Keluarga Korban Insiden Odong-Odong Maut di Serang Ungkap Ada Beberapa Kejanggalan
Keluarga korban insiden odong-odong maut yang terjadi di Kota Serang, Banten mengungkap beberapa kejanggalan dalam peristiwa yang menewaskan 9 orang.
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Junianto Hamonangan
WARTAKOTALIVE.COM, Cibetik - Kecelakaan maut antara odong-odong dengan kereta api yang menewaskan 9 orang terjadi di Jalan Silebu Pasar, Desa Silebu, Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (26/7/2022).
Selain 9 korban tewas, puluhan orang lainnya mengalami luka-luka, dengan didominasi oleh anak-anak dan ibu-ibu.
Salah seorang keluarga korban tewas dan luka, Tamin (51) menilai, terdapat beberapa kejanggalan dalam insiden mengerikan tersebut.
Pasalnya, Kadilah (48) istri Tamin yang menjadi korban meninggal dunia dan 2 cucunya yaitu Alina Ayu dan Putri Kayla yang menjadi korban luka, bukanlah pertama kalinya menaiki wahana odong-odong tersebut.
"Jadi kalau anak-anak saya pada kerja yang mengasuh cucu itu istri saya, karena kami tinggalnya juga masih sebelahan, masih deket semua," ujar Tamin saat diwawancarai Wartakotalive.com, Kamis (28/7/2022).
Baca juga: Fakta Terungkap, Warga Sebut Sopir Odong-odong Nekat Melawan Kereta Api meski Sudah Diteriaki
"Makanya saya tau persis soal odong-odong itu, karena mereka naik (odong-odong) bukan baru sekali atau dua kali," imbuhnya.
Kejanggalan pertama yang diungkapkan Tamin ialah rute odong-odong melintasi Jalan Silebu Pasar dari Desa Cibetik adalah pertama kalinya dilakukan sang supir.
Sebelumnya, rute perjalanan odong-odong mengangkut para warga untuk berkeliling adalah menuju utara, yaitu kawasan Sentul dan Kragilan.
Lalu kejanggalan kedua yang dinilai Tamin ialah tempat duduk yang ditempati istri dan cucunya berposisi di bagian belakang.
Padahal biasanya, dua cucu kecilnya tersebut selalu menempati kursi atau tempat duduk di bagian depan.
Baca juga: VIDEO Polres Serang Tetapkan Sopir Odong-odong Maut Sebagai Tersangka
"Kemarin sekitar jam 10.00 WIB dateng odong-odong, karena kerjaan rumah udah beres cucu minta ke istri saya supaya ikut naik odong-odong, tapi kok mereka ke (Desa) Silebu, padahal biasanya ke arah Kragilan, Sentul, kesana," ungkapnya.
"Tapi kok kemarin mereka duduknya di belakang padahal biasanya di depan, tapi karena ramai-ramai, jadinya naik begitu aja, enggak mikir aneh-aneh," tambahnya.
Hal lainnya yang dipermasalahkan Tamin ialah, kondisi perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Menurutnya, palang pintu kereta api di Desa Silebu seharusnya terpasang, lantaran kondisi jalan telah teraspal dan telah menjadi milik desa.
"Palang pintu perlintasan kereta api di situ seharusnya sudah dipasang, karena jalannya sudah di aspal, sudah bagus, sudah jadi jalan desa, kenapa masih dibiarkan begitu saja ?," tegasnya.
Baca juga: VIDEO Mabes Polri Kerahkan Tim TAA Untuk Olah TKP Lanjutan Odong-odong Maut
"Seharusnya Pemerintah Kota Serang sadar dong, kalau jalan sudah diperbaiki pasti banyak dilewati masyarakat, kok bisa dibiarkan tanpa palang pintu kereta api," keluhnya.
Tamin pun mengharapkan kepada aparat berwajib, dapat memberikan hukuman yang setimpal terhadap supir odong-odong, yang telah ditetapkan polisi sebagai tersangka dalam tragedi tersebut.
Menurutnya kecelakaan maut antara kereta api dan odong-odong itu bukan disebabkan oleh faktor kelalaian semata, melainkan faktor kecerobohan dan keteledoran sang supir.
"Semoga seluruh pihak berwenang yang menangani kasus ini bisa berbuat seadil-adilnya bagi korban, dengan memberikan hukuman kepada supir setimpal dengan perbuatannya," ucapnya.
"Karena kecelakaan ini bukan masalah kelalaian saja, saya tau supir itu bekerja untuk keluarganya, tapi seharusnya dia juga tanggung jawab sama keselamatan penumpang yang jadi sumber pencariannya itu," jelas Tamin.
Baca juga: Insiden Odong-odong Maut, Tamin Minta Dua Cucunya yang Terluka Parah Bisa Sehat Kembali
Peristiwa tragis tersebut, menyebabkan 9 korban meninggal dunia, 3 diantaranya anak-anak dan lainnya ialah orang dewasa.
Pantauan Wartakotalive.com, seluruh korban meninggal dunia merupakan wanita, yakni anak-anak dan ibu-ibu, yang tinggal pada lingkungan atau gang yang sama.
Yaitu pada Desa Cibetik, Gang Salim, RT 10/RW 03, Kelurahan Pengampelan, Kecamatan, Walantaka, Kota Serang, Banten.
Pada gang atau jalur masuk ke desa tersebut, terpasang sebuah gapura berwarna putih dengan terpasang sebuah bendera kuning berukuran cukup besar dibanding biasanya.
Seluruh korban tewas merupakan warga yang saling bertetangga, dengan jarak antara satu dengan lainnya tidak lebih dari 10 meter.
Baca juga: Tamin Ungkap Detik-Detik Istrinya Tewas dan 2 Cucu Luka Parah dalam Insiden Odong-odong Maut
Berikut nama-nama korban meninggal dunia dalam insiden maut antara kereta api dan odong-odong. (M28)
1. Saptiyah (51 tahun)
2. Sawiyah (71 tahun)
3. Saptanis (42 tahun)
4. Kadilah (38 tahun)
5. Sunenah (55 tahun)
6. Yanti (22 tahun)
7. Azzizatul Atiah (2 tahun)
8. Ismawati (8 tahun)
9. Amanda (2 tahun).