Pilpres 2024

Pendukung Ganjar Berguguran, Budiman Sudjatmiko Blak-blakan soal Rencana Mendukung Prabowo Subianto

Hashim Djojohadikusumo menyebut  Budiman Sudjatmiko bakal satu panggung bersama Prabowo Subianto pada pekan depan.

Editor: Feryanto Hadi
Youtube
Budiman Sudjatmiko 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Politisi PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko angkat bicara soal kabar bahwa dirinya akan berada dalam satu panggung dengan Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto.

Budiman Sudjatmiko juga bicara soal peluang mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024

Menurut Budiman, acara satu panggung dengan Prabowo akan digelar pada akhir pekan.

Namun dia tak menegaskan, kapan tepatnya acara tersebut berlangsung.

Budiman juga menyebut, acara itu merupakan dibungkus dengan tema Persatuan Kebangsaan.

Baca juga: Cuma Didukung 2 Partai Parlemen, Begini Instruksi Penting Megawati ke Kader untuk Menangkan Ganjar

Peryataan Budiman itu pun sekaligus mengkonfirmasi peryataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo beberapa waktu lalu.

"Oh kita akan ada acara, untuk nanti kita bikin Persatuan Nasional juga, jadi Insya Allah beberapa minggu ini," kata Budiman saat mendatangi Kantor Tribunnews, di Palmerah, Jakarta, Selasa (15/8/2023).

Lebih lanjut, Budiman juga ditanya wartawan Tribunnews, apakah akan mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo Subianto dalam acara satu panggung tersebut.

Budiman pun tak membantah akan memberikan dukungan kepada Prabowo.

Dia meminta untuk menunggu saja acara tersebut berlangsung.

"Nanti kita tunggu saja," ucap Budiman.

Diberitakan sebelumnya, Hashim Djojohadikusumo menyebut  Budiman Sudjatmiko bakal satu panggung bersama Prabowo Subianto pada pekan depan.

Hal itu menyusul Budiman Sudjatmiko yang bakal memberikan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024 mendatang. Namun, belum diketahui secara rinci jadwal Prabowo-Budiman bakal satu panggung.

Awalnya, Hashim bercerita mengenai awal mula dukungan Budiman Sudjatmiko kepada Prabowo. 

Saat itu, kata Hashim, Budiman meminta untuk bertemu dirinya untuk membahas dukungan tersebut.

Hashim mengaku tidak percaya saat Budiman mengaku ingin mendukung Prabowo menjadi capres.

Sebab, Prabowo memang kerap kali kena tipu dan dijebak oleh pendukungnya sendiri.

Sebelumnya, Budiman juga membaca buku Prabowo Subianto yakni 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman' dan 'Paradoks Indonesia dan Solusinya'.

Budiman mengakui sangat mendukung gagasan serta pemikiran yang dituangkan dalam buku karya Prabowo tersebut.

Pemikiran dan gagasan Prabowo soal persatuan bangsa sangat menarik perhatian Budiman sebagai seorang mantan aktivis di era orde baru.

"Saya katakan bahwa saya mendukung analisa-analisa dan agenda-agenda beliau yang ditulis di buku tersebut," kata Budiman.

Baca juga: Dinas LH DKI Ungkap Buruknya Kualitas Udara di Jakarta Diklaim Akibat Musim Kemarau

Menurut Budiman, pemikiran Prabowo soal kerakyatan dan kebangsaan itu memantapkan hatinya untuk bertemu secara langsung.

Hal itulah yang mendorong kader PDI-Perjuangan tersebut mengunjungi kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara.

"Kemudian diputuskan untuk berjumpa Pak Prabowo di Jalan Kertanegara beberapa hari kemudian," ujar Budiman.

Baca juga: VIDEO Ganjar Pranowo dan Istri Menginap di Rumah Warga Program ‘Tuku Lemah Oleh Omah’ di Cilacap

Budiman pun mengatakan dalam waktu dekat akan berada dalam satu panggung bersama Prabowo. Ia membeberkan akan berada dalam satu panggung bersama Prabowo untuk menyosialisasikan persatuan nasional.

Keduanya sepakat untuk menggaungkan persatuan Indonesia menuju bangsa dan negara yang lebih maju ke depannya.

"Tentang acara satu panggung dengan Pak Prabowo memang akan ada acara bareng, temanya tentang kampanye persatuan nasional," kata Budiman.

Sempat dapat peringatan dari PDIP

Sebelumnya diberitakan, Budiman Sudjatmiko juga datang memenuhi undangan DPP Bidang Kehormatan PDIP usai dirinya menemui Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto

Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP, Komarudin Watubun menjelaskan, bahwa Budiman Sudjatmiko tidak diberi sanksi, namun hanya diberi sebuah peringatan.

"Pak Budiman tadi saya undang beliau, saya minta klarifikasi terhadap kunjungan beliau ke Pak Prabowo. Tidak ada sanksi, hanya memberi warning untuk kembali ke garis organisasi," ujar Komarudin di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, (28/7/2023).

Komarudin juga mengungkapkan, Budiman merupakan salah satu kader PDIP. Sehingga Budiman juga harus ikut dalam mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden di Pemilu 2024 mendatang.

"Bagaimana pun beliau adalah kader PDIP dan saat ini semua kader PDIP dari Sabang sampai Merauke itu wajib tegak lurus untuk mendukung putusan yang telah diputuskan bu ketum," tutur Komarudin. 

Selain itu, Komarudin membeberkan klarifikasi Budiman saat dipanggil DPP.

Lanjut Komarudin, Budiman tidak bermaksud mendukung Prabowo, tapi hanya sebatas konsolidasi antara Ganjar dan Prabowo.

"Beliau menjelaskan niatnya bukan untuk mendukung Prabowo sebenarnya. Dia ingin supaya ada konsolidasi calon yang dianggap sebagai calon orde baru dan calon reformasi," ujar Komarudin

"Pak Ganjar sebagai generasi reformasi dan pak Prabowo sebagai generasi orba, kan gitu kira-kira bagaimana konsiliasi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,"lanjut Komarudin. 

Budiman Sudjatmiko Pegang Prinsip Ambil Langkah Berisiko Tinggi

Beberapa hari lalu, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko bertemu dengan bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto.

Pertemuan Budiman dan Prabowo itu menjadi perhatian publik jelang penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Budiman Sudjatmiko yang merupakan mantan aktivis 1998 itu pun buka suara terkait alasannya merangkul dengan Prabowo Subianto.

Di akun Twitternya pada Jumat (28/7/2023) Budiman Sudjatmiko membalas cuitan Politisi PSI Dedek Prayudi yang membelanya setelah berdamai dengan Prabowo Subianto.

Budiman menceritakan bahwa saat ia melawan Orde Baru di tahun 90-an juga saat itu banyak yang mengecamnya.

Baca juga: Budiman Sudjatmiko Bongkar Alasan Rangkul Prabowo Subianto, Tak Mau Menyesal Kemudian

Menurut Budiman, butuh dua tahun untuk masyarakat agar paham dengan pilihannya sehingga menjadi momen perubahan.

Oleh karena itu, menurut Budiman, jika saat ini banyak yang protes ia mulai merangkul Prabowo Subianto yang dulu merupakan lawannya, politisi PDIP itu mengaku tidak keberatan.

Sebab kata Budiman, hal ini merupakan proses yang sama saat ia memulai menentang Orde Baru.

“Saat saya dan kawan-kawan melawan Orba, banyak yang mengecam. Butuh dua tahun lagi mereka paham dan jadi momen perubahan. Jika kini saya merangkul yang 25 tahun lalu jadi lawan, juga banyak yang mengecam. Kali ini pun bakal mengulangi proses yang sama,” tutur Budiman.

Baca juga: VIDEO : Budiman Sudjatmiko Tanya Soal Penculikan Aktivis 98, Prabowo : Sudah Saya Pulangkan Semua

Budiman menjelaskan bahwa prinsip yang selalu dipakainya dari dulu sampai sekarang saat mengambil langkah-langkah yang berisiko tinggi ialah dengan kata-kata yang pernah ditulis Mark Twain.

Di mana ia tidak mau menyesal karena hanya tidak melakukan yang seharusnya dilakukannya.

“Saat saya mengambil langkah-langkah beresiko tinggi adalah kata-kata penulis Mark Twain ini: "20 tahun dari sekarang, kamu akan lebih menyesali apa yang TIDAK kamu lakukan dari pada yang kamu lakukan,” jelas Budiman.

Maka, kata Budiman, setiap 20 hingga 25 tahun sekali, ada waktu yang sangat matang untuk membuat langkah-langkah strategis bagi seorang individu, organisasi atau sebuah bangsa.

Sebab apabila tidak melakukannya maka akan menjadi sebuah jalan kebekuan.

Menurutnya, kalah bukanlah masalah, namun tak pernah melangkah itu yang salah.

BERITA VIDEO: Ganjar Tinjau Perbaikan Jalan Jumo Muntung Temanggung

“Tiap 20 tahun atau tiap 25 tahun adalah waktu yang sangat matang untuk membuat langkah-langkah strategis bagi seorang individu, organisasi atau sebuah bangsa. Tak melakukannya adalah jalan kebekuan. Kalah bukanlah masalah, tak pernah melangkah itu salah,” pungkas Budiman.

Diketahui sebelumnya Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengaku akhiri masa lalu dan tatap masa depan.

Hal itu diungkapkan Budiman Sudjatmiko saat bertemu langsung dengan Prabowo Subianto pada Senin (18/7/2023) seperti dimuat live Facebook Wartakotalive.com.

Dalam pernyataannya, Budiman mengatakan bahwa saat ini demokrasi di Indonesia sudah lebih baik saat membicarakan perbedaan.

Maka kata Budiman, saatnya Indonesia kenang masa lalu sebagai masa lalu dan waktunya tatap masa depan.

Dikecam sesama aktivis

Mantan aktivis 98 Benny Ramdhani menanggapi ucapan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko yang minta calon Presiden Prabowo Subianto tidak diganduli masa lalu sebagai penculik.

Benny yang saat ini menjabat sebagai Kepala BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) menilai, ucapan Budiman sebagai lelucon jelang Pilpres 2024.

"Ini lelucon yang pasti ketawa ala Budiman Sudjatmiko nah memang agak menyakitkan langkah yang diambil oleh Budiman karena pertemuan itu kan dua sosok dengan sisi masa lalu yang berbeda," kata Benny, Selasa (25/7/2023).

Masa lalu Budiman merupakan mahasiswa, aktivisi, tokoh pergerakan untuk melawan rezim orde baru yang dianggap korupsi dan otoriter.

Baca juga: Indikator Politik Indonesia Nilai Prabowo Berpeluang Menang Jika Head to Head dengan Ganjar Pranowo

Selama 32 tahun memimpin Indonesia, mantan Presiden RI Soeharto dianggap Benny telah membunuh demokrasi dan bertangan besi.

Sedangkan, masa lalu Prabowo adalah tokoh militer yang menjadi bagian dari kekuasaan orde baru.

Kebetulan, Benny dan juga Budiman sama-sama aktivisi 98 melawan Prabowo karena sebagai militer di bawah kekuasaan rezim orde baru.

"Prabowo memiliki sisi dari tuduhan pelaku kejahatan HAM, kemudian tuduhan penculikan aktivis," tegasnya.

Oleh karena itu, langkah Budiman bertemu Prabowo hingga menyatakan tidak usah diganduli masa lalu sangat menyakitkan hari Benny sebagai aktivisi 98.

Apalagi, sampai detik ini masih ada sekira 13 aktivisi 98 yang diculi, dibunuh dan jenazahnya tidak kunjung kembali ke keluarganya.

"Kalau saya yang dilakukan Budiman adalah datangi Prabowo, minta Prabowo menyampaikan permintaan maaf kepada publik atas tuduhan-tuduhan yang melekat pada dirinya di masa lalunya," jelasnya.

"Kalau persoalan untuk memaafkan wajib hukumnya saya setuju kita tidak boleh merawat dendam sejarah ini tidak akan selesai dan akan terpecah belah memaafkan harus tapi melupakan tidak boleh," sambungnya.

Saat ini aktivisi 98 sedang menyusun pertemuan guna membahas ucapan yang dikeluarkan oleb Budiman Sudjatmiko.

Meski demikian, Benny mengakui para aktivisi 98 tetap menghormati Budiman sebagai mantan pemimpin pergerakan di rezim orde baru.

"Setelah Prabowo minta maaf, maka tentu mudah-mudahan peristiwa masa lalu kejahatan HAM tidak terjadi lagi yang dilakukan oleh pemimpin siapapun mereka," ungkapnya.

Sebelumny, Mantan aktivis 98 Budiman Sudjatmiko menyebut Calon Presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai sosok yang mampu menangani permasalahan polarisasi politik di Tanah Air. 

Hal itu menjadikan Prabowo sosok kompeten meneruskan estafet kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo disebut sebagai sosok yang handal dalam menangani perpecahan akibat persoalan politik. Banyaknya pihak yang mengotak-ngotakan politik membuat perbedaan di antara masyarakat, hal itu dapat ditangani dengan baik oleh Prabowo. 

"Problem perpecahan polarisasi yang diakibatkan oleh soal politik khilafiah, politik perselisihan program, fiqih politik sekuler itu selesai itu hilang," kata Budiman dalam acara Podcast Mind TV dikutip pada Senin (24/7/2023).

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved