Polisi Tembak polisi

Hadapi Mulut Pedas dan Cacian Netizen, Batin Ferdy Sambo Tertekan, Membela Diri pun Seolah Sia-sia

Ferdy Sambo mengatakan bahwa dalam kasus ini ia menerima hinaan, caci maki, dan olok-olok serta tekanan luar biasa

Penulis: Desy Selviany | Editor: Feryanto Hadi
Istimewa
Ferdy Sambo terdakwa pembunuhan Brigadir J mengaku tertekan menghadapi hinaan netizen 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Terdakwa Ferdy Sambo membacakan pleidoi pribadi atau nota pembelaannya dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di PN Jakarta Selatan, Selasa (24/1/2023).

Pada kesempatan itu, Ferdy Sambo mengaku sempat frustasi karena komentar netizen dalam kasusnya.

Bahkan, Ferdy Sambo mengaku hampir memberi judul pledoinya sebagai “Pembelaan yang sia-sia”.

“Majelis hakim, JPU, dan penasehat hukum nota pembelaan ini awalnya hendak saya beri judul pembelaan yang sia-sia,” beber Ferdy Sambo.

Baca juga: Dituduh Bandar Judi Hingga LGBT, Ferdy Sambo: Seolah Saya Penjahat Terbesar Sepanjang Sejarah

Pada kesempatan tersebut, Ferdy Sambo mengatakan bahwa dalam kasus ini ia menerima hinaan, caci maki, dan olok-olok serta tekanan luar biasa dari semua pihak terhadapnya dan keluarganya.

Kerap kali selama menjalani persidangan, Ferdy Sambo merasa frustasi dan putus asa karena cacian dan olok-olok yang diterimanya.

Bahkan banyak kata Ferdy Sambo, sebelum vonis dijatuhkan kepadanya, sejumlah spekulasi vonis sudah diterimanya.

Selama persidangan, Ferdy Sambo juga merasa tidak berhak menyampaikan pembelaan bahkan sepotong katapun dirasanya tidak layak untuk dipertimbangkan bagi terdakwa sepertinya.

Menurut Ferdy Sambo, selama 28 tahun berkarir di dunia penegakan hukum di Indonesia, ia baru kali ini merasakan perkara pembunuhan yang penuh dengan tekanan besar sebagai terdakwa.

Ferdy Sambo pun merasa sudah kehilangan haknya sebagai terdakwa sedari awal. 

Baca juga: Polisi Sebut Pria Pembakar Al-quran dan Masjid di Garut Orang Gila, Sudah 3 Kali Masuk RSJ

Baca juga: Dituduh Bandar Judi Hingga LGBT, Ferdy Sambo: Seolah Saya Penjahat Terbesar Sepanjang Sejarah

Tak pernah beri perintah menembak

Saat pembacaan pleidoi, terdakwa Ferdy Sambo masih kukuh sebut perintah hajar, bukan tembak Brigadir J.

Pengakuan itu disampaikan Sambo saat menjelaskan momen ketika melintas rumah dinas Duren Tiga 46 dan melihat Brigadir J di depan rumah.

Seketika itu juga, kemarahannya meluap atas pelecehan yang dialami Putri Candrawathi.

"Segera saya perintahkan ADC dan sopir menghentikan mobil yang saya tumpangi, masuk ke dalam rumah dan meminta Kuat Maruf yang kebetulan berada di sana untuk memanggil Ricky dan Yosua agar menemui saya," kata Ferdy Sambo. 

Baca juga: Seorang Sopir Truk Gas Elpiji Ditemukan Tewas di Gerbang Tol Sentul Utara 2 Bogor

Sambo mengakui, kala itu sedang dalam kondisi amarah yang memuncak. Ketika mengkonfirmasi kepada Brigadir J atas tindakan pelecehan. 

Namun jawaban mantan ajudannya itu dirasa lancang dan tak sesuai harapannya. 

"Namun Yosua menjawab dengan lancang, 'kurang ajar bagaimana komandan?' seolah tidak ada satu apapun yang terjadi, kesabaran dan akal pikiran saya pupus, entah apa yang ada dibenak saya saat itu," ujar Ferdy Sambo.

Kemudian, Sambo dalam pleidoinya tetap menyatakan jika kalimat yang diucapkan adalah 'Hajar'. 

Hal itu berbeda dengan keterangan dari Bharada E yang mengaku saat itu perintahnya adalah 'Tembak Chad'.

Baca juga: Bacakan Pledoi, Ferdy Sambo: Seolah Saya Penjahat Terbesar Sepanjang Sejarah Manusia

"Namun seketika itu juga terlontar dari mulut saya 'hajar Chad, kamu hajar Chad.' Richard lantas mengokang senjatanya dan menembak beberapa kali kearah Yosua, peluru Richard menembus tubuhnya, kemudian menyebabkan Yosua jatuh dan meninggal dunia," ucap Sambo.

Ferdy Sambo juga mengungkapkan, setelah Brigadir J terjatuh akibat tembakan dari Bharada E, dirinya langsung memerintahkan ajudan Prayogi segera memanggil ambulans guna memberikan pertolongan kepada Brigadir J.

"Saya begitu panik, namun harus segera memutuskan apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut, terutama melindungi Richard Eliezer pascaterjadinya peristiwa penembakan," ungkap Sambo. (m41)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved