Berita Video

Kisah Iyus Penyandang Kelainan Darah - Berdamai dengan Hemofilia Sejak Lahir

Dengan mata berkaca-kaca, Iyus mengingat pesan sang ibunda bahwa dirinya harus terbuka kepada siapa pun mengenai hemofilia.

Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Ahmad Sabran

"Bentuk kaki saya kan berbeda dengan yang lain makanya saya merasa takut sekali tidak diterima di lingkungan SMP. Sampai kalau misalkan ingin masuk kelas itu saya menunggu yang lain terlebih dahulu untuk masuk," jelasnya.

Perlahan, Iyus mulai diterima lingkungan sekitar. Bahkan, saat akan kelulusan, ia mulai ditaksir lawan jenis.

"Mulai tidak minder pas cinta monyet kelas 3 SMP, ditambah lagi dia mengetahui saya penyandang hemofilia dan mau menerimanya. Kalau pas SMA dan kuliah berjalan semestinya," ucap dia.

Pada tahun 2002, dirinya mengalami pendarahan hebat dan harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.

"Saya sampai harus pakai kursi roda selama satu bulan. Dan saat itu juga saya dinyatakan Hemofilia B," tambah Iyus.

Hemofilia B terjadi karena tubuh kekurangan faktor pembekuan darah IX (sembilan).

"Seiring perkembangan teknologi, untuk memenuhi kebutuhan faktor 9 nya, saya akhirnya diajarkan suntik mandiri ketika awal-awal terasa kambuh (early bleeding). Tetapi tetap saya harus ke IGD atau kontrol sesuai kondisi perdarahan," ucapnya. (m27- bersambung).

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved