Berita Nasional

Ketua Umum HMS Center Hardjuno Wiwoho Ingatkan Pemerintah 3 Pilar Penting Pembangunan Nasional

Kasus korupsi di Indonesia sudah akut. Ketua Umum HMS Center Hardjuno ingat pemerintah tentang 3 pilar penting pembangunan.

Penulis: Dodi Hasanuddin | Editor: Dodi Hasanuddin
Istimewa
Ketua Umum HMS Center Hardjuno Wiwoho Ingatkan Pemerintah 3 Pilar Penting Pembangunan Nasional 

Di jaman sekarang ini terang Hardjuno, sebuah negara kalau mau maju dan bertahan berabad-abad kemudian, memerlukan strategi pembangunan yang komprehensif yang mencakup ketahanan pangan, pengembangan energi dan pembangunan SDM serta teknologi.

“Kalau ketiganya tidak dibangun lalu bangun fisik apapun itu mau IKN namanya, kita akan selalu terbelakang. Investasi RI di teknologi hanya 0,15 persen dari GDP. Padahal negara maju bisa 2-3 persen. Investasi untuk BTS aja tidak dibangun meski anggarannya sudah keluar, dikorupsi 80 persen,” papar Hardjuno.

Baca juga: Karyawan BUMN Pendukung ISIS Ditangkap di Bekasi Aktif Unggah Konten Motivasi Berjihad di Facebook

Hardjuno menilai pemimpin Indonesia saat ini sulit membangun 3 dasar pembangunan nasional, salah satu penyebabnya akutnya penyakit korupsi di Indonesia.

Faktanya, banyak pejabat Indonesia diduga hanya cari proyek jangka pendek untuk kepentingan pribadi.

“Contohnya Foxconn, ada dugaan belum apa-apa sudah dipalak. Bagaimana itu terjadi? Ya karena sistem yang ada, dari atas turun ke bawah tidak dibenerin. Kalau sistem seperti ini diteruskan dari atas hingga bawah, ya tidak ada orang yang mau investasi,” tandas Hardjuno.

Hardjuno kembali memberi warning bagi pemimpin Indonesia agar jangan terlalu berpikir hal-hal yang sifatnya seremonial saja.

Seolah-olah kalau pemimpin sudah membangun gedung atau kota yang megah akan diingat di masa depan. Padahal tidak demikian.

“Seorang pemimpin akan diingat kalau benar-benar bekerja menjadi pelayan rakyat dengan sungguh,” terangnya.

Saat ini jelas Hardjuno, pemimpin harus berorientasi jauh kedepan. Karena jika negara ini tidak bisa bersaing dan makin mundur maka yang diingat dari pemimpin itu hanyalah korupsinya.

Kalau suatu saat ada bencana maka orang akan berkata si pemimpin itulah yang penyebab semua kerusakan.

“Kita utang untuk bayar debitur BLBI tidak dihentikan malah dipelihara jadi kroni. Kalau bencana datang lebih parah dari 1998, orang akan ingat warisan siapa ini. SDA habis bonus demografi habis. Yang tersisa utang. Utang negara ditanggung rakyat," tuturnya

"Itu warisan yang ditinggalkan ke anak cucu kita yang akan menghakimi kita. Karena semua pembangunan fisik akan membusuk pada waktunya. Yang abadi hanya simbol kelaliman, simbol korupsi, simbol hukum yang bisa diperjual belikan,” tandas Hardjuno.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved