Berita Video

Kisah Iyus Penyandang Kelainan Darah - Berdamai dengan Hemofilia Sejak Lahir

Dengan mata berkaca-kaca, Iyus mengingat pesan sang ibunda bahwa dirinya harus terbuka kepada siapa pun mengenai hemofilia.

Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Ahmad Sabran

Namun, agar Iyus bisa bertumbuh seperti anak-anak lainnya mereka mencoba memberanikan sang buah hati untuk bersekolah.

"Awalnya ibu bilang kalau seragam saya masih dijahit, sempat bingung mengapa hanya saya saja yang berbeda. Tetapi ibu selalu memberikan pengertian, pada akhirnya saya bisa mengikuti (pembelajaran). Nilai rapot bayangan saya saat itu bagus dan akhirnya saya resmi jadi anak SD," ucap dia.

Dengan mata berkaca-kaca, Iyus mengingat pesan sang ibunda bahwa dirinya harus terbuka kepada siapa pun mengenai hemofilia. Tak perlu minder atau merasa malu.

Baca juga: VIDEO Ibu dan Anak Terluka Akibat Tertimpa Runtuhan Bangunan Rumah di Tambora

"Ibu bilang jangan pernah menyembunyikan tentang hemofilia. Sebab, ibu tidak akan selamanya menjaga saya. Ketika saya terbuka, orang-orang di sekitar saya juga bisa siap membantu atau pun menolong," ucapnya dengan nada lirih.

Berkat keterbukaan itu lah, dirinya bisa diterima baik oleh orang-orang di sekitarnya tanpa membedakan satu sama lain.

"Sejak di SD, saat kenaikan kelas saya diminta ibu untuk memberikan surat keterangan bahwa saya penyandang kelainan pendarahan hemofilia kepada guru wali kelas atau guru olahraga. Karena keterbukaan itu saya dirangkul dan dijaga," ungkapnya.

Meski demikian, ada sesak di dada yang tak bisa ia ungkapkan. Di mana saat teman seusianya di lingkungan rumah atau di sekolahnya bisa berolahraga dan bermain bebas.

Sedangkan, ia hanya bisa berdiam dan termenung di dalam rumah atau pun ruangan.

"Sedih pastinya tidak bisa sebebas anak-anak seusia saya, ibu memberi pengertian seperti ini kalau saya main sepak bola nanti kan bisa bengkak (kaki atau tangan) ibaratnya ada pendarahan internal. Terus jika sampai bengkak yang merasakan sakit siapa?," jelas dia.

Berkat hemofilia, Iyus perlahan bisa menilai seseorang yang memang tulus ingin berteman dengannya. Salah satunya, Lalan.

Sahabat yang setia menemani di kala Iyus membutuhkan pertolongan.

"Saya sekolah dijemput pakai becak, untuk sampai ke becak saya pernah sampai digendong dengan sahabat saya ini," ucapnya.

Kepercayaan Diri

Saat menginjak di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Tasikmalaya, merupakan hal tersulit yang harus dihadapi pria kelahiran 1976 itu.

Dirinya harus bersosialisasi kembali dengan orang-orang baru.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved