Pendidikan
Wakil Rektor 3 Unkris Sebut Artificial Intellegence untuk Permudah Pekerjaan Bukan Gantikan Manusia
Artificial Intellegence (AI) untuk permudah pekerjaan bukan gantikan manusia. Hal itu dikatakan Wakil Rektor 3 Unkris di seminar AI.
Penulis: Dodi Hasanuddin | Editor: Dodi Hasanuddin
Parbuntian juga mengapresiasi hadirnya pelajar dan masyarakat umum dalam seminar tersebut. Ini menjadi salah satu bukti bahwa Unkris bukanlah lembaga pendidikan menara gading yang hanya indah untuk dipandang namun tidak memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.
“Kehadiran Unkris harus membawa manfaat untuk masyarakat dan lingkungan sekitar. Saya selalu mengingatkan hal itu kepada para mahasiswa,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Prof Eryus Amran Koto, Ph.D. Dalam sambutannya, Prof Eryus menyampaikan bahwa kecerdasan buatan memang akan berdampak hilangnya berbagai jenis pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia.
Baca juga: Wisuda Unkris, Mantan Dirjen Pajak Kemenkeu Raih Rekor MURI Jadi Mahasiswa Hukum Tertua di Dunia
Namun di sisi lain, juga akan menghadirkan puluhan bahkan ratusan jenis pekerjaan baru.
“Sebagai generasi masa depan, mahasiswa dan pelajar harus tetap optimis, terus tingkatkan rasa percaya diri bahwa kecerdasan buatan tidak akan sepenuhnya bisa menggantikan tenaga kerja manusia,” katanya.
Sementara itu, Dr Susetya Herawati dalam paparannya meyakinkan bahwa teknologi akan melahirkan berbagai profesi yang saat ini belum ada.
Karena itu penting bagi generasi muda untuk meningkatkan kualitas ketrampilan kerja dengan teknologi digital
“Diprediksi akan ada 23 juta lapangan kerja di Indonesia yang digantikan mesin pada 2030. Jenis pekerjaan tersebut adalah jenis pekerjaan yang bersifat repetisi atau berulang-ulang seperti data entry, payroll officer, production workers, machine operator dan data collection,” jelas Herawati.
Namun di sisi lain, AI juga akan menciptakan 27 juta hingga 46 juta lapangan pekerjaan baru. Dari puluhan juta lapangan pekerjaan tersebut, 10 juta diantaranya merupakan jenis pekerjaan yang benar-benar baru yang sebelumnya memang tidak ada.
Baca juga: Shireen Sungkar Rela Tinggalkan Syuting Sinetron Agar Fokus Urusi Bisnis Bogor Raincake, Benarkah?
Untuk dapat memasuki dunia kerja masa depan, menurut Herawati, pekerja harus memiliki ketrampilan abad 21 seperti cara berpikir yang inovatif dan kreatif, cara bekerja yang komunikatif dan kolaboratif, dukungan sarana bekerja berupa literasi informasi, serta cara hidup yang baik sebagai warga negara yang memiliki tanggungjawab pribadi dan sosial.
Herawati mengingatkan bahwa saat ini Indonesia menghadapi persoalan SDM pembangunan yang cukup serius.
Data World Economic Forum menunjukkan bahwa daya saing SDM Indonesia berada pada urutan ke-45 dari 140 negara, dan tingginya angka pengangguran baik tingkat sarjana maupun level menengah ke bawah.
Lebih dari 40,5 persen SDM Indonesia hanya lulusan sekolah dasar dan ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat yang harus segera di atasi oleh pemerintah.
“Mengejar ketertinggalan dari negara lain, inovasi menjadi kunci penting. Lembaga pendidikan harus mampu melahirkan wirausahawan-wirausahawan muda yang mampu berinovasi menghasilkan produk yang memiliki daya saing global,” tandas Herawati.
Baca juga: Festival 1.000 Kebaya Dipadati Ribuan Warga Semarang
Dyah Puspito dalam paparannya menyebut beberapa jenis pekerjaan yang mungkin akan digantikan oleh AI antara lain pekerja konstruksi, pemotong daging, satuan pengaman, peyugas administrasi pajak, dan operator pemindahan barang.