Pemilu 2024
Putri Gus Dur Siap Jadi Bakal Calon Wakil Presiden, Pengamat: Sinyal Positif untuk Semua Bacapres
Putri Gus Dur Siap Jadi Bakal Calon Wakil Presiden, Pengamat Menilai Hal Tersebut Merupakan Sinyal Positif Bagi Semua Bakal Calon Presiden
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Dwi Rizki
WARTAKOTALIVE.COM JAKARTA - Pernyataan Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid mengenai kesiapannya menjadi bakal calon wakil Presiden (cawapres) direspon oleh pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.
Dia menyebutkan jika pernyataan putri Gus Dur itu merupakan sinyal bagus untuk semua bakal calon Presiden (capres).
Diketahui, terdapat tiga bakal capres yaitu Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Sementara Ganjar Pranowo diusung Partai PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Kemudian, Anies Baswedan diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) oleh Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.
Ketiganya belum memiliki pasangan meskipun banyak rumor yang beredar.
"Ini sinyal yang bagus bagi tiga bakal capres yang sudah mengantongi tiket capres, yakni Prabowo, Ganjar, dan Anies. Ketiga capres ini merebut figur pendamping dari kalangan nahdliyin," ucap Ujang, Rabu (16/8/2023).
Baca juga: Patung Soekarno Senilai Rp10 Triliun Dibangun Tahun Depan, Said Didu: Uang Rakyat Dihambur-hamburkan
Baca juga: 16 PLTU Jadi Pemicu Utama Polusi Jakarta, Willawati Ungkap Pemerintah Galau-Pemilik PLTU Orang Dekat

"Semua bakal capres dengan koalisi yang telah terbentuk, menginginkan calonnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU)," tambah dia.
Direktur Indonesia Political Review (IPR) itu menjelaskan saat ini banyak tokoh NU yang potensial untuk maju sebagai bakal calon wakil presiden.
Namun sejauh ini baru Yenny yang berani secara terbuka mengatakan siap bila ada yang melamar.
"Tokoh NU ini kan banyak yang muncul di berbagi survei misal ada Khofifah, Kiai Said Aqil Siradj, Ketum PB NU Yahya Cholil Staquf, dan lainnya. Namun baru Mbak Yenny yang mengaku siap. Tentu ini bisa menjadi pertimbangan bagi capres yang ada," ungkap dia.
Ujang mengungkapkan tokoh NU selalu menjadi rebutan setiap pilpres karena jumlah warganya yang mencapai puluhan juta di seluruh Indonesia.
Dalam hal ini, Yenny Wahid sangat merepresentasikan NU karena dia merupakan keturunan dari KH. Hasyim Asy'ari Sang Pendiri NU.
Ketika Anies Pilih Yenny Wahid, Didukung NU & Gus Durian Tapi Tak Lolos Presidential Threshold
Jelang pendaftaran kandidat Pilpres 2024, bursa Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk Bakal Calon Presiden (Bacapres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan kian ramai diperbincangkan publik.
Terdapat sejumlah nama yang mencuat untuk mendampingi Cawapres dari koalisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat dan Partai NasDem itu.
Satu di antaranya adalah Yenny Wahid.
Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu disodorkan NasDem untuk menjadi Cawapres Anies dalam Pilpres 2024.
Munculnya sosok Yenny Wahid dalam bursa Cawapres Anies memicu beragam tanggapan dan spekulasi.
Mulai dari bubarnya Koalisi Perubahan untuk Persatuan, kehilangan dukungan Partai Demokrat hingga besarnya dukungan dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Gus Durian.
Baca juga: Beda Gaya Ketika Blusukan ke Pasar, Anies Belanja Masalah-Ganjar Tuntaskan Masalah
Baca juga: Beda Kualitas Udara Jakarta Setelah dan Sebelum Ditinggal Anies, Hotman Paris: Gawat Polusi

Beragam kemungkinan tersebut disampaikan Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga, Henri Subiakto.
Lewat status twitternya @HenrySubiakto pada Rabu (9/8/2023), Henri menyampaikan besarnya kekuatan NU dan Gus Durian yang berada di belakang Yenny.
Sehingga, apabila bisa berdampingan dengan Yenny, suara NU akan mengalir menuju Anies.
"Mbak Yeni itu punya banyak pendukung. Kekuatan Gus Durian di NU cukup besar yang loyal ke Yeni Wahid. Kalau sukses menggandengnya bisa jadi pull faktor yang membawa suara pemilih pada pasangan yang didukung putri Gus Dur ini ke Anies," tulis Henri Subiakto.
Namun, keputusan Anies untuk menggandeng Yenny menurutnya akan berdampak buruk terhadap Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
"Persoalannya apa partai Demokrat bisa menerima, jika AHY yang sudah sejak awal disodorkan dan menyiapkan diri sebagai Cawapres Anies ditinggalkan diganti figur lain?" tanya Henri.
"Apa partai Demokrat tidak merasa diremehkan dan dibiarkan losing face karena jagoannya gak kepakai sebagai cawapres?" tambahnya.
Gagal jadi Cawapres Anies, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Ketua Umum Partai Demokrat diyakininya akan menarik diri dari koalisi.
Akibatnya, Koalisi Perubahan untuk Persatuan tanpa Partai Demokrat itu nantinya tidak akan memenuhi persyaratan Presidential Threshold sebesar 20 persen.
"Nah jika Demokrat merasa dirugikan, tentu akan berpikir ulang dengan tetap bertahan di koalisi perubahan. Jika Partai Demokrat pergi, maka jumlah persyaratan untuk mengusung capres bisa tidak memenuhi 20 persen," ungkap Henri.
"Kecuali ada partai lain yang setara menggantikan dukungan ke koalisi perubahan," jelasnya.
"Tanpa AHY jadi cawapres yang banyak dapat ekorjas, dari koalisi partai pendukung Anies ini adalah PKS di banding Demokrat maupun Partai Nasdem. Hal begini pasti dihitung," bebernya.
"Ceruk konstituen oposan terhadap Pemerintah Jokowi inilah yang sedang diperebutkan 3 Partai pendukung Anies. Namun ada Partai besar lain lagi yang juga ikut berebut di ceruk ini, yaitu Gerindra yang walau tidak mendukung Anies, namun mengusung Prabowo, yang 2019 adalah Rival terkuat Jokowi," jelas Henri.
Dipaparkannya, Partai Gerindra di satu sisi mendukung Pemerintah, tapi di sisi lain juga memainkan beberapa tokohnya untuk dapat dukungan dari masa oposisi, yang sejak lama tidak menyukai Jokowi.
Di situlah peran Rocky dan kawan kawan 'sekolam'nya bertugas bermanuver menarik simpati mereka.
"Kenapa Rocky bukan Fadli, Daniel Azar, atau Ade Rosiadi, karena Rocky jejak digitalnya agak konsisten sebagai pengritik Jokowi, dan dia bukan bagian langsung dari partai resmi yang ada di Pemerintahan Jokowi," ungkap Henri.
"Dengan memainkan Rocky untuk menyerang Jokowi jauh lebih aman dari pada yang menyerang adalah Fadlizon, Daniel Azar, Ade Rosiadi atau orang partai Gerindra lainnya," jelasnya.
Rocky diungkapkannya bisa bermain lebih atraktif, menarik dan berani untuk menyenangakan simpatisannya tanpa harus mengorbankan kedekatan Jokowi dan Prabowo secara langsung.
Manuver Rocky terkesan itu urusan karakter pribadi Rocky sendiri, seakan bukan bagian dari usaha politik Prabowo.
"Itu yang jadi pertimbangan kenapa pencari simpati konstituen lama bukan para politisi Gerindra yang dulu keras ke Jokowi sekarang jadi pada kalem," jelas Henri.
"Namun sesungguhnya manuver Rocky ini justru lebih banyak akan menggerorogoti konstituen oposisi dari dukungan ke Anies, ditarik ke tokoh yang lebih senior, ke tokoh yang lebih pengalaman, punya partai besar, dukungan besar, dan juga lebih akomodatif yaitu Prabowo," bebernya.
Strategi Prabowo menurutnya memang luar biasa di kesempatan terakhirnya ini.
Hal tersebut katanya menunjukkan tim Prabowo cerdas.
Di satu sisi menggerogoti dan menarik simpati pendukung pak Jokowi lewat kedekatan pak Prabowo, tapi juga membiarkan atau bahkan setuju dengan narasi narasi Rocky yang mencoba menjelek-jelekkan pemerintahan jokowi, untuk melemahkan dukungan ke Ganjar yang akan melanjutkannya.
Sekaligus membuat simpati para pendukung Anies ke Rocky, yang notabene Rocky adalah tokoh penting pendukung Prabowo, sejak dulu. Bukan pendukung Anies.
Maka tak heran kalau Rocky sendiri sudah beberapa kali menyinggung tentang Anies yang tak akan berhasil dalam Pilpres 2024.
"Itulah politik. Tak lepas dari drama komunikasi yang tujuannya adalah persuasi politik untuk mencari dukungan bagi capres yang dibela. Langsung maupun tidak langsung. Kentara ataupun tersembunyi," jelas Henri.
Sementara, lanjutnya, Anies dan timnya lebih banyak perhatian untuk mencari dukungan dari warga NU.
Mereka berusaha mendapat tokoh seperti Yeni Wahid.
"Tentu ini bagus untuk Anies, dalam front politik menghadapi Ganjar. Namun mereka melupakan sisi samping yang berdekatan dengan Prabowo. Justru pendukung Anies banyak digarap dan ditarik simpatinya ke Prabowo lewat Rocky Gerung," jelas Henri.
"Lalu seberapa jauh Rocky berhasil membawa kembali konstituen lamanya yang sekarang menjadi pendukung Anies diupayakan kembali ke Prabowo? Kita lihat saja nanti," ungkapnya.
Dekat dengan Para Capres, Yenny Siap Jadi Cawapres
Dikutip dari Kompas.com, Yenny Wahid mengatakan dirinya siap bila ditunjuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Yenny mengatakan, jabatan publik perlu diduduki oleh orang-orang yang sudah lama terjun di dunia politik demi membuat perubahan yang positif.
"Sebagai orang yang berkecimpung di dunia politik sudah cukup lama, pasti harus siap untuk menduduki jabatan publik. Karena itu kan memang salah satu tujuan kita adalah untuk menduduki jabatan publik yang strategis agar bisa membuat kebijakan publik, yang membuat perubahan positif di masyarakat," ujar Yenny di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Menurutnya, jabatan publik adalah alat yang paling cepat untuk bisa membuat perubahan-perubahan kebijakan di masyarakat.
Ketika seorang politikus melihat ada momentum dan kesempatan, kata Yenny, maka dia harus bersedia ditunjuk jika memang cita-citanya adalah bekerja dalam bidang kebijakan publik.
"Saya juga masuk dalam kategori itu. Tentunya harus siap, harus bersedia, harus menyiapkan diri. Tentunya harus menyiapkan diri," kata Yenny.
Sementara itu, Yenny mengaku dekat dengan bakal calon presiden (capres) yang ada saat ini, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
Yenny mengatakan, dirinya pernah menjadi dosen di Universitas Paramadina ketika Anies menjabat sebagai rektor.
Kemudian, Yenny juga merupakan teman Ganjar karena berada dalam satu komunitas yang sama.
"Kemudian, suami saya juga di UGM. Jadi temannya Mas Ganjar, sebagian juga teman kami, teman main jadinya," ujar Yenny.
"Lalu, kalau dengan Pak Prabowo, suami saya dulu di Gerindra. Jadi yang namanya komunikasi ya lancar dengan semua kandidat ini," katanya lagi.
Ini Alasan NasDem Tawarkan Yenny Wahid
Nama Yenny Wahid dikabarkan menjadi kandidat pendamping Anies Baswedan pada Pilpres 2024.
Nasdem menjadi partai yang pertama kali memunculkan nama Yenny Wahid sebagai bakal cawapres Anies.
Bahkan, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali pada Juni 2023, menyatakan dukungannya jika Anies memilih Yenny Wahid.
"Saya secara pribadi akan sangat bahagia jika Anies memilih dia, karena bukan lagi mandat saya sebagai Wakil Ketua Umum Partai, mandat itu ada sama Mas Anies," kata Ali dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 27 Juni 2023.
Sedangkan dukungan Yenny untuk mendampingi Ganjar digaungkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada awal Oktober 2022 sebelum Ganjar dideklarasikan sebagai bakal capres oleh PDI-P.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, saat itu menyebut nama Yenny diusulkan partainya sebagai bakal cawapres Ganjar karena kualitas kepribadiannya.
"Untuk calon wakil presiden, PSI memilih Zannuba Ariffah Wahid atau akrab dipanggil Mbak Yenny Wahid. Kami menilai Mbak Yenny mempunyai kualitas pribadi mumpuni," kata Grace dalam konferensi pers pada 3 Oktober 2022.
Sekretaris KPU Jakarta Dirja Abdul Kadir Ungkap Pekerjaan KPUD Jakarta Belum Selesai |
![]() |
---|
Sempat Khawatir pada Kerawanan, KPU Jakarta Apresiasi Kinerja Polri Amankan Pelaksanaan Pilkada 2024 |
![]() |
---|
DKPP Prihatin Masih Banyak Penyelenggara Pemilu Tidak Netral di Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Bawaslu Kabupaten Bekasi Rilis Laporan Akhir Pengawasan Pemilu 2024, Ini Hasilnya |
![]() |
---|
Gugatan Kader PKB Calon Anggota DPR Terpilih yang Dipecat Cak Imin Dikabulkan Bawaslu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.