Pendidikan

Kemendikbudristek Prioritaskan Guru Penggerak Memimpin Satuan Pendidikan  

Kemendikbudristek melalui Ditjen GTK mendorong lulusan Program Guru Penggerak dapat prioritas di satuan pendidikan.

dok. Kemendikbudristek
ILUSTRASI. Seorang guru sedang mendongeng menggunakan boneka tangan kepada para siswa. 

Perubahan dalam proses pembelajaran itu dirasakan oleh siswanya yang bernama Gina. Gina merasa senang belajar dengan gurunya.

“Bu Ayu sangat baik, sabar, dan kreatif. Suasana kelas menjadi jauh lebih bersemangat dan antusias. Beliau juga mengapresiasi siswa dalam belajar dan mengajak kami membuat kesepakatan kelas sehingga suasana belajar jadi lebih baik. Selain itu, cara pengumpulan tugas juga lebih berpihak kepada siswanya,” ujar Gina.

Berikutnya, Rida, Guru Penggerak Angkatan I dari SMAN Taruna Nala Kota Malang, Jawa Timur menceritakan dampak yang dirasakan setelah mengikuti PGP.

Penerima beasiswa dari Humboldt State University, California itu mengalami perubahan pola pikir dan cara pandang dalam memberikan layanan pembelajaran kepada siswa.

“Hal tersebut terbawa dalam proses belajar. Jika sebelumnya saya hanya menyelesaikan materi, sekarang saya lebih memikirkan strategi belajar yang memfasilitasi kebutuhan belajar murid,” ungkapnya.

Menurut Rida, perubahan komunikasi dengan murid, orang tua, dan rekan-rekan guru menjadi lebih terbuka dan reflektif.

“Kemudian, di tengah komunitas, ada keinginan saya untuk terus belajar, menerima masukan, dan saling berbagi metode pembelajaran,” kata guru Bahasa Inggris yang menggagas program “Saling Berbagi Saling Belajar” (Sabe Sabe) dan dijadikan program tahunan SMAN Taruna Nala.  

Salah satu peserta didiknya, Noval yang duduk di kelas 12 menjabarkan perubahan yang ia alami ketika diajar oleh  Rida.

“Bu Rida mengajak kami untuk membuat kesepakatan kelas yang didiskusikan bersama. Di awal pembelajaran, Bu Rida menanyakan harapan kami dalam belajar,” ujar Noval.

Menurut Noval, apa yang dilakukan Bu Rida sangat baik karena guru mengetahui cara belajar yang para murid inginkan dan dapat membentuk koneksi antara murid dan guru sehingga murid tertarik untuk belajar.

“Kami diajak untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kami tidak dituntut untuk bisa bahasa Inggris, tetapi kami dibimbing sehingga kami terpacu untuk belajar bahasa Inggris,” ucap Noval.

Di akhir pembelajaran, ada refleksi di mana dirinya kembali mengingat apa yang dilakukan pada hari itu. “Media belajar dan kegiatannya juga lebih bervariasi dengan menggunakan aplikasi dan tautan internet yang mendukung kebutuhan belajar sehingga minat belajarnya terpenuhi,” pungkas Noval.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved