Memilih Damai
Isu Jawa dan Non-Jawa Tak Lagi Relevan, Ray Rangkuti: Capres Akan Dipilih karena Program Kerjanya
Pemilih akan memilih pemimpin jika memiliki kedekatan dengan masyarakat, dan jelas program ke depannya.
Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Feryanto Hadi
Yohan kembali menegaskan, tidak ada pertimbangan sosiologi dalam menentukan pilihan.
"Tapi memang masih ada beberapa, namun sedikit. Jadi kalau ditanya tanpa menyebutkan nama, apakah agama atau suku menjadi pertimbangan pemilih, pasti akan ada yang menjawab iya," pungkas Yohan.
Jadi memang Yohan menyadari identitas merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan.
Tapi ketika memilih, Yohan yakin seseorang akan menjadi obyektif.
Dalam artian pasti lebih mengedepankan dengan melihat program kerja yang dibawa oleh elit politik itu.
Sebagai informasi, talkshow tersebut digelar atas kerja sama antara Tribun Network dengan Universitas Al-Azhar Indonesia.
Beberapa narasumber yang hadir menjadi pembicara antara lain: Ahli Antropologi dan Politikus, Meutia Farida Hatta Swasono; Dekan FISIP Universitas Indonesia, Semiarto Aji Purwanto; Dekan FISIP Universitas Al-Azhar Indonesia, Heri Herdiawanto; Founder Lingkar Madani, Ray Rangkuti; dan Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu.
Berdasarkan pantauan Warta Kota, sekira ratusan mahasiswa hadir dalam talkshow tersebut.
Antusiasme terlihat dari keaktifan mereka saat bertanya terkait topik talkshow yang sedang didiskusikan.