Lari jarak jauh
Andriyanto, Jalan Hidup Seorang Pelatih Lari
Andriyanto, pelatih lari populer tersebut menceritakan perjalanannya menekuni dunia lari hingga menjadi pelatih.
Lari sejauh 42,195 kilometer bukan perkara mudah. Daya tahan manusia akan diuji saat berlari tiga hingga enam jam di rute maraton. Karena itu, tubuh harus benar-benar sehat dan bugar.
Dalam salah satu unggahan di media sosialnya Andri mengungkapkan, kemampuan berlari tidak dibangun dalam 1-2 bulan.
Kalau kita hendak membangun performa lari maka harus sadar bahwa kita akan menyusuri jalan panjang yang berkelok.
Eliud Kipchoge, pelari Kenya juara dunia maraton 2018 dan pemegang emas maraton di dua olimpiade, mulai berlatih terprogram sejak SMP, usia belasan tahun. Ia baru memecahkan rekor dunia maraton 2.01 pada 2018 dalam usia 34 tahun.
Andri juga menyarankan agar pelari tidak vakum latihan terlalu lama karena membuat performa yang sudah kita bangun menurun. Musim lomba selesai bukan berarti tak berlatih.
Jadi performa yang sudah dimiliki harus dijaga dan dirawat dengan tetap berlari. Dengan begitu lari sudah menjadi bagian atau gaya hidup.
“Jangan berlatih semata-mata demi lomba lalu mundur dari lintasan. Lomba adalah selebrasi dari sebuah proses latihan. Seusai berlomba ya berlatih lagi, beitu seterusnya,” tutur Andri.
Berkat ketekunannya di lintasan lari, Andri kini menuai hasil. Badan bugar, hidup dinamis, dan relasi luas. Muridnya begitu banyak dan tersebar di berbagai komunitas lari yang tumbuh bak cendawan di musim hujan.
Seperti setiap langkahnya di lintasan, Andriyanto makin mantap menapaki jalan hidup sebagai pelatih lari. (max)