Pilpres 2024

Polemik Partai Demokrat antara AHY Vs Moeldoko, Ketua DPP Partai NasDem: Itu Ganggu Mas Anies

Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie alias Gus Choi sebut polemik Partai Demokrat ganggu bacapres Anies Baswedan dan koalisi.

Editor: PanjiBaskhara
WartaKota/Fitriyandi Al Fajri
Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie alias Gus Choi sebut polemik Partai Demokrat ganggu bacapres Anies Baswedan dan koalisi. Foto: Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat AHY dan bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan di kantor DPP Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis (2/3/2023). 

Sisanya 17 persen menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.

"Ini signifikan karena sekitar 20 persen perbedaannya," kata Pendiri SMRC, Saiful Mujani dalam program 'Mengangkat Anies: AHY atau Khofifah?' seperti ditayangkan Youtube SMRC TV, Kamis (6/4/2023).

Sehingga, kata Saiful Mujani, pertanyaan relevan berikutnya adalah siapa yang bisa membantu Anies untuk mengalahkan Ganjar.

Berdasarkan hasil survei nasional SMRC yang dilakukan pada bulan Maret 2023, suara Anies hanya meningkat 3 persen saat dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, sedangkan Ganjar 47 persen.

Saat Anies dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, elektabilitas eks Gubernur DKI Jakarta tetap tertinggal signifikan dengan Ganjar.

Anies-Prabowo hanya meraih suara 35 persen. Sedangkan Ganjar sendirian mampu meraih 52 persen suara.

Sementara saat Anies dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), suara Anies melonjak signifikan dengan 47 persen suara.

Sedangkan Ganjar tertahan di 42 persen. Sisanya 11 persen mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.

"Anies ini kalau dipasangkan dengan AHY kekuatannya menjadi 47, lumayan ada kenaikannya di situ," kata Saiful Mujani.

Hal yang mirip juga terjadi saat Anies disimulasikan dipasangkan dengan Khofifah.

Keterpilihan pasangan Anies-Khofifah sebesar 46 persen, mengalahkan Ganjar yang hanya 33 persen.

"Kemudian dengan Khofifah itu ada perubahan, menjadi naik dan Ganjar kemudian kalah," jelasnya.

Atas hal ini Saiful Mujani menyimpulkan bahwa dua tokoh cawapres yang bisa bantu Anies Baswedan menaikkan suaranya secara signifikan untuk melawan Ganjar adalah AHY dan Khofifah.

"Jika Khofifah dipasangkan dengan Anies, punya probabilitas secara signifikan untuk menaikkan suara Anies."

"Demikian pula AHY, jika dipasangkan dengan Anies, suara Anies punya peluang untuk naik secara signifikan," kata Saiful Mujani.

Bila Ganjar Pranowo Tak Lolos, Prabowo Subianto Menang Dua Putaran Pilpres 2024 Lawan Anies Baswedan

Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei melalui zoom pada Minggu (26/3/2023).

Dimana kemudian dipaparkan dalam tema 'Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru'. 

Temuan ini, tiga nama seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan masih bertengger di posisi teratas dalam pilihan masyarakat untuk kontestasi Pilpres 2024.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, jika nama Prabowo dan Anies bertanding dalam pemilihan presiden hari ini, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo keluar sebagai pemenang ungguli mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Hal tersebut dengan asumsi Ganjar Pranowo tidak lolos pada putaran pertama.

"Simulasi dua nama, jika Ganjar tidak lolos pada putaran Pilpres 2024, Prabowo ungguli Anies Jika hari ini dilakukan pemilihan antara Anies versus Prabowo, Prabowo ungguli anies dengan 45 persen suara, sedangkan Anies memperoleh 37,4 persen. Pendukung Ganjar lebih banyak lari ke Pak Prabowo" jelas Burhanuddin.

Sementara untuk calon wakil presiden, dalam simulasi 5 nama, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berada pada posisi teratas dengan perolehan 22 persen.

Sementara Menteri BUMN Erick Thohir di posisi kedua dengan perolehan 17,6 persen.

Lalu Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono berada di posisi ketiga dengan 17,2 persen, dan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno berada di posisi keempat dengan 16,3 persen.

Kenaikan Elektabilitas Prabowo Diduga Ada Efek Endorsement Jokowi

Elektabilitas Prabowo Subianto alami kenaikan setelah sebelumnya sempat turun, diduga ada efek dari endorsement yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi),

Pola ini ditemukan Indikator Politik Indonesia yang merilis Survei Nasional (Surnas) terkait Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru.

Survei ini dirilis pada Minggu, 26 Maret 2023.

Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan elektabilitas Prabowo dalam setahun terakhir cenderung turun, namun tiba-tiba meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Indikator menganalisis efek Jokowi endorsement kepada Prabowo, karena sejak bulan November Presiden Jokowi berkali-kali menyatakan kode dukungan kepada Prabowo.

"Kita menganalisis efek Jokowi endorsement kepada Prabowo, karena Jokowi sejak bulan November berkali-kali menyatakan kode, bahkan kodenya terang benderang untuk mendukung Prabowo dengan menyebut 2024 jatahnya Prabowo, kemudian nenteng Prabowo kesana kemari."

"Kalau untuk Ganjar ada kodenya, tapi dengan bahasa yang high konteks, misalnya rambut putih. Tapi beberapa bulan terakhir saya kira lebih banyak kode yang dilemparkan Jokowi ke Prabowo," ujarnya.

Di kalangan pemilih Jokowi pada tahun 2019, efek endorsement Jokowi ada kenaikan elektabilitas 2 persen untuk Prabowo di kalangan pemilih Jokowi 2019.

"Jadi awalnya pemilih Jokowi, tren elektabilitas Prabowo di kalangan pemilih Jokowi, dengan asumsi tidak ada endorsement Jokowi, pemilih Jokowi yang memilih Prabowo ini tinggal menunggu waktu untuk habis. Ini tren sebelum endorsement. Kemudian ada endorsement Jokowi, Prabowo mengalami kenaikan.

Kalau kita bandingkan tren jika tidak ada endorsement dengan tren setelah ada endorsement itu kenaikannya kurang lebih sekitar 2 persen.

Jangan lupa, post election survei itu biasanya mereka yang mengaku memilih pemenang itu lebih banyak ketimbang yang mengaku memilih yang kalah," ujarnya.

Sedangkan di kalangan pemilih Prabowo di Pilpres 2019, tidak ada efek jelas dari endorsement Jokowi.

Pemilih Prabowo di Pilpres 2019, sebagian besar sudah beralih ke Anies bahkan sebelum Anies dideklarasikan Nasdem sebagai Capres pada Oktober 2022. Utamanya basis Islamis sehingga yang tersisa adalah core voter Prabowo.

"Seperti tadi yang saya sampaikan, awalnya Prabowo tertinggi tapi kemudian turun, karena sebagian pemilihnya bergeser ke Ganjar atau Anies, tapi kemudian mengalami return."

"Saat Jokowi lakukan endorsement terhadap Prabowo, efek terhadap pendukung Prabowo 2019 itu kecil, karena sebagian pendukung Prabowo sendiri, terutama berbasis Islamis sudah lari, terutama setelah Prabowo bergabung dengan pemerintah," ujarrnya.

Sejumlah nama tampak mendapat sinyal dukungan dari Presiden Joko Widodo.

Meski tidak secara eksplisit menyebut nama, namun Jokowi mengisyaratkan dukungannya pada nama-nama tertentu.

Namun situasi ini tidak pasti di tingkat Capres, sehingga penting untuk melihat bakal Cawapres yang mampu menutupi kelemahan elektoral 3 nama bakal Capres yang masih duduki posisi teratas berdasarkan hasil survei (Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan).

Elektabilitas Ganjar Pranowo Teratas

Dalam simulasi 34 nama capres yang disurvei Indikator Politik Indonesia (IPI) tercatat elektabilitas Ganjar Pranowo ungguli nama-nama seperti Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Adapun survei tersebut telah dilakukan pada Februari-Maret melibatkan 1.220 responden di seluruh Indonesia.

Dari hasil survei tersebut tercatat Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas 30,8 persen, disusul Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dengan angka yang sama 21,7 persen.

Lalu disusul Ridwan Kamil 6,3 persen dan AHY 1,6 persen.

"Itu berdasarkan simulasi berdasarkan simulasi 34 nama capres. Jadi urutan tiga teratas tidak banyak berubah kecuali peringkat dua dan tiga masuk dalam margin of error antara Pak Prabowo dan Anies Baswedan," kata Burhanuddin dalam keterangannya dari hasil survei IPI terbaru secara daring, Minggu (26/3/2023).

Kemudian dikatakan Burhanuddin melihat dari tren hasil survei elektabilitas, nama Prabowo dan Ganjar Pranowo cenderung naik.

Sementara itu Anies Baswedan cendrung stagnan."Kalau kita lihat trennya seperti acuan kuda, awalnya Pak Prabowo yang unggul.

Kemudian Ganjar urutan ketiga dan Mas Anies urutan dua. Kemudian Ganjar menyalip Anies Baswedan di bulan Juli 2021, menyalip Pak Prabowo April 2022," tegasnya.

Sementara itu menurut Burhanuddin untuk posisi empat ke bawah tidak ada ubahan angka yang berarti.

"Kecuali Ridwan Kamil yang sempat melejit setelah tragedi yang dialami putranya. Tetapi kemudian ada penurunan," tuturnya.

Sebagai informasi survei terbaru IPI di atas melibatkan sebanyak 1.220 orang pada Februari dan periode 12-18 Maret 2023 jumlah sampel sebanyak 800 orang. Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.9 persen (Februari) dan ±3.5 persen (Maret) pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).

Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.

(Tribunnews.com/Naufal Lanten/Fersianus Waku/Danang Triatmojo/Muhammad Zulfikar)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved