Pandemi Virus Corona

Bayu Sulit Lupakan Momen Pilu Sebagai Relawan Covid-19 di Wisma Atlet

Bayu, seorang nakes yang menjadi relawan covid-19 sedikit sedih seiring Wisma Atlet ingin ditutup. Sebab dia selalu terkenang.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
Wartakotalive.com
Ilustrasi relawan Covid-19 - Bayu, seorang relawan covid-19 di Wisma Atlet memiliki banyak pengalaman indah dan menyedihkan selama pandemi virus corona. Kini, semua itu tinggal kenangan mengingat Wisma Atlet akan ditutup. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pandemi virus corona atau wabah virus covid-19 jadi catatan panjang dunia kesehatan di Indonesia. Jutaan orang berjuang untuk sekadar bertahan hidup.

Salah satu yang paling disoroti adalah keberadaan tenaga kesehatan (nakes), sebagai garda terdepan penanganan Covid-19 pada saat itu.

Salah satu nakes yang mendedikasikan dirinya sejak awal Covid-19 merebak di Indonesia, yakni Bayu Prima Faoita Larosa (26).

Pria asal Nias tersebut mengaku, setiap hari ia menyaksikan berbagai hal, baik menyedihkan maupun menyenangkan.

Bayu mengungkap, momen yang paling mengiris hatinya adalah saat Covid-19 varian Delta masuk ke Indonesia.

Saat itu, ia menyaksikan banyak pasien yang mengalami kritis, sementara nakes yang bekerja sangatlah minim.

"Dulu kami mengalami pasien semakin naik, sementara nakes banyak yang terpapar Covid-19. Sehingga pasien lebih banyak daripada nakesnya, itu pengalaman yang sangat unik dan berkesan selama saya menangani pasien," ujar Bayu saat ditemui di Tower 3, RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (27/12/2022).

Baca juga: Pencuri Tas di RSAB Harapan Kita Bekas Relawan Covid-19 dan Mantan Residivis

Pria bertubuh tinggi itu menceritakan, saat varian tersebut merebak dan membuat angka Covid-19 mencapai tertinggi, Bayu sampai harus bekerja dua shift dalam sehari.

"Dalam satu hari, saya pernah bertugas pagi hari dan pulang pukul 14.00 WIB. Lalu, kembali lagi untuk jaga malam dari pukul 22.00 WIB sampai 05.00 WIB karena kami sangat kekurangan tenaga medis," jelasnya.

Sebagai tim mobile, Bayu kerap berpindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya. Biasanya, ia kerap mengambil pasien dari Instalansi Gawat Darurat (IGD) ke Intensive Care Unit (ICU), dan sebaliknya.

Baca juga: PRANCIS Beri Kewarganegaraan Gratis 12.000 Relawan Covid-19, Syarat Jadi WN Dipermudah

Lebih lanjut, hal yang tak kalah menyesakkan bagi Bayu adalah saat varian tersebut mengakibatkan rekan sesama nakesnya meninggal dunia.

Kejadian tersebut tak akan pernah Bayu lupakan. Pasalnya, nakes tersebut sudah dianggapnya sebagai adik, bukan lagi rekan kerja.

"Hal yang membuat saya terpukul adalah saat kami sudah berjuang bersama, melakukan penanganan Covid-19 semampu mungkin, tapi karena mengalami kelelahan, dia pulang lebih dulu ke pangkuan Tuhan," kata Bayu lirih.

Baca juga: Susu Steril Tujuh Kurma Donasikan 2.000 Karton Ke Tenaga Kesehatan dan Relawan Covid-19

Kendati demikian, menurutnya masih ada hal baik yang dilihatnya selama ia menjadi perawat di RSDC Wisma Atlet.

Salah satunya, ia dapat berkumpul dengan berbagai orang dari Sabang sampai Merauke.

Sehingga, kata Bayu, hal itu membuatnya banyak belajar kebudayaan baru serta mengeratkan tali persaudaraan.

"Bertemu dengan berbagai orang dari Sabang sampai Merauke, itu merupakan hal yang sangat unik karena kami belajar kebudayaan baru untuk bisa berkomunikasi satu sama lainnya," kata Bayu.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved