Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Glodok Saksi Bisu Orang Tionghoa Bangkit Berulang Kali Usai Jatuh
Menjadi lokasi etnis Tionghoa bermukim, Glodok menjadi salah satu kawasan yang memiliki banyak sejarah Jakarta.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menjadi lokasi etnis Tionghoa bermukim, Glodok menjadi salah satu kawasan yang memiliki banyak sejarah Jakarta.
Di Glodok, orang-orang Tionghoa membuktikan tahan banting untuk bangkit usai jatuh berulang kali.
Pasalnya, berbagai sejarah kelam hingga sejarah menggembirakan terjadi di Glodok. Sejarah Glodok sendiri tidak bisa dilepaskan dari etnis Tionghoa.
Di kawasan yang terletak di Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat itulah etnis Tionghoa menjejakan banyak sejarah di Jakarta.
Dikutip dari situs Jakarta.go.id, sejarawan dan arsiparis Arsip Nasional Indonesia Dr. Mona Lohanda mengatakan, bahwa daerah Glodok dulunya merupakan daerah rawa-rawa
Sejarah Glodok sebenarnya baru dimulai sejak Pelabuhan Sunda Kelapa dibuka. Di sana pedagang-pedagang Tionghoa bermukim di kawasan yang tidak jauh dari pusat Batavia.
Nama Glodok memiliki beberapa ragam versi. Ada yang menyebutkan bahwa nama Glodok berasal dari bahasa Sunda, golodog, yang berarti pintu masuk rumah karena saat itu Sunda Kelapa (Jakarta) merupakan pintu masuk utama ke Kerajaan Sunda.
Sebelum dikuasai Belanda yang membawa para pekerja dari berbagai daerah, seperti Betawi atau Batavia, Sunda Kelapa didominasi orang-orang Sunda.
Umumnya, orang non-Sunda sering merubah huruf terakhir G menjadi K sehingga lebih sering terdengar dengan sebutan Glodok.
Namun ada juga yang percaya nama Glodok berasal dari suara air pancuran dari sebuah gedung kecil persegi delapan di tengah-tengah halaman gedung Balai Kota (Stadhuis) – pusat pemerintahan Kumpeni Belanda di kota Batavia.
Di gedung yang dibangun tahun 1743 mengalir air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Bunyi air pancurannya grojok..grojok..grojok. Sehingga kemudian bunyi yang bersumber dari gedung kecil persegi delapan itu dieja penduduk pribumi sebagai Glodok.
Beberapa sejarah lainnya menuliskan bahwa nama Glodok diambil dari jembatan di Kali Besar bernama Jembatan Glodok.
Jembatan tersebut memiliki beberapa anak tangga yang kerap digunakan untuk mandi dan mencuci oleh warga setempat.
Dalam bahasa Sunda, tangga tersebut disebut dengan nama Glodok.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.