Hasil Survei: Prabowo Semakin Dipercaya, Partai Politik Harus Sodorkan Kader Terbaik

Pada tingkat kesukaan (tingkat likeabilitas) posisi tiga besar ditempati Prabowo, Anies dan Sandiaga. Ganjar berada diposisi ke 4 setelah Ridwan Kamil

Editor: Mohamad Yusuf
Istimewa
Hasil survei Indonesia Survey Center (ISC) menyebutkan pada tingkat kesukaan (tingkat likeabilitas) posisi tiga besar ditempati Prabowo, Anies dan Sandiaga. Ganjar berada diposisi ke 4 setelah Ridwan Kamil. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Hasil survei Indonesia Survey Center (ISC) menyebutkan pada tingkat kesukaan (tingkat likeabilitas) posisi tiga besar ditempati Prabowo, Anies dan Sandiaga. Ganjar berada diposisi ke 4 setelah Ridwan Kamil.

ISC pun menyampaikan agar para partai politik (parpol) menyodorkan kader terbaik.

Chairul Ansari Peneliti Senior Indonesia Survey Center, mengatakan survei yang dilaksanakan 9-19 Agustus 2022 ini menggunakan teknik pencuplikan sampel multistage random sampling varian area random sampling.

Baca juga: Perwakilan Warga Jateng Gelar Roadshow Aspirasi, Dukung Anies Baswedan agar Tampil di Pilpres 2024

Baca juga: Punya Tugas Memenangi Partai Politik, Formappi Nilai Kinerja DPR Bisa Terganggu Jelang Pilpres 2024

Sampel yang dicuplik adalah penduduk yang berusia min 17 tahun keatas dan atau yang sudah pernah menikah sebesar 1.520 responden dengan Margin of Error ± 2,5 persen dan Confidence Interval 95 persen.

Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui wawancara langsung dengan bantuan kuesioner. Hasil survei yang didapat adalah hasil pada saat survei dilakukan.

"Dari 15 nama yang ditanyakan, Mayoritas publik mengetahui (tingkat popularitas) bahwa Prabowo, Ganjar dan Anies dicalonkan/mencalonkan menjadi calon Presiden untuk periode berikutnya," kata Ansari dalam keterangannya, Senin (29/8/2022).

Pada tingkat kesukaan (tingkat likeabilitas) posisi tiga besar ditempati Prabowo, Anies dan Sandiaga. Ganjar berada diposisi ke 4 setelah Ridwan Kamil.

Kemudian dalam menentukan pilihan siapa calon Presiden, mayoritas publik cenderung independen/otonom. Ada 81,4 persen publik yang mengaku menentukan pilihan sesuai fikiran, hati Nurani dan kemauan sendiri.

"Kemudian ada 7,1 persen yang menyebut mengikuti saja/patuh arahan tokoh tertentu dan 4,5 persen yang menentukan pilihan berdasarkan imbalan tertentu. Dari mayoritas pemilih otonom tadi Sebagian besar atau 78,6 persen mengaku menjadikan pendapat dan saran tokoh-tokoh tertentu menjadi pertimbangan dalam memilih calon Presiden," kata Ansari.

Tiga besar tokoh yang dijadikan pertimbangan adalah pendapat dan saran tokoh agama, parpol dan ormas. Selanjutnya yang dijadikan pertimbangan yaitu Akademisi/pengamat politik; Presiden Jokowi; Ketua RT/RW/Kepala dusun dan tokoh relawan.

Sementara tokoh-tokoh lainnya yang pendapat dan sarannya dijadikan pertimbangan yaitu tokoh-tokoh yang berlatar birokrasi pemerintahan, adat, keluarga, public figure dan sebagainya.

"Prabowo masih meraih kepercayaan publik dengan meraih angka elektabilitas sebesar 30,4. Disusul oleh Ganjar 19,1 persen dan Anies 13,0 persen. Prabowo secara perlahan tembus 30 persen. Dukungan ini menunjukkan kecenderungan kepercayaan publik semakin membesar kepada Prabowo untuk menjadi pengganti pasca Presiden Jokowi lengser," jelas Ansari.

Baca juga: Malam Ini, Ketum PAN Zulkifli Hasan Umumkan 11 Nama Bakal Capres yang akan Diusung di Pilpres 2024

Baca juga: Sekjen PAN: Mau Dua Atau Empat Pasangan, yang Penting Pilpres 2024 Berkualitas, Tidak Memecah Belah

Sementara Ganjar dan Anies masih stagnan di bawah angka 20 persen karena ketiadaan kepastian dukungan dari Parpol dan mungkin seiring naiknya kepercayaan diri Parpol untuk mengusung kadernya sendiri.

Alasan terbesar publik memilih Prabowo, bahwa Prabowo dianggap memiliki kemampuan/kapabilitasnya memecahkan masalah-masalah yang tengah dihadapi Indonesia.

Di antaranya masalah keamanan nasional dan tentu krisis pangan yang tengah mengintai dunia, program kerjanya yang secara terbatas telah diperlihatkan di Kemhan RI, dan latar militer yang tegas dan punya nasionalisme tinggi, apa adanya/tidak pencitraan, loyalitas terhadap Presiden selama menjadi Menhan RI.

"Sementara alasan terbesar publik yang memilih Ganjar yaitu karena ganjar adalah Gubernur tempat pemilihnya tinggal yang memang menjadi basis utama dukungan elektabilitasnya," jelasnya.

"Sepertinya kecenderungan dukungan terhadap Ganjar masih localize saja. Alasan berikutnya karena faktor parpol pengusungnya," tambahnya.

Alasan berikut dapat dibaca bahwa jika parpol yang dipilihnya mengusung Ganjar maka pemilih Parpol akan memilihnya.

Artinya dukungan sebagian publik kepada Ganjar kecenderungannya masih labil, spekulatif dan rentan tergerus. Belum ada satupun Parpol termasuk PDIP yang definitif menyatakan dukungannya.

Pemilih tradisional/Ideologis PDIP yang terpusat di Jateng kemungkinan besar akan bergeser ke Capres lain bila PDIP tidak mengusung Ganjar.

"Alasan berikutnya, program kerjanya yang secara terbatas telah sedang ditunjukkannya di Jateng selama dua periode memerintah, kemudian karena kesamaan suku, kesamaan agama dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah," katanya.

Ada juga yang memilih Ganjar karena dipandang merakyat, suka melihanya di Medsos, Sebagian kecil melihat faktor didukung Jokowi, sipil, baik dan sebagainya.

Singkatnya alasan pubik yang memilih Ganjar cenderung beralasan localize, masih spekulatif dan rentan berubah. Alasan ini juga dapat menjawab stagnannya keterpilihan Ganjar

"Kecenderungan terbesar alasan memilih Anies adalah karena kapabilitasnya dalam memecahkan masalah yang ditunjukkan selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, demikian juga program kerjanya, karena kesamaan agama, rekam jejak yang bagus, menguntungkan buat saya dan sebagainya," katanya.

Survei ISC mengajukan pertanyaan dalam bentuk simulasi pasangan calon (Paslon) Presiden-Wakil Presiden. Simulasi dengan dua pasangan calon Presiden dan wakil dan simulasi tiga pasangan calon.

Pada simulasi dua paslon ditemukan bahwa jika Prabowo dipasangkan dengan Puan atau dengan Ganjar perolehan persentase selalu diatas 60 persen. Kemudian meskipun masih keluar sebagai pemenang, bila Prabowo dipasangkan dengan Muhaimin atau Khofifah perolehan masih dibawah 50 persen.

"Paslon Ganjar-Erick menjadi lawan terberat Prabowo-Muhaimin. Sementara Paslon “all PDIP man” juga masih “keok” bila dipertandingkan dengan Prabowo-Khofifah," jelasnya.

Simulasi tiga paslon masih menunjukkan Prabowo bila menjadi Calon Presiden dan dipasangkan dengan Cawapres siapapun masih tetap keluar sebagai pemenang.

Namun Pemilu akan berlangsung dua putaran karena perolehan persentase keterpilihan masih dibawah 50 persen.

Kemudian dari simulasi ini menunjukkan ada kecenderungan bila Prabowo dipasangkan dengan Cawapres yang berlatar PDIP akan jauh lebih kuat dibanding dengan pasangan yang lainnya.

"Pada pertanyaan tentang elektabilitas Partai Politik (Parpol) bila pemilu legislatif dilaksanakan hari ini, untuk sementara waktu PDIP, Gerindra dan Demokrat masih keluar sebagai tiga besar," katanya.

Golkar masih perlu kerja lebih keras lagi untuk Kembali ke kluster tiga besar yang menjadi langganannya dalam tiap Pemilu pasca orde baru.

Parpol yang identik dengan parpol mediocre seperti PKB, PKS dan NasDem untuk sementara masih mampu bertahan di papan tengah kecuali PAN dan PPP yang berada dipapan bawah, dibawah Perindo.

"Bagi Parpol mediocre ini bila tidak ada terobosan dan tak jeli dalam memilih partner koalisi dan dukungannya terhadap Capres bukan tak mungkin akan terdepak sebagai parpol penghuni Senayan," ujarnya.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved