atas semua golongan," imbuhnya.
Kedudukan Yusril di partainya diungkapkan Al Fatih memang unik dalam sejarah kepartaian di Indonesia.
Dia mempunyai kemiripan dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Pertama RI.
Kedua-duanya sama-sama cerdas dan intelektual.
Sjahrir adalah Ketua Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan Yusril adalah Ketua Partai Bulan Bintang (PBB).
Kapasitas dan kemampuan pribadi kedua tokoh ini jauh lebih besar dibandingkan partai yang dipimpinnya.
"Sjahrir adalah tokoh besar di panggung sejarah negara kita, tetapi PSI tetap partai kecil dibanding PNI, Masyumi, NU dan PKI," jelasnya
Demikian juga Yusril.
Dia menurutnya merupakan tokoh penting dalam panggung sejarah Indonesia kontemporer, tetapi PBB tetap partai kecil dibanding partai sezamannya seperti PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, PAN, Nasdem dan PPP.
Kedua, Yusril adalah sosok mewakili daerah-daerah luar Jawa.
Dia Melayu campuran Minangkabau, lahir dan dibesarkan di Belitung.
"Ini penting sebagai simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa kita yang majemuk," jelas Al Fatih.
Prabowo meskipun mempunyai ibu asal Manado, namun secara kultural lebih dianggap 'Jawa'.
"Kombinasi Prabowo-Yusril ibarat dwi-tunggal Soekarno-Hatta," ujarnya.
Ketiga, Yusril adalah sosok politisi Islam moderat yang diterima oleh semua golongan, modernis maupun tradisionalis.
Almarhum Gus Dur mengatakan kakek Yusril adalah ulama NU kultural, ayahnya yang Masyumi.
Karena itu, Yusril akrab dengan amalan-amalan keagamaan yang dipraktikkan kalangan NU.
Maka, tidak heran jika Yusril akrab dengan keluarga Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari sejak Pak Ud, Gus Dur, dan Gus Solah.
Dia juga dikenal sangat dekat hubungannya dengan para Kyai Langitan, sejak K.H. Abdullah Faqih sampai putranya yang sekarang mengasuh Pondok Pesantren Langitan, K.H. Ubaidillah Faqih.
Yusril juga sangat dekat dengan KH Said Agil Siradj.
"Posisi Yusril yang dekat dengan tokoh dan kiyai NU ini dapat mengimbangi posisi Cak Imin dan juga mengimbangi Erick Tohir yang belakangan ini dengan berbagai cara mencoba mendekati kalangan NU," jelasnya.
Yusril tentu tidak asing di kalangan Muhammadiyah.
Dia aktif di Majelis Hikmah PP Muhammadiyah masa kepemimpinan A.R. Fachruddin dan aktif pula mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Hubungannya dengan Persis dan Dewan Dakwah juga berlangsung sejak lama.
Yusril memang murid Mohammad Natsir, tokoh penting bukan saja Masyumi, tetapi juga Persis dan Dewan Dakwah.
Keempat, selain aktif dalam gerakan Islam, secara pribadi Prabowo sudah mengenal Yusril sejak lebih dari 40 tahun yang lalu.
Yusril termasuk orang kepercayaan Presiden Soeharto dan membantu Presiden Kedua RI itu sampai akhir hayatnya tanpa cacat sedikit pun.
"Dengan demikian, secara pribadi, nilai lebih ini tidak dimiliki oleh calon lain yang disebut-sebut sebagai bacawapres Prabowo," ungkap Al-Fatih.
Kelima, Yusril adalah tokoh yang mempunyai pengalaman internasional.
Dia terlibat dalam penyusunan berbagai konvensi PBB sebagai instrumen hukum internasional.
Yusril pernah beberapa kali memimpin delegasi Indonesia dalam sidang Dewan HAM PBB di Jenewa.
Dia pernah pula menjadi Ketua Panitia Penyelenggara KTT Asia Afrika II (2004) dan Konfrensi Internasional Tsunami (2005).
Pernah pula dia menjadi President dari Asian African Legal Consultative Organization berkedudukan di New Delhi (2003-2004).
Dengan menunjuk Yusril sebagai bacawapres, maka posisi Menteri Koordinator (Menko) bisa dibagi rata kepada Golkar, PAN, dan Demokrat.
Sikap Yusril yang selama ini dikenal moderat dan kompromistis, akan lebih memudahkan kompromi dalam mengatur posisi menteri-menteri.
Yusril pernah diminta bantuan pribadinya untuk menengahi konflik internal Golkar dan PPP.
Dengan demikian, Yusril dapat berbuat banyak membantu Prabowo menengahi potensi ketegangan di antara partai-partai koalisi.
"Jika analisis saya di atas bisa diterima, maka saya yakin ia akan jadi pukulan telak untuk Pasangan PDIP yang mungkin akan mengusung Mahfud MD. Karena akan ada pertarungan dua profesor hukum terkemuka di negeri ini dalam pertarungan Pilpres," jelas Al Fatih.
"Tetapi jika Prabowo tidak memilih Yusril Ihza Mahendra sementara jika PDIP memilih Mahfud MD, maka ini akan jadi kelemahan Paslon Koalisi Indonesia Maju," bebernya.
Posisi Anies Baswedan yang dikesankan sebagai intelektual Islam, katanya juga dapat diimbangi Yusril dengan kapasitas intelektual yang dimilikinya.
Selain mumpuni dalam ilmu hukum, Yusril mempunyai pendidikan S3 Ilmu Politik dan Filsafat Islam.
Jarang-jarang ada orang yang berminat menggabungkan disiplin ilmu yang berbeda itu.
"Saya berpendapat Yusril bisa menjadi bacawapres jalan tengah dari Koalisi IM pimpinan Prabowo. Insya Allah, dia bukan saja dapat diterima sebagai kompromi kubu IM, tetapi juga sebagai kompromi seluruh lapisan masyarakat Indonesia," tutupnya.
Sekretaris KPU Jakarta Dirja Abdul Kadir Ungkap Pekerjaan KPUD Jakarta Belum Selesai |
![]() |
---|
Sempat Khawatir pada Kerawanan, KPU Jakarta Apresiasi Kinerja Polri Amankan Pelaksanaan Pilkada 2024 |
![]() |
---|
DKPP Prihatin Masih Banyak Penyelenggara Pemilu Tidak Netral di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Bawaslu Kabupaten Bekasi Rilis Laporan Akhir Pengawasan Pemilu 2024, Ini Hasilnya |
![]() |
---|
Gugatan Kader PKB Calon Anggota DPR Terpilih yang Dipecat Cak Imin Dikabulkan Bawaslu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.