Ramadan
Kopi Seduh Bawa Berkah Bagi Kakek 18 Cucu Ini, Salat Malam Jadi Kunci Rahasianya
Sambil tersenyum, ia menerima uang dari pembelinya yang sedang menunggu bus untuk mudik.
Penulis: Gilar Prayogo | Editor: Budi Sam Law Malau
Tahun ini mudik diperbolehkan setelah dua tahun sebelumnya dilarang akibat pandemi Covid-19.
Suhartono menceritakan dari lima anaknya, anak pertama hingga ketiga sudah menikah dan merantau ke daerah lain.
Sedangkan anak keempat dan kelimanya tinggal bersamanya.
Baca juga: Sejumlah Pemudik Motor di Jalan Raya Kalimalang Tempel Tulisan Mengibur dan Kocak di Barang Bawaan
“Saya punya lima anak dan delapan belas cucu. Anak keempat dan kelima yang masih tinggal dengan saya,” katanya saat ditemui Wartakotalive.com, Jumat (29/4/2022).
Suhartono mengaku bahwa sebelum berdagang kopi, dirinya sempat bekerja sebagai pekerja di proyek.
“Saya dulunya kerja di proyek. Karena saya cape, akhirnya saya keluar dan tidak melanjutkan kerja di proyek lainnya,” kata Suhartono sambil menggunting kopi saset dan menyiapkannya untuk pembeli.
Menurut Suhartono dirinya mulai berjualan sebagai pedagang kopi seduh di Terminal Kampung Rambutan, sejak tahun 2008 atau sudah selama 14 tahun.
Ia mengatakan sebelum adanya pandemi, pendapatan kotornya Rp700 Ribu perhari.
Baca juga: Dua Tahun Nganggur, Zubaidi Bersyukur Bisa Bekerja di Musim Mudik Lebaran
Tetapi di hari besar seperti mudik atau libur akhir tahun, ia bisa membawa uang Rp 2 juta perhari.
“Jangan kaget ya mas, kalo sebelum pandemi saya bisa dapat Rp 700.000 pehari di hari biasanya. Tapi kalo hari besar kayak mudik dan libur panjang, saya bisa dapat Rp 2 juta perhari,” ujarnya.
Namun katanya pandemi mengacaukan segalanya,
Pendapatannya turun drastis.
Bahkan di musim mudik tahun ini pendapatannya masih jauh berkurang drastis.
Karenanya uiahanya terpatok pada tiga termos yang dibawanya.
Baca juga: Dibayar Rp 300 Ribu per Hari, Jejen Relawan Sopir Ambulan Tergiur Jadi Petugas Motoris Pertamina
Jika termos yang dibawanya habis, maka ia akan langsung pulang.