Berita Daerah

Guru yang Botaki 19 Siswi Bejilbab Kena Sanksi, Dinas Pendidikan Lamongan Larang Mengajar

Dinas Pendidikan Lamongan akhirnya menjatuhkan sanksi pada guru EN yang tega membotaki 19 siswi berjilbab.

Editor: Valentino Verry
BBC
Ilustrasi - Dinas Pendidikan Lamongan memberi sanksi pada guru EN di SMPN 1 Sukodadi karena membotaki 19 siswi berjilbab, berhubung tak mengenakan dalaman kerudung. 

Sebanyak 19 siswi ketahuan tidak memakai ciput dan dibotaki usai jam pelajaran sekolah selesai.

"Entah terlalu sayang atau seperti apa, kemudian Bu EN melakukan itu (pembotakan). Hanya saja pakai alat (cukur) yang elektrik, makanya ada yang rambutnya kena banyak," sambungnya.

Sehari kemudian, para orangtua siswi mendatangi sekolah dan melakukan protes atas tindakan disiplin yang dilakukan EN.

Pada Kamis (24/8/2023) pihak sekolah melakukan mediasi dan kasus ini dapat diselesaikan secara damai.

"Sudah damai melalui mediasi pada tanggal 24 Agustus 2023 kemarin, orangtua siswi (korban pembotakan) menyadari perilaku anaknya serta apa yang telah dilakukan Bu EN dan mereka semua (para orangtua) menerima.

"Tadi (hari ini) pembelajaran di sekolah juga sudah berlangsung normal seperti biasa, malah ada yang jadi petugas upacara," pungkasnya.

Respons Pengamat

Ilustrasi siswi berjilbab sedang sekolah.
Ilustrasi siswi berjilbab sedang sekolah. (Wartakotalive/Muhammad Azzam)

Peneliti dari organisasi pegiat HAM Human Rights Watch, Andreas Harsono, mengatakan tindakan sang guru terhadap murid-muridnya merupakan perundungan alias bullying.

“Ini tidak berdarah, tapi ini mempengaruhi psikologi. Ini perundungan," ujarnya yang sudah meneliti soal perundungan jilbab selama hampir delapan tahun.

“Ada guru-guru yang berbuat lebih jauh dari peraturan yang melanggar," imbuhnya.

"Pelanggaran kodrat ini termasuk memotong rambut, mengurangi nilai pelajaran dan seterusnya,” lanjut Andreas kepada BBC News Indonesia, Selasa (29/8/2023).

Menurut Andreas, dari 1.500 korban perundungan jilbab yang pernah ia wawancara, banyak yang stres, menangis di kamar mandi sekolah, dan bahkan tidak ingin kembali ke sekolah.

Menanggapi insiden tersebut, Plt Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek, Purwaniati Nugraheni, mengatakan pemerintah telah mengirim tim yang berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat.

“Kami sedang menunggu laporan dari tim terkait tindak lanjut kasus tersebut. Demikian sementara yang dapat kami sampaikan,“ ucapnya.

Permendikbudristek nomor 50 tahun 2022 tentang pakaian seragam sekolah bagi peserta didik jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah menyebut jilbab sebagai atribut pelengkap seragam, termasuk salah satu model seragam bagi peserta.

Namun, dalam peraturan tersebut tidak terdapat ketentuan yang menyebut jilbab wajib dikenakan oleh peserta didik.

“Bagi orangtua atau wali peserta didik yang ingin peserta didik mengenakan jilbab, maka model pakaian seragam nasional sebagai berikut,” bunyi peraturan itu sebelum merincikan atribut-atribut pelengkap seragam.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved